Etiologi Pneumonia Komuniti
Mikrorganisme etiologi pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) bisa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Terdapat sedikit perbedaan etiologi patogen penyebab CAP di daerah negara maju dibandingkan dengan negara berkembang di Asia terkhusus Indonesia. Bakteri batang gram negatif (gram-negative bacili/GNB) dan Staphylococcus aureus cukup sering didapati di negara Asia namun jarang ditemukan sebagai etiologi CAP di negara barat. Justru bakteri batang gram negatif dan S. aureus di negara barat merupakan etiologi hospital-acquired pneumonia (HAP). [4]
Etiologi yang paling sering terutama di daerah Eropa dan Amerika adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus pneumoniae, Chlamydopilla pneumoniae, Legionella pneumophila, dan virus respiratori. [2]
Pada pasien anak, patogen etiologi CAP umumnya tumpang tindih oleh bakteri dan virus. Kombinasi patogen kebanyakan kasus adalah kombinasi Rhinovirus dan Streptococcus pneumoniae. [5]
Selain patogen di atas, semakin banyak penelitian yang melaporkan bahwa etiologi CAP di Indonesia adalah bakteri batang gram negatif. [6] Sebuah penelitian di Semarang menunjukkan bahwa bakteri batang gram negatif merupakan penyebab pneumonia yang sering. Karier Klebsiella pneumoniae ditemui pada 15% orang tua dan 7% pada anak. [7]
Etiologi lain yang insidensinya tidak terlalu tinggi namun menjadi beban tersendiri antara lain:
- Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan patogen penyebab pneumonia nosokomial. Namun demikian, MRSA dapat pula menyebabkan CAP yang diistilahkan sebagai community-acquired MRSA (CA-MRSA).[8]
- Pneumocystis jirovecii, patogen penyebab CAP yang berhubungan dengan infeksi HIV. Umumnya sering pada daerah dengan insidensi HIV yang tinggi.[9]
- Beberapa kasus pandemi merupakan kasus CAP dengan etiologi virus yang angka mortalitasnya tinggi seperti H5N1, H1N1, dan Mers-CoV (Middle East Respiratory Syndrome – Corona Virus). Mers-CoV sering dialami orang yang bepergian ke Timur Tengah dan berhubungan dengan kegiatan ibadah haji yang banyak dilakukan oleh orang Indonesia tiap tahunnya. Namun hasil penelitian menunjukkan CAP berat yang memerlukan rawat inap pada peserta haji bukanlah akibat Mers-CoV.[10]
Faktor Risiko
Faktor gaya hidup dan beberapa kondisi medis berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya CAP pada orang dewasa, antara lain:
- Umur di atas 65 tahun
- Merokok
- Peminum alkohol
- Kondisi imunosupresif
- Status nutrisi underweight
- Kurangnya kebersihan gigi
- Kondisi penyakit kronis seperti: PPOK, penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskular, pnyakit hepar atau ginjal kronis, diabetes melitus, dan demensia [16]