Interaksi dan Efek Samping Ranitidin
Efek samping ranitidin di antaranya adalah efek samping gastrointestinal seperti konstipasi, diare, dan nyeri perut, serta efek samping muskuloskeletal berupa atralgia atau mialgia. Interaksi obat ranitidin berupa peningkatan atau penurunan konsentrasi obat lain, serta pemanjangan prothrombin time pada penggunaan bersama warfarin.
Efek Samping
Efek samping ranitidin dapat dibagi per sistem organ sebagai berikut:
- Sistem saraf pusat: sefalgia, malaise, insomnia, vertigo, gangguan status mental sementara seperti agitasi, depresi, halusinasi namun sangat jarang
-
Kardiovaskular: aritmia seperti takikardia, bradikardia, AV blok, PVC (premature ventricular beats)
- Gastrointestinal: konstipasi, diare, mual/muntah, nyeri perut
- Hepatik: kolestasis, hepatitis dengan atau tanpa kuning, gangguan fungsi liver, dan hepatotoksisitas. Pada keadaan ini ranitidin harus segera dihentikan
- Muskuloskeletal: atralgia dan mialgia
- Hematologi: leukopenia, granulositopenia, dan trombositopenia reversibel
- Endokrin: ginekomastia, impotensi, dan penurunan libido namun insidensi sangat jarang
- Integumen: ruam kemerahan termasuk eritema multiforme
- Respiratori: risiko lebih besar untuk terkena pneumonia, namun hubungan kausal masih belum diketahui
- Lainnya: kasus hipersensitivitas (bronkospasme, eosinofilia, ruam kemerahan), anafilaksis, dan peningkatan serum kreatinin[3]
Interaksi Obat
Interaksi obat ranitidin adalah sebagai berikut:
- Prokainamide: pemberian ranitidin melebihi dosis 300 mg per hari mempengaruhi eliminasi dari prokainamide. Penurunan ekskresi procainamide dan N-asetilprokainmide oleh renal menyebabkan meningkatnya konsentrasi obat ini didalam plasma.
-
Warfarin: ranitidin mempengaruhi protrombin time (PTT) jika dikonsumsi bersamaan dengan warfarin.
- Peningkatan absorbsi obat: triazolam atau midazolam
- Penurunan absorbsi obat: ketoconazole, atazanavir, gefitinibe