Pendahuluan Stroke
Penyakit stroke adalah sindrom klinis yang menurut WHO terdiri dari tanda-tanda klinis yang berkembang dengan cepat dari gangguan fungsi serebral yang bersifat fokal (bersifat global dalam kasus koma) dari fungsi serebral yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa penyebab lain selain penyebab vaskular.[1]
Stroke dibagi menjadi dua jenis:
- Stroke iskemik
- Stroke hemorrhagik
Stroke iskemik merupakan stroke yang disebabkan adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak atau di luar otak yang menyebabkan infark di bagian otak. Stroke iskemik dapat disebabkan oleh plak aterosklerosis atau emboli, dan dapat diperparah dengan hipertensi, diabetes, dan berbagai faktor risiko lainnya.
Stroke hemorrhagik merupakan stroke yang disebabkan oleh penekanan otak akibat perdarahan. Pada stroke hemorrhagik, stroke disebabkan oleh pecahnya aneurisma, atau adanya malformasi arterio-venosa.
Diagnosis stroke dapat dilakukan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, pencitraan, dan menggunakan skor. Walaupun begitu, CT scan merupakan baku emas dalam menentukan diagnosis stroke.
Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke. Pada stroke iskemik, penggunaan recombinant tissue plasminogen activator (rtPA) merupakan terapi pilihan yang sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan. Jika diberikan, rtPA harus dialkukan sedini mungkin, oleh penelitian disarankan dalam 3-6 jam pertama onset stroke. Pada stroke hemorrhagik, perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan kompresi pada bagian otak di sekitarnya sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Penggunaan mannitol atau pembedahan dapat dipertimbangkan untuk mengatasi hal ini.
Selain pengobatan, prevensi stroke sekunder pada pasien yang pernah mengalami stroke merupakan hal yang harus dilakukan agar tidak terjadi stroke berulang.