Epidemiologi Osteoporosis
Studi epidemiologi menunjukkan osteoporosis mulai dialami usia 40 tahun. Penderita didominasi oleh perempuan pada populasi usia > 55 tahun. Osteoporosis sering kali terdiagnosis saat pasien datang dengan fraktur. Oleh karena itu, data epidemiologi dapat berasal dari 2 sumber: pasien yang terdeteksi saat skrining, dan pasien yang terdiagnosis saat datang dengan fraktur yang dicurigai mengalami osteoporosis, misalnya fraktur kompresi vertebra. Beban biaya yang dikeluarkan untuk penanganan fraktur osteoporosis sangat besar.
Global
Secara global, penderita osteoporosis terdapat di seluruh belahan dunia. Rasio fraktur osteoporotik populasi usia >50 tahun yakni pada wanita 1 di antara 2 orang sedangkan pria 1 di antara 5 pria. [13]
Sekitar 9 juta fraktur timbul pada osteoporosis, dengan fraktur tersering pada tulang pinggul, diikuti pergelangan tangan, vertebra dan humerus. Dampak sosial maupun ekonomi akibat fraktur sangat besar. Di Eropa, beban biaya yang dikeluarkan untuk penanganan fraktur osteoporosis sangat tinggi, mencapai sekitar 450 triliun Rupiah pada tahun 2005 sedangkan di Amerika mencapai 280 triliun Rupiah. [13]
Studi pada beberapa negara Asia menunjukkan jumlah penderita osteoporosis sangat banyak. Sekitar 70 juta penduduk Cina menderita osteoporosis. [14]
Indonesia
Studi pemeriksaan densitas massa tulang yang dilakukan terhadap 65.727 sampel oleh Puslitbang Gizi Depkes RI pada 16 wilayah di Indonesia tahun 2005 menunjukkan prevalensi osteopenia 41,7% dan osteoporosis 10,3%.
Penderita wanita lebih banyak dibanding pria pada populasi usia >55 tahun. Berkebalikan dengan populasi <55 tahun, kasus osteopenia dan osteoporosis lebih banyak didominasi oleh pria. Studi tersebut mengambil sampel secara luas dari berbagai provinsi di Indonesia. Tingginya risiko osteoporosis pada studi ini diduga akibat peningkatan usia harapan hidup yang tidak disertai dengan rerata konsumsi kalsium yang adekuat. Rerata konsumsi kalsium saat itu sangat rendah yakni hanya seperempat dari standar nasional. [15]
Fraktur merupakan komplikasi osteoporosis. Data tahun 2011 menunjukkan insidensi fraktur osteoporosis tulang panggul lebih banyak dialami wanita pada populasi >55 tahun. Kasus fraktur osteoporosis tulang panggul semakin meningkat seiring usia. Pada populasi wanita, kasus fraktur tertinggi terjadi pada kelompok usia 95-99 sebanyak 1680 kasus fraktur. Sedangkan pada populasi pria, paling banyak terjadi pada rentang usia 90-94 tahun dengan jumlah 718 kasus fraktur. Kasus fraktur sangat sedikit terjadi pada rentang usia 40-44 tahun. [16]
Mortalitas
Mortalitas pada kasus osteoporosis dapat timbul akibat fraktur. Komplikasi fraktur vertebra sering terjadi pada penderita osteoporosis. Pada populasi usia >50 tahun, wanita kulit putih memiliki risiko mengalami fraktur vertebra sebesar 16% sedangkan pria sebanyak 5%. Risiko mortalitas pada fraktur vertebra sekitar delapan kali lipat. [14] Fraktur vertebra akibat osteoporosis sekunder merupakan salah satu etiologi terjadinya cedera spinal.
Mortalitas 12 bulan akibat fraktur pinggul pada pria mencapai 20%. Fraktur pinggul pada wanita lebih sering tetapi risiko mortalitas sebesar 2,8% pada wanita usia ≥50 tahun. [14]