Diagnosis Pneumonia Komuniti
Diagnosis pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) ditegakkan berdasarkan adanya gejala yang mengarah, ditemukan kelainan paru pada pemeriksaan fisik, dan gambaran infiltrat pada rontgen thoraks.
Anamnesis
Keluhan pasien sesuai dengan gejala pneumonia antara lain:
- Demam, dapat disertai menggigil atau berkeringat dan takikardi
- Riwayat batuk pilek beberapa hari sebelumnya.
- Batuk, batuk produktif atau non-produktif dimana sputum dapat mukoid, purulen, atau dengan bercak darah. Bila terdapat batuk darah atau hemoptisis dapat dicurigai penumonia komuniti MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus)
- Sesak napas, tergantung beratnya penyakit, dapat disertai dengan retraksi subkosta, interkosta, suprasternal dan penggunaan otot bantu napas
- Nyeri dada pleuritik, bila telah gangguan telah mencapai pleura
- Pada anak, infeksi berat menyebabkan letargi dan sianosis
- Keluhan lainnya seperti nyeri kepala, mialgia, atralgia, kelelahan, mual, dan muntah [2]
Pemeriksaan Fisik
Temuan hasil pemeriksaan fisik bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit. Dapat ditemukan peningkatan laju pernapasan dan pemakaian otot bantu napas. Stem fremitus dapat meningkat atau melemah pada pemeriksaan palpasi dada. Pada pemeriksaan perkusi bisa didapati dullness. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan ronki, suara pernapasan bronkial, dan friction rub. Temuan pada pemeriksaan auskultasi bervariasi tergantung pada beratnya infeksi. Bila sudah terjadi empiema, suara pernapasan dapat melemah.
Diagnosis pneumonia tidak cukup hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan fisik hanya memiliki sensitifitas rata-rata 58% dan spesifisitas 67%. Pemeriksaan foto X-ray toraks dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dan membedakan dari kondisi penyakit lainnya. [2]
Diagnosis Banding
Gejala-gejala CAP dapat mirip dengan gambaran penyakit lainnya. Berikut diagnosis banding CAP yang dibedakan menurut ada atau tidaknya abnormalitas pada hasil foto X-ray toraks. [20]
Foto X-Ray Toraks Abnormal
- Congestive Heart Failure (CHF)
- Tuberkulosis paru
- Pneumonitis aspirasi
- Infark paru
- Fibrosis paru
- Bronkiektasis
- Pneumonia eosinofilik akut
- Pneumonitis hipersensitif
- Vaskulitis paru
- Cedera paru akibat pemakaian kokain
Foto X-Ray Toraks Normal
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) eksaserbasi akut
- Influenza
- Bronkitis akut
- Pertussis
- Asma
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan adalah pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk membantu penegakan diagnosis, diagnosis etiologi, serta untuk penilaian prognosis pasien. Pemeriksaan tersebut antara lain:
- Pemeriksaan darah rutin, didapati leukositosis yang bermakna dan pergeseran ke kiri (shift to the left) pada hitung jenis leukosit terutama pada infeksi oleh S. pneumoniae, H. influenzae, dan bakteri batang gram negatif. Leukopenia dapat terjadi pada infeksi masif oleh pneumokokus dan bakteri batang gram negatif.
-
Biomarker, acute phase reactant meningkat akibat respon inflamasi terutama akibat infeksi bakteri. Biomarker tersebut adalah prokalsitonin dan C-reactive protein.
Peningkatan prokalsitonin dapat digunakan untuk penanda kebutuhan pemberian antibiotik dan penghentian antibiotik bila kadarnya telah menurun di bawah ambang batas bawah.
-
Pemeriksaan mikrobiologis, sampel yang diperiksa harus berkualitas dan tidak terkontaminasi oleh sediaan lain misalnya sediaan sputum tidak boleh terkontaminasi cairan dari orofaring. Pengambilan sampel harus dilakukan sebelum terapi empiris dilakukan. Pengambilan sampel juga dapat dilakukan dengan cara invasif yakni pengambilan cairan bilasan bronkus (bronchoalveolar lavage) pada saat bronkoskopi dan aspirasi cairan pleura.
- Pewarnaan sputum dan kultur sputum, pewarnaan gram pada sputum berguna untuk mengidentifikasi spesies bakteri yang menjadi etiologi infeksi, sementara kultur sputum untuk mengidentifikasi patogen dalam jumlah yang lebih besar serta dilanjutkan dengan uji resistensi dan uji sensitivitas terhadap antibiotik.
- Kultur darah, hasil positif pada kultur darah pada umumnya rendah
- Kultur cairan pleura

- Pemeriksaan serologis, peningkatan IgM spesifik pada serum menunjukkan infeksi pada fase akut dan fase konvalesen
- Tes antigen urin, pemeriksaan untuk mendekteksi antigen Legionella dan pneumokokus pada urin. Pemeriksaan masih bisa menunjukkan positif walaupun terapi antibiotik telah dimulai
-
Polymerase Chain Reaction (PCR), PCR mengamplifikasi DNA dan RNA patogen. Standar untuk diagnosis pneumonia viral adalah PCR apusan nasofaring. Peningkatan bacterial load pada hasil pemeriksaan PCR pada darah merupakan risiko terjadinya syok sepsis.Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan foto x-ray toraks sangat diperlukan untuk menyingkirkan kelainan yang lainnya. Foto toraks tidak dapat dijadikan acuan untuk etiologi pneumonia tertentu. Gambaran yang dapat ditemukan pada foto x-ray toraks antara lain:
- Infiltrat
- Konsolidasi dengan air bronchogram
- Gambaran kavitas
- Infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia

Keterbatasan sensitivitas foto toraks dapat terjadi pada kondisi berikut ini:
- Kelainan muncul lebih lambat atau kelainan hanya tampak minimal pasien dengan empiema, bula, atau kelainan struktural pada paru
- Pasien obesitas
- Pasien pada awal-awal infeksi, dehidrasi berat
Pemeriksaan CT-Scan toraks lebih sensitif dalam mendeteksi kelainan minor pada paru, namun tidak ada indikasi untuk melakukan pemeriksaaan CT-Scan toraks pada pasien yang dicurigai pneumonia namun dengan gambaran foto toraks normal.
Saat ini opsi diagnosis pneumonia komuniti dengan aplikasi analisis batuk juga sedang dikembangkan. Algoritme ini dapat menganalisis suara batuk pasien dan memungkinkan diagnosis pada kondisi di mana pemeriksaan klinis, radiologis, dan laboratorium tidak bisa dilakukan.