Etiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
Virologi
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya.
Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha coronavirus (alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV), dan gamma coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat, sedangkan deltaCoV dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.[1-3]
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60–140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.[1-3,8]
Transmisi
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke manusia merupakan mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2, kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari virus ini masih belum diketahui secara pasti.[1,2,9]
Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui droplet yang dikeluarkan saat individu yang terinfeksi batuk atau bersin pada jarak ± 2 meter. Droplet yang hinggap pada mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi. Kontak pada barang yang sudah terkontaminasi oleh droplet pasien COVID-19, yang diikuti dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu juga dapat menjadi salah satu transmisi penyebaran virus, walaupun rute ini bukan transmisi utama penyebaran virus.[1,2,9,10]
Transmisi vertikal dari ibu ke janin secara intrauterine atau saat lahir pervaginam sampai sekarang belum diketahui secara pasti.[9,11,12]
Faktor Risiko
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara menyeluruh. Faktor risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:
- Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19
- Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi COVID-19[10]
Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pasien COVID-19, antara lain:
- Usia >50 tahun
- Pasien imunokompromais, seperti HIV
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Penyakit keganasan, seperti kanker paru
- Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
- Penyakit paru obstruktif kronis
- Disfungsi koagulasi dan organ
- Wanita hamil
- Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi
- Neutrofilia
- D-dimer >1 µg/L[10,13-15]