Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik general_alomedika 2022-07-27T10:44:18+07:00 2022-07-27T10:44:18+07:00
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Prognosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) kurang baik karena morbiditas yang tinggi, risiko mortalitas, dan belum ada terapi definitif yang didukung bukti ilmiah adekuat untuk mengatasi kondisi ini. Pengukuran prognosis dapat dilakukan dengan menilai BODE (Bosy Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea, dan Exercise Capacity).

Komplikasi

PPOK mempengaruhi tidak hanya paru. Pasien PPOK dapat mengalami komplikasi pada otot skeletal, infeksi, maupun komplikasi kardiovaskular.

Disfungsi Otot

Kelemahan otot rangka merupakan komplikasi umum dari PPOK. Disfungsi otot ini akan menyebabkan penurunan kapasitas latihan fungsional, gangguan kualitas hidup, dan peningkatan mortalitas.

Penyakit Kardiovaskular

Kejadian kardiovaskular sering terjadi pada pasien dengan PPOK. Selain itu, PPOK juga sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Mekanisme yang menghubungkan keduanya mencakup adanya disfungsi vaskular, aktivasi neurohumoral, inflamasi sistemik, dan hiperinflasi. Inflamasi sistemik pada PPOK telah dikaitkan dengan terjadinya aterosklerosis.

Hiperinflasi akan mengurangi pengisian jantung dan mengganggu curah jantung, menyebabkan penurunan saturasi vena dan kerusakan jaringan pembuluh darah paru. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan atau cor pulmonale.

Osteoporosis

PPOK dapat menyebabkan pasien kekurangan gizi dan berkurangnya waktu yang dihabiskan di luar ruangan. Hal ini telah dilaporkan menyebabkan prevalensi osteoporosis yang tinggi pada kelompok pasien PPOK.

Gangguan Kognitif dan Sistem Saraf

Neuropati perifer dan kram otot merupakan keluhan yang lebih sering terjadi pada pasien PPOK. Meski demikian, mekanisme pasti yang menghubungkan keduanya masih belum diketahui.

PPOK juga telah dilaporkan berkaitan dengan perburukan fungsi kognitif dan memori. Pasien PPOK juga lebih berisiko mengalami depresi dan ansietas.[1,2,25]

Prognosis

Prognosis PPOK bergantung pada kepatuhan pasien menjalani terapi medikamentosa maupun nonmedikamentosa, serta menghindari penyebab utama PPOK. Berhenti merokok telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan kesintasan pasien PPOK.

BODE

BODE (Bosy Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea, dan Exercise Capacity) merupakan salah satu parameter pemeriksaan dalam menentukan risiko mortalitas pada PPOK. Nilai BODE dapat dihitung dengan cara berikut.

Indeks Massa Tubuh (body mass index/BMI):

  • Di atas 21 kg/m2: 0 poin
  • Di bawah 21 kg/m2: 1 poin

FEV1:

  • <65%: 0 poin
  • 50-64%: 1 poin
  • 36-49%: 2 poin
  • <35%: 3 poin

Dyspnea:

  • Sesak napas dirasakan bila melakukan aktivitas berat: 0 poin
  • Sesak napas dirasakan saat berjalan di daerah tanjakan: 0 poin
  • Sesak napas dirasakan saat berjalan di atas dataran yang rata, pasien merasa harus berhenti sesekali karena sesak napas: 1 poin
  • Sesak napas dirasakan setelah berjalan beberapa menit: 2 poin
  • Pasien tidak bisa meninggalkan rumah karena merasa sesak napas: 3 poin

Tes Jalan 6 Menit:

  • Pasien dapat berjalan sejauh lebih dari 350 meter: 0 poin
  • Pasien dapat berjalan sejauh 250-349 meter: 1 poin
  • Pasien dapat berjalan sejauh 150-249 meter: 2 poin
  • Pasien hanya dapat berjalan <149 meter: 3 poin

Survival rate 4 tahun berdasarkan total jumlah poin variabel BODE diatas adalah sebagai berikut:

  • 0-2 poin = 80%
  • 3-4 poin = 67%
  • 5-6 poin = 57%
  • 7-10 poin = 18%.[2,22]

Komorbiditas

PPOK berhubungan dengan beberapa penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi prognosis PPOK ke arah yang negatif.

Kanker Paru:

Inflamasi kronik yang terjadi pada PPOK seringkali menyebabkan komplikasi keganasan, yakni berupa kanker paru. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian pada pasien PPOK. Semua pasien PPOK harus diinstruksikan agar mau berhenti merokok bila ingin ikut menurunkan risiko kanker paru tersebut. Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien PPOK untuk mencari adanya komorbiditas kanker paru.

Penyakit Kardiovaskuler:

Penyakit arteri koroner, gagal jantung, penyakit arteri perifer, serta hipertensi merupakan komorbiditas yang lazim terjadi bersamaan dengan PPOK. Keberadaan komorbiditas ini akan memperburuk prognosis pasien.

Gangguan Napas terkait Tidur:

Gangguan napas terkait tidur atau sleep related breathing disorder SRBD sering ditemukan pada pasien PPOK. Hal ini berkaitan dengan kualitas hidup yang buruk serta ikut meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

Gangguan Psikiatri:

Pasien dengan PPOK juga diketahui memiliki risiko tinggi mengalami depresi dan gangguan cemas daripada perokok yang belum mengalami PPOK. Telah terbukti bahwa rehabilitasi paru yang dijalani oleh sebagian pasien dapat membantu menurunkan depresi dan cemas.

Lainnya:

Komorbiditas lainnya yang sering menyertai PPOK adalah sindrom metabolik, diabetes mellitus, insufisiensi renal, dan osteoporosis.[26,34-37]

 

 

Penulisan pertama: dr. Yudhistira Kurnia

Referensi

1. Agarwal AK, Raja A, Brown BD. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. [Updated 2021 Dec 10]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559281/
2. Mosenifar Z. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/297664-overview
25. Shrikrishna D, Hopkinson NS. Chronic obstructive pulmonary disease: consequences beyond the lung. Clin Med (Lond). 2012 Feb;12(1):71-4. doi: 10.7861/clinmedicine.12-1-71. PMID: 22372229; PMCID: PMC4953427.
26. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Report. 2021. www.goldcopd.org
34. Puebla Neira DA, Watts A, Seashore J, et al. Outcomes of Patients with COPD Hospitalized for Coronavirus Disease 2019. Chronic Obstr Pulm Dis 2021; 8:517.
35. Chen YW, Ramsook AH, Coxson HO, et al. Prevalence and Risk Factors for Osteoporosis in Individuals With COPD: A Systematic Review and Meta-analysis. Chest 2019; 156:1092.
36. Rothnie KJ, Connell O, Müllerová H, et al. Myocardial Infarction and Ischemic Stroke after Exacerbations of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Ann Am Thorac Soc 2018; 15:935.
37. Montserrat-Capdevila J, Godoy P, Marsal JR, et al. Overview of the Impact of Depression and Anxiety in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Lung 2017; 195:77.

Penatalaksanaan Penyakit Paru Ob...
Edukasi dan Promosi Kesehatan Pe...

Artikel Terkait

  • Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
  • Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
    Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
  • Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
    Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
  • Budesonide-Formoterol vs Fluticasone-Salmeterol untuk Terapi Penyakit Paru Obstruksi Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
    Budesonide-Formoterol vs Fluticasone-Salmeterol untuk Terapi Penyakit Paru Obstruksi Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
  • Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi
    Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
21 Desember 2022
Pilihan Terapi Yang Tepat untuk Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Pilihan terapi yang tepat untuk pasien asma dan PPOK adalah kombinasi long-acting beta-2 agonist (LABA) dan inhaled corticosteroid (ICS). Termasuk...
Anonymous
26 Oktober 2022
Pasien lansia wanita sering sesak napas dan terasa kencang di perut bagian atas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter izin diskusi, saya pernah menemukan 2 orang pasien wanita usia 60-70 tahun dengan keluhan sering sesak tanpa nyeri epigastrium, atau sesak...
Anonymous
25 Oktober 2022
Rehabilitasi medik untuk pasien penyakit paru obstruktif kronis - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Ananda, Sp. KFR bagaimana terapi pada pasien PPOK yang sering sesak napas pada pasien lansia? Apakah latihan tersebut bisa dilakukan pasien di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.