Efek Samping dan Interaksi Obat Phenytoin
Phenytoin memiliki efek samping dan interaksi obat yang harus diwaspadai, di antaranya adalah syok dan anafilaksis serta interaksi yang tidak terprediksi pada pemberian dengan fenobarbital atau asam valproat.
Efek Samping
Phenytoin dapat menyebabkan efek samping pada berbagai sistem organ, dengan efek samping utama pada sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, atau vertigo. Phenytoin intravena juga dapat menyebabkan efek samping lokal dan kardiovaskular.
Sistem Saraf Pusat
Efek samping phenytoin pada sistem saraf pusat adalah sebagai berikut:
- Nistagmus
- Vertigo
- Disartria
- Gangguan koordinasi
- Konfusi
- Pusing
- Sakit kepala
- Insomnia
- Kecemasan sementara
- Kedutan atau gerakan repetitif tidak terkontrol pada lidah, bibir, muka, ekstremitas
-
Gangguan motorik: diskinesia, chorea, distonia, tremor, asterixis[2,5,10]
Sistem Gastrointestinal
Efek samping phenytoin pada sistem gastrointestinal adalah sebagai berikut:
- Mual
- Muntah
- Konstipasi atau diare
-
Dysgeusia (rasa metal/logam di lidah)
- Hepatitis toksik
- Kerusakan hepar[2,5,10]
Sistem Hematopoetik
Efek samping phenytoin pada sistem hematopoetik adalah sebagai berikut:
- Trombositopenia
- Leukopenia
- Granulositopenia
- Agranulositopenia
- Pansitopenia
- Anema makrositik dan megaloblastik yang merespons suplementasi asam folat
- Limfadenopati: hiperplasia, pseudolimfoma, dan limfoma[2,5,10]
Metabolik dan Endokrin
Efek samping metabolik dan endokrin phenytoin:
- Kekurangan vitamin D jika digunakan kronik
- Hiperglikemia jika digunakan kronik
- Hipokalsemia
- Hipofosfatemia
- Hirsutisme[2,5,10]
Kulit
Efek samping phenytoin pada kulit:
- Ruam
- Dermatitis (bulosa, eksfoliatif, atau purpura)
- Lupus eritematosa
- Sindrom Stevens-Johnson
-
Toxic epidermal necrolysis
- Nekrosis jaringan atau kulit pada pemberian secara intravena[2,5,10]
Jaringan Ikat
Efek samping phenytoin pada jaringan ikat:
-
Coarsening wajah
- Pembesaran bibir
- Hiperplasia gusi
- Hipertrikosis
- Penurunan densitas tulang (penggunaan kronik)
-
Peyronie’s disease[2,5,10]
Sistem Imun
Efek samping phenytoin pada sistem imun adalah sebagai berikut:
- Reaksi hipersensitivitas dan anafilaksis
-
Systemic lupus erythematosus (SLE)
- Periarteritis nodosa
- Abnormalitas imunoglobulin
-
Drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS syndrom/sindrom DRESS)[2,5,10]
Efek Samping Phenytoin Intravena
Kardiovaskular
Penggunaan secara intravena dapat menimbulkan efek samping kardiovaskular sebagai berikut:
- Bradikardia
- Aritmia
- Fibrilasi ventrikel
- Gangguan konduksi atrium atau ventrikel
- Syok
- Hipotensi[5,10]
Efek Samping Lokal
Penggunaan phenytoin secara intravena juga dapat menimbulkan efek samping lokal yang dikenal dengan nama purple glove syndrome. Sindrom ini meliputi edema, perubahan warna kulit, dan nyeri di area distal dari lokasi penyuntikan. Hal ini mungkin disebabkan akibat terjadinya ekstravasasi.[10]
Suplementasi
Beberapa penelitian menyatakan bahwa efek samping phenytoin dapat diatasi dengan suplementasi berikut:
Asam Folat
Pemberian asam folat 0,5 mg/hari dapat mencegah hiperplasia gusi. Namun, asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang sehingga keputusan pemberian suplemen asam folat dan dosisnya perlu dipertimbangkan ulang oleh dokter.
Vitamin D dan Kalsium
Penggunaan phenytoin yang kronik dapat menyebabkan defisiensi vitamin D, hipokalsemia, dan penurunan densitas tulang. Efek samping ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen vitamin D dan kalsium.
Vitamin B
Phenytoin dapat menurunkan kadar vitamin B2, B6, dan B12 yang berujung pada keadaan hiperhomosisteinemia. Kadar homosistein yang tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular, tromboemboli vena, demensia, gejala neuropsikiatri, dan kontrol kejang yang buruk. Oleh karena itu, disarankan untuk menambahkan vitamin B2, B6, dan B12 pada pasien yang mengonsumsi phenytoin.
Vitamin K
Suplementasi vitamin K diberikan pada ibu hamil yang mengonsumsi phenytoin. Pemberian suplemen ini dilakukan satu bulan sebelum persalinan untuk mengurangi kemungkinan perdarahan pada bayi yang dilahirkan.[2,10]
Interaksi Obat
Interaksi obat dengan phenytoin dapat berupa peningkatan atau penurunan kadar obat, interaksi yang tidak terprediksi (dapat meningkatkan atau menurunkan kadar obat) atau mengganggu fungsi obat.
Peningkatan Kadar Obat
Obat yang meningkatkan kadar phenytoin:
- Amiodaron
- Kloramfenikol
- Klordiazepoksid
- Simetidin
- Diazepam
- Dikumarol
- Disulfiram
- Estrogen
- Etosuksimid
- Fluoksetin
- Antagonis H2
- Halothane
- Isoniazid
- Metilfenidat
- Fenothiazin
- Salisilat
- Succinimides
- Sulfonamid
- Ticlopidine
- Tolbutamide
- Trazodon[2]
Penurunan Kadar Obat
Obat yang menurunkan kadar phenytoin:
- Karbamazepin
- Reserpin
- Sukralfat
- Antasida yang mengandung kalsium[2]
Interaksi yang Tidak Terprediksi
Obat berikut dapat menurunkan atau meningkatkan kadar phenytoin:
- Fenobarbital
- Sodium valproat
- Asam valproat[2]
Fungsi Obat Terganggu
Obat yang fungsinya terganggu akibat phenytoin:
- Kortikosteroid seperti deksametason, prednisone, dan hidrokortison
- Warfarin
- Antikoagulan
- Digitoksin
- Doksisiklin
- Estrogen
- Kontrasepsi oral
- Furosemid
- Paroksetin
- Kuinidin
- Rifampin
- Teofilin
- Vitamin D[2]