Pendahuluan Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit reumatologi berupa penurunan massa tulang dan perburukan jaringan tulang tanpa disertai perubahan komposisi tulang. Hal ini didefinisikan sebagai hasil pemeriksaan densitas tulang skor T <-2.5. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur pada pasien.
Osteoporosis timbul akibat ketidakseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas. Osteoblas berperan dalam osteogenesis sedangkan osteoklas berperan dalam resorpsi tulang. Aktivitas osteoklas meningkat tetapi aktivitas osteoblas inadekuat mengakibatkan tulang berporos sehingga rapuh dan rentan fraktur. Fraktur osteoporotik menurunkan kualitas hidup maupun mengakibatkan mortalitas.[1,2]
Penyebab osteoporosis bersifat multifaktor meliputi penuaan, menopause, gangguan endokrin, inaktivitas fisik maupun efek samping obat-obatan tertentu. Osteoporosis primer terjadi akibat menopause atau penuaan. Osteoporosis sekunder dapat diakibatkan oleh penyakit, misalnya hipertiroid, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus tipe I, malnutrisi kronik, dan tuberkulosis tulang. Osteoporosis sekunder juga dapat diakibatkan oleh obat, misalnya furosemide, glukokortikoid seperti prednisone, penggunaan jangka panjang heparin, antikonvulsan seperti phenytoin, atau lithium.[1,3]
Diagnosis osteoporosis ditegakkan atas dasar penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang. Secara klinis, fraktur yang timbul akibat trauma energi rendah tanpa adanya penyakit metabolik tulang lainnya dapat dicurigai akibat osteoporosis. Pemeriksaan densitas mineral tulang merupakan standar baku emas diagnosis osteoporosis dengan nilai skor T <-2,5.[1]
Tata laksana osteoporosis terdiri dari terapi medikamentosa hormonal dan nonhormonal serta terapi nonmedikamentosa. Penatalaksanaan bertujuan untuk mencegah kehilangan massa tulang lebih lanjut serta mencegah fraktur. Terapi hormonal yang dapat diberikan misalnya raloxifene dan kalsitonin. Terapi nonhormonal yang dapat diberikan misalnya pemberian bisphosphonate atau suplementasi vitamin D. Pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak usia anak-anak dan dioptimalkan pada usia puncak massa tulang.[3-5]