Pendahuluan Fever of Unknown Origin
Fever of unknown origin (FUO) atau juga dikenal sebagai demam tanpa penyebab yang jelas saat ini didefinisikan dengan menggunakan istilah ‘FUO yang direvisi’. FUO dapat ditemukan pada beberapa kondisi dari infeksi virus dan bakteri hingga kondisi keganasan seperti limfoma maupun leukemia.
Sebelumnya, istilah FUO didefinisikan pertama kali pada tahun 1961 oleh Petersdorf dan Beeson sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 38.3 derajat C pada tiga kali atau lebih pemeriksaan selama setidaknya tiga minggu tanpa adanya diagnosis yang ditegakkan setelah perawatan selama satu minggu di rumah sakit. Istilah ini dikemukakan oleh Durack dan Street pada tahun 1991 dan dibagi menjadi 4 bagian seperti klasik, nosokimial, neutropenik, dan yang berkaitan dengan HIV.[1,2]
Klasik
Peningkatan suhu tubuh >38.3 oC pada beberapa kali pemeriksaan selama lebih dari 3 minggu meskipun telah dilakukan pemeriksaan selama 3 kali kunjungan rawat jalan atau 3 hari perawatan di rumah sakit atau 1 minggu pemeriksaan ambulatori invasif.[1]
Nosokomial
Peningkatan suhu tubuh >38.3 oC pada beberapa kali pemeriksaan yang dilakukan pada pasien rawat inap yang menerima perawatan akut dan di mana infeksinya belum menunjukkan gejala dan tanda ketika admisi di rumah sakit. Investigasi selama 3 hari yang termasuk setidaknya 2 hari lama inkubasi kultur adalah syarat minimum untuk diagnosis ini.[1]
Neutropenik / FUO Imunodefisiensi
Peningkatan suhu tubuh >38.3 oC pada beberapa kali pemeriksaan yang diamati pada pasien di mana jumlah hitung neutrofilnya <500/μL atau diperkirakan akan berada pada jumlah tersebut dalam 1-2 hari. Diagnosis ini perlu dipertimbangkan pada investigasi yang mencakup setidaknya 2 hari lama inkubasi kultur.[1]
Berkaitan dengan HIV
Peningkatan suhu tubuh >38.3 derajat C pada beberapa kali pemeriksaan selama lebih dari 4 minggu atau lebih dari 3 hari pada pasien HIV yang dirawat inap. Diagnosis ini perlu dipertimbangkan jika investigasi yang sesuai lebih dari 3 minggu, termasuk 2 hari lama inkubasi kultur, tidak mengungkapkan adanya hasil.[1]
Etiologi FUO sangatlah banyak, meliputi lebih dari 200 kondisi medis. Penyebab FUO dapat dikategorikan menjadi infeksi, peradangan non infeksi, neoplasma/malignansi, dan gangguan lainnya. Menurut sebuah systematic review dari Fusco et al, infeksius merupakan kategori terbanyak, diikuti oleh peradangan non infeksius, neoplasma dan tidak terdiagnosis. Meskipun kemajuan medis telah tercapai selama ini, kira-kira seperempat FUO masih belum terdiagnosis.[3-6]
Diagnosis FUO ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan dengan terfokus pada riwayat dan tanda-tanda yang berkaitan dengan FUO. Selanjutnya, berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditentukan kategori FUO dengan ciri-ciri klinisnya.[6]
Penyakit malignansi/neoplasma biasanya berhubungan dengan anoreksia pada awal penyakit dan penurunan berat badan yang signifikan; penyakit infeksius berhubungan dengan rasa panas dingin atau menggigil; sinovitis berkaitan dengan penyakit rematik/inflamasi (kecuali penyakit vaskulitis). Pemeriksaan penunjang dilaksanakan secara selektif dan berdasarkan petunjuk klnis untuk mengerucutkan diagnosis agar menghindari pemeriksaan yang berlebihan.[6]
Tatalaksana kasus FUO dimulai dengan perawatan suportif hingga ditegakkannya diagnosis. Langkah ini dilakukan karena mortalitas FUO rendah dan terapi awal dengan obat antipiretik atau antimikroba dapat menunda penegakan diagnosis. Namun, perlu diperhatikan bahwa ada beberapa diagnosis kerja, jika dicurigai, perlu segera diberikan terapi secara empiris. Diagnosis kerja tersebut yaitu endokarditis infektif, arteritis sel raksasa, dan tuberkulosis milier atau sistem saraf pusat. [7]