Patofisiologi Pneumonia Komuniti
Patofisiologi pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) melibatkan peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proliferasi mikroba patogen pada alveolus dan respon imun tubuh terhadap proliferasi tersebut menyebabkan peradangan. Mikroorganisme masuk ke saluran napas bagian bawah melalui beberapa cara, yaitu secara aspirasi dari orofaring, inhalasi droplet, penyebaran melalui pembuluh darah, serta penyebaran dari pleura dan ruang mediastinum. [1]
Dalam keadaan normal, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada paru karena mekanisme pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan saluran napas dan paru antara lain:
- Pertahanan mekanis oleh bulu hidung dan konka untuk menyaring partikel besar agar tidak mencapai saluran napas bawah
- Refleks muntah dan batuk untuk mencegah aspirasi
- Struktur trakeobronkial yang bercabang-cabang untuk menjebak mikroorganisme yang kemudian akan dibersihkan oleh mukosiliar dan faktor antibakteri yang membunuh patogen yang berhasil masuk
- Flora normal yang menghalangi pertumbuhan bakteri yang virulensinya lebih kuat
- Mikroorganisme yang berhasil lolos dan mencapai alveolus akan disingkirkan oleh makrofag alveolar atau sel Langhans. Makrofag alveolar selanjutnya memicu respon inflamasi untuk membantu proses pertahanan tubuh [2]
Bila kapasitas makrofag alveolar tidak cukup untuk mengeliminasi patogen, maka dapat terjadi kaskade yang menyebabkan gejala-gejala klinis pneumonia, yaitu:
- Proliferasi patogen memicu respon imun tubuh
-
Pelepasan mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF (tumor necrosis factor) memicu terjadinya demam.
-
Kemokin seperti IL-8 dan GSF (granulocyte colony-stimulating factor) merangsang pelepasan neutrofil dan memanggil leukosit lebih banyak menuju jaringan paru.
Pada pneumonia bakterial, infeksi umumnya berawal di trakea yang kemudian mencapai parenkim paru. Selain itu, infeksi juga dapat berasal dari bakteremia yang kemudian menjalar ke parenkim paru. Sedangkan pada pneumonia viral, awal infeksi adalah infeksi di sepanjang jalan napas yang disertai lesi pada epitel saluran napas. Akibat infeksi, baik bakteri maupun viral, terjadi obstruksi akibat pembengkakan, sekresi, dan debris selular.
Pada anak-anak terutama bayi, anatomi saluran napas yang lebih kecil menyebabkan lebih rentan mengalami infeksi yang berat. Obstruksi jalan napas dapat berujung hipoksemia akibat atelektasis, edema interstisial, dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi. [3]