Etiologi Fever of Unknown Origin
Etiologi fever of unknown origin (FUO) dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu infeksi, peradangan non infeksi/reumatologi, neoplasma/malignansi, dan gangguan lainnya, di mana kategori infeksi, peradangan non infeksi, dan malignansi merupakan penyebab yang paling umum.[6,10]
Spektrum etiologi FUO itu berbeda-beda berdasarkan letak geografis, subpopulasi (lanjut usia, imunokompromais), faktor pejamu dan mikroba, usia pasien dan perbedaan sumber daya kesehatan. Di negara berkembang, penyakit infeksi merupakan penyebab utama FUO, sedangkan di negara maju peradangan non infeksi adalah penyebab terbanyak [3,10,11]
Di negara maju, sejak dekade 1950-an hingga 2000an, terjadi perubahan etiologi FUO. Pada dekade 1950-an hingga 1970an, penyakit infeksi dan keganasan mendominasi etiologi FUO. Seiring dengan kemajuan teknologi diagnostik, penyakit infeksi dan keganasan semakin mudah dan cepat untuk dilacak sehingga terjadi penurunan persentase FUO.[10] Namun di negara berkembang, penyakit infeksi, seperti tuberkulosis, demam tifoid, malaria, abses hati amuba, masih menduduki peringkat pertama penyebab FUO.[12]
Penyakit Infeksi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang paling umum dijumpai pada kategori infeksi. Presentasi tuberkulosis yang terbanyak adalah ekstrapulmonal, milier, atau subtle (pada pasien dengan penyakit paru yang berat atau imunodefisiensi).[10]
Selain penyakit tuberkulosis, abses okulta juga cukup umum dijumpai. Abses ini terjadi jika gangguan anatomis mengalami disrupsi dan sering ditemukan pada rongga abdomen atau pelvis, seperti pada dinding usus (pada kasus appendicitis, diverticulitis, penyakit radang usus). Ada beberapa faktor predisposisi pembentukan abses okulta, seperti sirosis, penggunaan steroid atau imunosupresif, riwayat bedah dalam waktu dekat, dan diabetes mellitus.[10]
Peradangan Non Infeksi
Selain penyakit infeksi, peradangan non infeksi atau penyakit jaringan ikat juga merupakan salah satu penyebab FUO. Pada kelompok dewasa muda, sering ditemukan adult Still’s disease, sedangkan pada lanjut usia gangguan reumatologik.[10]
Adult Still’s disease merupakan penyakit inflamasi dengan ciri-ciri: demam quotidian (tiap hari), artritis, dan ruam yang cepat menghilang. Arteritis sel raksasa umum dijumpai pada usia di atas 50 tahun dengan gejala dan tanda sebagai berikut: sakit kepala, kehilangan penglihatan secara mendadak, klaudikasio rahang, gejala-gejala penyakit polimialgia rematika, demam/anemia yang tidak dapat dijelaskan, dan laju endap darah yang tinggi. Biopsi arteri temporal bermanfaaat pada penyakit arteritis sel raksasa.[10]
Keganasan
Penyakit keganasan yang menjadi penyebab terbanyak FUO adalah limfoma, karsinoma sel renal, dan leukemia. Keganasan okulta yang paling sering menyebabkan demam berasal dari jaringan retikuloendotelial (misal limfoma dan leukemia). Biopsi sumsum tulang dan computed tomography/magnetic resonance imaging pada thoraks, abdomen dan pelvis biasanya dapat mengidentifikasi lokasi anatomis yang terkena.[10]
Sindrom mielodisplastik kadang-kadang bermanifestasi dengan demam dan pada apusan darah terlihat arrest maturasi atau perubahan displastik pada satu atau beberapa garis keturunan sel darah. Kira-kira pada 20% penderita karsinoma sel renal ditemukan adanya gejala demam dengan hematuria mikroskopik dan eritrositosis tanpa abnormalitas sedimen urin dan dengan hematokrit yang normal.[10]
Drug Fever
Obat-obatan menyebabkan demam dengan cara menstimulasi reaksi alergi atau idiosinkrasi atau dengan memengaruhi termoregulasi. Drug fever dapat terjadi tak lama setelah menggunakan obat. Namun, dapat juga terjadi beberapa minggu hingga bertahun-tahun setelah memulai pengobatan.[10]
Obat-obatan yang paling sering mengakibatkan demam adalah:
- Antimikroba (sulfonamida, penisilin, nitrofurantoin, vankomisin, antimalaria)
- Antihistamin H1 dan H2
- Antiepilepsi (barbiturat dan phenytoin)
- Obat anti inflamasi nonsteroid/OAINS (termasuk aspirin)
- Antihipertensi (hidralazin, metildopa)
- Antiaritmia (kuinidin, prokainamida)
- Antitiroid[10]
Tabel 1. Etiologi Fever of unknown origin (FUO)
Kategori | Prevalensi | ||
Umum | Tidak umum | Jarang | |
Infeksi | Tuberkulosis milier | Abses intraabdominal/pelvis | Endokarditis bakterial subakut |
Brucellosis | Abses intra/perirenal | Abses dental periapikal | |
Demam Q | Demam tifoid/enterik | Sinusitis/mastoiditis kronis | |
Toxoplasmosis | Osteomielitis vertebral subakut | ||
Penyakit cakaran kucing/Cat scratch disease | Fistula aortoenterik | ||
Epstein-Barr virus (EBV) | Infeksi graft vaskular | ||
Cytomegalovirus (CMV) | Relapsing fever (Borrelia recurrentis) | ||
Human immunodeficiency virus (HIV) | Demam gigitan tikus (Streptobacillus moniliformis atau Spirillum minus) | ||
Tuberkulosis ekstrapulmonal (TB renal, sistem saraf pusat) | Leptospirosis | ||
Histoplasmosis | |||
Coccidiomycosis | |||
Leishmaniasis viseral (kala-azar) | |||
Lymphogranuloma venereum | |||
Penyakit Whipple | |||
Multicentric Castleman’s disease | |||
Malaria | |||
Babesiosis | |||
Ehrlichiosis/anaplasmosis | |||
Prostatitis kronis | |||
Kolangitis berulang (dengan penyakit Caroli) | |||
Peradangan non infeksi/Reumatologik | Adult Still’s disease | Nodosa periarteritis/poliangiitis mikrosopik | Arteritis Takayasu |
Arteritis sel raksasa/arteritis temporal | Late-onset rheumatoid arthritis | Penyakit Kikuchi | |
Lupus eritematosus sistemik (LES) | Sarkoidosis (sistem saraf pusat) | ||
Sindrom Felty | |||
Penyakit Gaucher | |||
Gout poliartikular | |||
Pseudogout | |||
Sindrom antifosfolipid | |||
Penyakit Behcet | |||
Sindrom FAPA (fever, aphthous ulcer, pharyngitis, adenitis) | |||
Malignansi/neoplasma | Limfoma | Preleukemia (pada leukemia mielogenik akut) | Miksoma atrial |
Karsinoma sel renal/hipernefroma | Penyakit mieloproliferatif | Multiple myeloma | |
Karsinoma kolon | |||
Karsinoma pankreas | |||
Hepatoma | |||
Metastasis sistem saraf pusat | |||
Metastasis hati | |||
Mastosistosis sistemik | |||
Gangguan lainnya | Drug fever/demam obat | Tiroiditis subakut | Emboli pulmoner |
Sirosis | Enteritis regional (penyakit Crohn) | Pseudolimfoma | |
Penyakit Rosai-Dorfman | |||
Penyakit Erdheim-Chester | |||
Neutropenia siklik | |||
Sindrom demam periodik familial: Demam Mediterania familial Sindrom hiper-IgD Sindrom periodik yang berkaitan dengan reseptor TNF 1 Sindrom Schnitzler Sindrom Muckle-Wells | |||
Disfungsi hipotalamus | |||
Hipertrigliseridemia (tipe IV) | |||
Demam faktisius |
Sumber: A Clinical Approach. The American Journal of Medicine, 2015. [6]