Pendahuluan Ankilostomiasis
Ankilostomiasis adalah salah satu infeksi cacing tambang (hookworm) yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma sp. Ankilostomiasis biasanya asimptomatis namun dapat timbul dengan gejala gastrointestinal, anemia defisiensi besi, kulit yang gatal akibat cutaneous larva migran, dan batuk akibat migrasi ke paru-paru.
Terdapat beberapa jenis cacing Ancylostoma yang dapat menginfeksi manusia, yang paling sering adalah Ancylostoma duodenale, Ancylostoma brasiliensis, dan Ancylostoma ceylanicum. Cacing ini merupakan salah satu jenis nematoda usus yang merupakan soil-transmitted helminth (STH). [1-3]
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2011, terdapat 740 juta orang terinfeksi cacing tambang, khususnya daerah tropis dan subtropis. Infeksi cacing tambang juga terjadi di Indonesia, namun lebih rendah dibandingkan jenis cacing STH lainnya (1,38% dari seluruh kasus infeksi STH) pada tahun 2006.[4,5] 95% dari seluruh kasus infeksi cacing tambang disebabkan oleh Necator americanus, sedangkan 5% kasus ditemukan Ancylostoma duodenale. [6]
Diagnosis ankilostomiasis sering kali terlewatkan karena gejala klinis yang kurang jelas, bahkan terkadang asimtomatik. Tanda dan gejala ankilostomiasis juga berbeda-beda sesuai fase infeksi, yaitu :
- Invasi: penetrasi kulit, kemerahan, vesikel, gatal (ground itch), dapat terjadi Cutaneous Larva Migrans (CML)
- Migrasi: gejala paru dan saluran napas, seperti batuk, faringitis, dan dapat terjadi Sindrom Loeffler
- Infektif: gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, perdarahan gastrointestinal, dan dapat terjadi Sindroma Wakana
Kecurigaan terhadap ankilostomiasis kemudian dapat dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan feses lengkap dan diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan telur atau cacing dewasa. Pemeriksaan feses lengkap dianggap sebagai metode diagnosis baku emas pada infeksi cacing, namun metode diagnostik lain juga dapat dilakukan tergantung pada gejala yang dialami pasien. [1,2,6,7]
Penatalaksanaan utama ankilostomiasis adalah dengan pemberian obat antelmintik, yaitu mebendazole dan albendazole. Tata laksana lain dapat diberikan sesuai dengan kondisi klinis pasien. Peningkatan sanitasi dan upaya preventif dengan memberikan obat cacing secara rutin juga sangat penting dilakukan. [2,6,8-11]