Pendahuluan Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kondisi dimana kadar trombosit kurang dari 150.000/µL. Nilai normal kadar trombosit pada orang dewasa berkisar 150.000/µL – 400.000/µL. Trombositopenia berkaitan dengan berbagai kondisi seperti autoimun dan infeksi. Risiko yang terjadi mulai dari yang ringan dan asimptomatik seperti pada gestasional trombositopenia hingga yang menimbulkan perdarahan atau trombosis yang dapat mengancam jiwa seperti heparin-induced thrombocytopenia (HIT).
Trombositopenia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan antara lain autoimmune disorder seperti Lupus dan Immune thrombocytopenic purpura (ITP), infeksi seperti demam dengue dan malaria, Systemic Inflammation Responses Syndrome (SIRS), kanker, Vaksin COVID-19 AstraZeneca, dan sirosis hepar.
Trombositopenia juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obat yang dapat menginduksi penurunan kadar trombosit seperti sitostatika seperti busulfan, antibiotik seperti trimethoprim-sulfamethoxazole dan penisilin, diuretik thiazide, OAINS seperti ibuprofen, dan heparin. Trombositopenia jenis ini biasa dikenal dengan drug-induced trombositopenia.
Di Indonesia, trombositopenia sering dilaporkan terjadi pada kasus infeksi demam dengue dan malaria. Terdapat penelitian yang dilakukan di Balikpapan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara derajat trombositopenia dengan beratnya gejala malaria, serta hubungan yang signifikan antara status hasil uji antigen non structural (NS1) positif dengan kejadian trombositopenia pada pasien yang didiagnosis demam dengue.[38,39]
Trombosit merupakan salah satu komponen darah yang berbentuk fragmen kecil dengan ukuran 2-4 µm yang dibentuk dari sel-sel besar yang dikenal dengan megakariosit pada sumsum tulang belakang. Mekanisme sumbat trombosit sangat penting untuk menutup mikro-ruptur pada kapiler yang terjadi ribuan kali setiap hari. Trombosit juga akan bergabung dengan sel endotel untuk membentuk membran sel endotel tambahan.[1,2,30]
Diagnosis trombositopenia dapat ditegakkan bila pada pemeriksaan darah ditemui jumlah trombosit kurang dari 150.000/mcL. Dokter harus bisa membedakan penyebab yang mendasari trombositopenia sehingga dapat menentukan risiko perdarahan, trombosis dan komplikasi potensial lainnya.[2,4,6]
Trombositopenia dapat asimptomatik atau simptomatik. Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa trombositopenia harus difokuskan pada ada tidaknya tanda-tanda perdarahan, khususnya pada kulit dan selaput lendir mulut, karena pada keadaan ini akan diperlukan evaluasi dan terapi yang segera.[31] Manifestasi klinis perdarahan yang utama adalah petechiae, epistaksis, perdarahan pada gusi dan mukosa rongga mulut, serta hematuria maupun hematochezia. Risiko perdarahan juga meningkat seiring bertambahnya usia.[2,9,34]
Penatalaksanaan trombositopenia meliputi pemberian komponen darah trombosit pekat (concentrate platelets) dan penatalaksanaan underlying disease. Pemberian transfusi trombosit biasanya hanya dilakukan pada pasien dengan perdarahan yang aktif, namun tidak efektif pada pasien trombositopenia yang disebabkan oleh destruksi trombosit yang cepat.[1,9]