Etiologi Osteoporosis
Etiologi osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause sedangkan osteoporosis sekunder diakibatkan oleh penyakit dasar (misalnya tuberkulosis tulang dan diabetes mellitus tipe 1) maupun penggunaan obat-obatan yang berpotensi meningkatkan kerapuhan tulang (misalnya penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan antikonvulsan).
Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause.
Osteoporosis Senilis
Osteoporosis yang dialami setelah usia 65 tahun pada pria ataupun wanita dikategorikan sebagai osteoporosis senilis. Seiring bertambahnya usia, penyerapan kalsium menurun. Diduga hipogonadisme pada lansia, asupan kalsium yang tidak adekuat maupun disuse akibat keterbatasan gerak merupakan penyebab osteoporosis pada kelompok lansia.[1]
Osteoporosis akibat Menopause
Osteoporosis yang dialami wanita saat menopause hingga usia 65 tahun dikategorikan sebagai osteoporosis akibat menopause.[5] Defisiensi estrogen pada menopause berkaitan dengan deteriorasi trabekula tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.[4]
Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis pada wanita premenopause dan pria muda tanpa etiologi yang jelas dikategorikan sebagai osteoporosis idiopatik. Definisi fraktur idiopatik bervariasi yakni fraktur tanpa trauma maupun dengan trauma energi rendah dengan atau tanpa penurunan densitas massa tulang maupun nilai densitas massa tulang yang rendah tanpa riwayat fraktur. Terjadi gangguan remodeling tulang, aktivitas osteoblas menurun ditandai dengan penurunan laju pembentukan tulang kanselosa, penurunan mineralisasi serta periode resorpsi memanjang.[8]
Osteoporosis Juvenil Idiopatik
Osteoporosis pada anak dan remaja rentang usia 2-14 tahun yang ditandai dengan nyeri tulang, fraktur dan deformitas tulang akibat trauma energi rendah. Eksklusi seluruh etiologi sekunder harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis osteoporosis juvenil idiopatik. Pada penyakit ini, pembentukan tulang cancellous terganggu hingga mengakibatkan tulang trabeculae matur tipis. Perjalanan penyakit biasanya berhenti saat pasien mengalami pubertas.[9]
Osteoporosis Sekunder
Pada prinsipnya, osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang timbul akibat imobilisasi, adanya penyakit dasar, maupun penggunaan obat-obatan seperti obat steroid, diuretik, glukokortikoid, antiepilepsi maupun hormon tiroid.
Imobilisasi
Beban tubuh dan tegangan yang diterima oleh skeletal akibat tarikan otot memicu aktivitas osteoblastik. Oleh karena itu, imobilisasi dapat memicu penurunan aktivitas osteoblastik. Penurunan deposisi tulang sedangkan proses resorpsi tidak ikut menurun mengakibatkan osteoporosis.[1]
Penyakit
Osteoporosis diasosiasikan dengan beberapa penyakit, di antaranya:
- Penyakit hematologi: myeloma multipel, mastositosis sistemik, thalassemia beta major
- Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis, renal tubular asidosis, hiperkalsiuria idiopatik
- Penyakit autoimun: artritis rheumatoid, lupus, spondilitis ankilosa, sklerosis multipel
- Penyakit infeksi: tuberkulosis tulang
- Penyakit endokrin: diabetes mellitus, osteoporosis diinduksi glukokortikoid, hipertiroid, hiperparatiroid, hypogonadism, defisiensi hormon pertumbuhan
- Metastasis keganasan pada tulang
- Defisiensi nutrisi : defisiensi kalsium, vitamin D, malabsorbsi (inflammatory bowel disease, penyakit celiac, prosedur gastrektomi),anorexia nervosa [2,3,10]
Konsumsi Obat-Obatan
Obat yang dapat menyebabkan osteoporosis:
- Obat glukokortikoid seperti prednison
- Analog hormon paratiroid seperti teriparatide
- Antikonvulsan seperti phenytoin
- Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine dan golongan trisiklik seperti amitriptyline
- Penggunaan jangka panjang heparin
- Loop diuretik seperti furosemide
- Penggunaan jangka panjang inhibitor pompa proton seperti omeprazole[2,3]
Faktor Risiko
Faktor risiko osteoporosis adalah sebagai berikut:
- Usia
- Indeks massa tubuh <21 kg/m2
- Amenorrhea primer dan sekunder
- Merokok
- Pola diet: asupan kalsium inadekuat, konsumsi alkohol/kafein berlebihan
- Gangguan makan seperti bulimia dan anorexia nervosa
- Aktivitas fisik kurang
- Orang dengan risiko tinggi jatuh
- Riwayat orang tua fraktur panggul
- Konsumsi glukokortikoid prednisone ≥5 mg/hari jangka panjang (>3 bulan)[1,11]
- Defisiensi vitamin D[12]