Pengawasan Klinis Phenytoin
Phenytoin akan mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh dan menimbulkan bermacam-macam efek samping. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan klinis sebagai berikut:
Keinginan dan Perilaku Bunuh Diri
Phenytoin dapat meningkatkan keinginan dan perilaku bunuh diri. Dokter seharusnya memastikan bahwa pasien tidak memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
Darah Perifer Lengkap
Phenytoin dapat menimbulkan efek samping seperti anemia megaloblastik, trombositopenia, leukopenia, granulositopenia, agranulositopenia, dan pansitopenia.
Tes Fungsi Hati
Phenytoin dapat menyebabkan kerusakan pada hati sehingga penting untuk melakukan pemantauan fungsi hati.
Fungsi Hormon Tiroid
Phenytoin dapat berikatan dengan tiroid-binding-globulin. Hal ini dapat menurunkan kadar hormon tiroksin pada saat pemeriksaan laboratorium, meskipun sebenarnya tubuh tidak berada dalam kondisi hipotiroid. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan pengecekan thyroid stimulating hormone (TSH). Kadar TSH inilah yang menjadi patokan, terutama untuk memonitor keadaan pasien hipotiroid.
Pemeriksaan Densitas Tulang
Penggunaan phenytoin secara kronik dapat menurunkan densitas tulang. Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan densitas tulang atau pemeriksaan radiologi.
Gula Darah
Phenytoin dapat meningkatkan kadar gula darah sehingga diperlukan pengawasan kadar gula darah, terutama pada pasien diabetes mellitus.
Pengawasan Fungsi Jantung
Pada penggunaan intravena, diperlukan pengawasan fungsi jantung, yaitu denyut dan irama jantung, serta tekanan darah. Pengukuran dilakukan setiap lima belas menit dalam satu jam pertama setelah pemberian phenytoin intravena.[2,10]