Edukasi dan Promosi Kesehatan Stroke
Edukasi pada pasien dengan stroke dapat dilakukan dengan melakukan promosi kesehatan pada masyarakat. Selain itu, pemberian edukasi pada pasien dengan post-stroke juga perlu agar tidak terjadi stroke ulang.
Pencegahan Stroke Primer
Adalah suatu upaya untuk mencegah stroke pada orang yang belum terkena stroke. Hal ini meliputi pemakaian agen antiplatelet, antihipertensi, antikoagulan, statin, henti merokok, penurunan berat badan, dan olahraga. Menurut The American Heart Association/American Stroke Association 80% orang yang dilakukan pencegahan primer dapat menghindari stroke.
Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan stroke harus ditanyakan karena berhubungan dengan peningkatan risiko stroke.
Inaktivitas Fisik
Aktivitas fisik disarankan karena mengurangi risiko stroke. Aktivitas fisik aerobik, seperti jalan cepat, sepeda, berenang) secara teratur minimal tiga kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan berat badan. Selain itu, olahraga dapat membantu penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma, dan meningkatkan aktivitas tissue plasminogen activator.
Dislipidemia
Selain perubahan pola hidup sehat, penggunaan statin direkomendasikan pada prevensi primer.
Nutrisi dan Diet
Mengurangi konsumsi natrium dan meningkatkan konsumsi kalium. Dietary approach to stop hypertension (DASH) direkomendasikan untuk menurunkan berat badan. Diet dengan banyak buah dan sayur yang tinggi kalium dapat mengurangi risiko stroke.
Hipertensi
Skrining teratur dan pemberian terapi yang sesuai harus dilakukan. Selain terapi, perubahan pola hidup sehat dapat mengurangi risiko hipertensi dan stroke.
Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh
Penurunan berat badan direkomendasikan karena dapat menurunkan tekanan darah.
Berhenti Merokok
Konseling dibutuhkan untuk membantu pasien berhenti merokok. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa stroke iskemik dan stroke hemorrhagik memiliki hubungan dengan merokok.
Fibrilasi Atrial, Stenosis Mitral, Thrombus
Penggunaan antikoagulan seperti warfarin, apixaban, dan dabigatran direkomendasikan pada pasien dengan fibrilasi atrial, stenonis mitral, atau thrombus untuk mencegah stroke iskemik pada pasien.
Antiplatelet
Pemakaian antiplatelet ganda, aspirin dan clopidogrel, direkomendasikan untuk pencegahan sekunder pada pasien dengan kejadian stroke iskemik minor atau transient ischemic attack dengan risiko tinggi.
Untuk profilaksis primer, penggunaan aspirin masih mengundang kontroversi sehingga dokter harus menimbang potensi manfaat dan kerugian, serta mendiskusikannya bersama pasien. Ticagrelor saat ini juga sedang dipelajari lebih lanjut sebagai salah satu opsi prevensi stroke[9]
Pencegahan Stroke Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan pada pasien yang telah terkena stroke.
Hipertensi
Antihipertensi yang disarankan untuk tata laksana hipertensi pada pasien stroke Penggunaan pada dan angiotensin-converting enzyme-inhibitor. Selain itu, penurunan tekanan darah dapat dilakukan pada pasien yang belum pernah diterapi, setelah beberapa hari sejak stroke, yang memiliki tekanan darah ≥140/≥90mmHg dan yang telah memiliki hipertensi sebelumnya.
Dislipidemia
Berdasarkan tata laksana dislipidemia untuk pengurangan risiko penyakit kardiovaskular oleh Department of Veterans Affairs dan Department of Defense, Amerika Serikat, terdapat beberapa hal yang relevan untuk stroke:
1. Eliminasi Target Tata Laksana
Terapi dislipidemia sebaiknya tidak didasarkan pada kadar kolesterol sebagai target terapi. Sebaliknya, berikan monoterapi statin dosis sedang fixed-dose untuk menurunkan tingkat mortalitas dan kejadian kardiovaskular pasien.
2. Tes Tambahan untuk Prediksi Risiko yang Lebih Baik
Pemeriksaan tambahan seperti C-reactive protein dan skor kalsium dapat memberikan keuntungan dalam penggunaan terapi karena memiliki nilai prediksi yang baik, akan tetapi tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin karena kurangnya bukti pada keluaran pasien, harga pemeriksaan, dan risiko radiasi pada pemeriksaan kalsium arteri koroner.
3. Pencegahan Sekunder
Mulai dengan statin dosis sedang, lalu titrasi ke dosis tinggi pada pasien dengan risiko tinggi. Walau demikian, studi mengenai manfaat statin dosis tinggi ini sendiri masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena inkonsistensi hasil. Di sisi lain, terdapat peningkatan risiko efek samping minor seperti mialgia yang dapat menurunkan kepatuhan minum obat pasien. Untuk itu, pertimbangkan pemberian statin dosis tinggi ini hanya pada pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular yang sangat tinggi. Dokter juga harus mendiskusikan mengenai peningkatan risiko efek samping dengan pasien sebelum memulai pengobatan sehingga kepatuhan minum obat pasien dapat terjaga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kolesterol total dan HDL tidak jauh berbeda pada pasien yang puasa dan tidak puasa sehingga puasa tidak diperlukan sebelum pemeriksaan. Selain itu, pemeriksaan lipid bukan merupakan target, sehingga direkomendasikan bahwa setelah pemberian statin, pemeriksaan lipid tidak perlu dilakukan secara rutin.[51]
Diabetes Mellitus dan Metabolisme Gula Terganggu
Pasien dilakukan skrining obesitas serta gunakan guideline dari American Diabetes Association untuk kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus dengan stroke. Berdasarkan American Heart Association / American Stroke Association, kadar glukosa pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit adalah 140-180 mg/dL, sedangkan European Stroke Organization merekomendasikan penurunan gula darah dengan insulin sampai di bawah 180 mg/dL.
Pada suatu tinjauan sistematik tahun 2014, dilaporkan bahwa pembuluh darah terpengaruhi bahkan oleh peningkatan glukosa darah, sehingga menyebabkan edema otak dan hipertensi yang lebih parah. Penggunaan vaskuloprotektor merupakan langkah preventif yang baik untuk meningkatkan proteksi dan perbaikan saraf. Selain itu, penggunaan obat harus disesuaikan dengan interaksi dengan r-tPA. Obat antidiabetes yang baik digunakan adalah thiazolindindione.
Tinjauan sistematik tersebut juga menyebutkan bahwa penggunaan insulin 1 jam setelah stroke diikuti dengan r-tPA 1,5 jam setelah kejadian stroke akut mengurangi infark, edema, dan perdarahan otak. Pemberian insulin subkutan dengan sliding scale direkomendasikan pada hiperglikemia dengan stroke. Selain itu, penggunaan metformin 300mg/kgBB/hari selama 14 hari pada penanganan diabetes pasca stroke juga menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan pada sistem serebrovaskular. [52]
Sindroma Metabolik
Sindroma metabolik dapat terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (biasanya terdapat peningkatan trigliserida dan penurunan HDL), tekanan darah tinggi, dan hiperglikemia. Pada suatu tinjauan sistematis yang membandingkan studi di amerika dan eropa, ditermukan bahwa sebagian besar pasien dengan stroke iskemik nonembolik atau atherotrombotik memiliki sindroma metabolik, dan resistensi insulin merupakan salah satu faktor utama dalam sindrom metabolik. Maka dari itu, penanganan resisten insulin dapat mengurangi stroke.
Obat yang dapat digunakan pada pasien stroke dengan sindroma metabolik adalah thiazolinedindione. Thiazolindindione berperan sebagai agonis peroxisome proliferator-activated receptor-γ (PPAR-γ) yang dapat menyebabkan aktivasi metabolisme lipid, penyerapan glukosa, dan antiinflamasi. Selain itu, thiazolindindione juga memiliki efek yang menguntungkan bagi sistem kardiovaskular seperti sebagai antiaterogenik dan antihipertensif.[53]
Nutrisi
Pasien dengan stroke harus dilakukan konseling individual. Penggunaan vitamin tidak direkomendasikan.
Program Henti Rokok
Konseling untuk program henti rokok sangat direkomendasikan dan efektif dalam membantu perokok untuk berhenti merokok. Pelayan kesehatan harus memberitahukan pasien dengan riwayat stroke dan transient ischemic attack agar berhenti merokok.
Konsumsi Alkohol
Pasien harus mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol.
Aterosklerosis
Pemeriksaan pencitraan baiknya dilakukan pada pasien dengan stroke dan transient ischemic attack setelah 6 bulan selesai rawat. Terapi medis seperti penggunaan antiplatelet, statin, dan modifikasi faktor risiko sangat di rekomendasikan. Operasi bypass intrakranial dan ekstrakranial tidak direkomendasikan pada pasien dengan oklusi atau stenosis arteri karotis dan serebral tengah.
Emboli
Pemberian antagonis vitamin A, apixaban, dan dabigatran diindikasikan untuk prevensi stroke selanjutnya. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan stroke yang tidak dapat meminum antikoagulan oral, penggunaan aspirin direkomendasikan.
Antiplatelet
Pemberian antiplatelet dibanding antikoagulan pada pasien dengan stroke iskemik nonkardioembolik direkomendasikan. Aspirin monoterapi merupakan terapi inisial untuk prevensi stroke berulang. Pemberian kombinasi aspirin dan klopidogrel tidak direkomendasikan. [35]