Pedoman Penanganan Pneumonia dan Diare pada Anak – Ulasan Guideline Terkini

Oleh :
dr. Novita

WHO mengeluarkan pedoman penanganan pneumonia dan diare pada anak berusia hingga 10 tahun pada tahun 2025. Pedoman ini membagi rekomendasinya berdasarkan tingkat usia dan juga jenis skenario klinis yang diderita pasien seperti pneumonia dengan napas cepat dan pneumonia pada pasien yang memiliki faktor risiko mortalitas

Sebelumnya WHO memang sudah memiliki panduan klinis untuk penanganan pneumonia dan diare, tetapi panduan tersebut lebih berfokus pada anak berusia di bawah 5 tahun. Pedoman kali ini mencakup rentang usia lebih luas dan bertujuan untuk mengembangkan, memperbarui, dan mengkonsolidasikan rekomendasi tentang pengelolaan pneumonia dan diare pada anak-anak hingga usia 10 tahun.[1]

Pneumonia dan Diare pada Anak

Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini

Penyakit Pneumonia dan diare
Tipe Penatalaksanaan
Yang Merumuskan

World Health Organization (WHO)

Tahun 2025
Negara Asal Internasional
Dokter Sasaran Dokter umum, dokter jaga IGD, dokter spesialis anak.

Penentuan Tingkat Bukti

Pedoman ini didasarkan pada tinjauan sistematis terhadap bukti mengenai penatalaksanaan pneumonia dan diare, sesuai dengan prosedur dalam WHO Handbook for Guideline Development. Langkah-langkah dalam proses ini meliputi identifikasi pertanyaan dan luaran prioritas, pengumpulan bukti, penilaian dan sintesis bukti, perumusan pernyataan normatif, perencanaan untuk diseminasi, serta pertimbangan mengenai kesetaraan, hak asasi manusia, implementasi, regulasi, dan etika.

Pendekatan menggunakan Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) digunakan untuk menilai kepastian bukti dari segi efektivitas dan berbagai pertimbangan lainnya, serta membantu dalam menentukan kualitas bukti dan kekuatan rekomendasi yang diberikan. Pendekatan ini juga mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan risiko, nilai dan preferensi, serta penggunaan sumber daya.[1]

Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda

Pedoman ini membagi rekomendasinya berdasarkan skenario klinis dan usia pasien. Usia dibagi menjadi kelompok 2-59 bulan dan 5-10 tahun untuk pneumonia, serta usia hingga 10 tahun dengan dan tanpa faktor risiko untuk diare.[1]

Tata Laksana Pneumonia Anak Usia 2-59 Bulan dengan Gejala Napas Cepat

Untuk anak usia 2-59 bulan dengan gejala pernapasan cepat (tidak terdapat tarikan dinding dada dan tanda bahaya lain), WHO merekomendasikan menggunakan obat amoxicillin oral dengan dosis 40 mg/kg, yang diberikan 2 kali sehari (80 mg/kg/hari) selama 5 hari. Pada wilayah dengan prevalensi Human Immunodeficiency Virus (HIV) rendah, amoxicillin diberikan selama 3 hari.[1]

Tata Laksana Pneumonia Anak Usia 2-59 Bulan dengan Retraksi Dinding Dada

Untuk anak usia 2-59 bulan dengan retraksi dinding dada (dengan atau tanpa napas cepat) dan tanpa tanda bahaya, WHO merekomendasikan pemberian amoxicillin oral selama 5 hari sebagai pasien rawat jalan dibandingkan pemberian injeksi antibiotik saat rawat inap. Dosis yakni 40 mg/kg, diberikan 2 kali sehari.[1]

Tata Laksana Bagi Anak Usia 2-59 Bulan Dengan Pneumonia dan Faktor Risiko Mortalitas

Pada kondisi tidak tersedia pulse oximetry, anak usia 2-59 bulan yang didiagnosis dengan pneumonia, WHO menganjurkan evaluasi laju pernapasan menggunakan kombinasi gejala dan tanda untuk menilai hipoksemia. Guideline development group (GDG) menekankan bahwa tanda dan gejala hipoksemia diperiksa oleh petugas kesehatan yang terlatih bukan oleh petugas komunitas.

Pada anak usia 2–59 bulan dengan pneumonia (pernapasan cepat atau tarikan dada ke dalam, tanpa tanda bahaya) yang memiliki faktor risiko kematian tinggi, WHO tidak membuat rekomendasi khusus mengenai perawatan intensif.[1]

Tata Laksana Pneumonia Anak Usia 5-9 Tahun

Pada anak usia 5-9 tahun dengan dugaan pneumonia, WHO tidak memberi rekomendasi khusus mengenai antibiotik mana yang paling efektif untuk meningkatkan luaran klinis.[1]

Tata Laksana Diare pada Anak Hingga Usia 10 Tahun dengan Diare Akut Tanpa Darah

Pada anak usia hingga 10 tahun dengan diare akut berair tanpa darah (tanpa memandang etiologi), WHO tidak menganjurkan penggunaan antibiotik.[1]

Tata Laksana Diare pada Anak Hingga Usia 10 Tahun dengan Diare Akut Berdarah

Pada anak usia hingga 10 tahun dengan diare disertai darah dalam tinja, WHO merekomendasikan pemberian antibiotik dibandingkan tidak memberikan antibiotik. Dosis dan durasi pemberian antibiotik antara lain:

  • Lini pertama: ciprofloxacin 15 mg/kg/dosis, 2 kali sehari selama 3 hari.
  • Lini kedua: ceftriaxone 50–80 mg/kg/hari selama 3 hari.[1]

Penggunaan Terapi Adjuvan pada Anak Hingga Usia 10 Tahun dengan Diare

Pada anak usia hingga 10 tahun dengan diare akut berair, WHO merekomendasikan pengobatan tambahan dengan pemberian zinc per oral. Rekomendasi yang sama juga diberikan untuk anak dengan diare persisten. Dosis zinc yang dianjurkan adalah 5 mg per oral pada anak usia hingga 10 tahun, diberikan selama 10–14 hari.

Di lain pihak, penggunaan probiotik tidak dianjurkan pada anak usia hingga 10 tahun yang mengalami diare cair tanpa darah. Pada pasien yang mengalami diare persisten, WHO tidak memberikan rekomendasi khusus terkait probiotik karena masih adanya knowledge gap.

Selain itu, larutan rehidrasi oral dengan osmolaritas rendah direkomendasikan untuk diberikan pada anak hingga usia 10 tahun yang mengalami diare disertai dehidrasi.[1]

Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia

Terdapat perbedaan rekomendasi tata laksana pneumonia pada anak usia 2-59 bulan dengan retraksi dinding dada, yang mana pedoman klinis di Indonesia menganjurkan pemberian oksigen, dosis antibiotik pertama, lalu dirujuk ke rumah sakit. Di sisi lain, rekomendasi pengobatan anak usia 2-59 bulan dengan pneumonia tanpa retraksi dinding dada sama dengan pedoman WHO.

Untuk pedoman penanganan diare pada anak Indonesia, secara umum rekomendasi yang ada sama dengan pedoman dari WHO. Pedoman klinis yang ada di Indonesia juga tidak menganjurkan pemberian antibiotik kepada anak dengan diare akut dan persisten. Antibiotik hanya diberikan pada anak dengan diare berdarah atau telah terdiagnosis disentri. Meski demikian, pedoman di Indonesia menganjurkan cotrimoxazole untuk lini pertama dan cefixime untuk lini kedua.[2]

Kesimpulan

WHO mempublikasikan pedoman penanganan pneumonia dan diare pada anak di tahun 2025. Beberapa rekomendasi penting dalam pedoman klinis ini adalah:

  • Anak usia 2-59 bulan yang mengalami pneumonia dengan gejala pernapasan cepat atau retraksi dinding dada tanpa tanda bahaya lain, dianjurkan menerima antibiotik amoxicillin oral 40 mg/kg, yang diberikan 2 kali sehari selama 5 hari. Di sisi lain, tidak ada rekomendasi antibiotik khusus untuk kelompok usia 5-10 tahun.
  • Anak usia hingga 10 tahun yang mengalami diare akut berair tanpa darah tidak dianjurkan mendapat antibiotik, terlepas dari patogen penyebabnya.
  • Anak usia hingga 10 tahun yang mengalami diare berdarah dianjurkan mendapat antibiotik, yakni ciprofloxacin sebagai lini pertama dan ceftriaxone sebagai lini kedua.
  • Terapi adjuvan yang dianjurkan pada anak usia hingga 10 tahun yang mengalami diare adalah zinc, serta dapat ditambahkan larutan rehidrasi jika pasien mengalami dehidrasi.

Referensi