Pendahuluan Dislipidemia
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan pada metabolisme lipid yang ditandai dengan adanya peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang dimaksud meliputi kenaikan jumlah kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). [1,2]
Pada tahun 2012, data WHO menyatakan bahwa penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke menduduki urutan nomor satu dan dua penyebab kematian di dunia. Akibat tingginya angka kematian ini, upaya pencegahan melalui pengendalian faktor risiko, salah satunya dislipidemia, dilakukan di seluruh dunia. [1]
Secara umum, dislipidemia dibagi menjadi dua kelompok penyebabnya, yaitu primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer adalah kelainan metabolisme lipid akibat faktor genetik, baik hiperkolesterolemia poligenik maupun dislipidemia kombinasi familial. Pasien dislipidemia berat umumnya disebabkan oleh hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnant, dan hipertrigliseridemia primer. Sementara itu, dislipidemia sekunder terjadi akibat suatu penyakit lain, misalnya hipotiroidisme, sindrom nefrotik, diabetes mellitus, sindrom metabolik, penggunaan obat-obatan seperti progestin, steroid anabolik, kortikosteroid, dan beta blocker. [1]
Penegakkan diagnosis dislipidemia utamanya adalah melalui pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan profil lipid darah yang meliputi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Namun, anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap memegang peranan penting untuk mencari penyebab dan faktor risiko lain yang dapat memperburuk kondisi dislipidemia. [1-3]
Tatalaksana dislipidemia dilakukan berdasarkan penilaian faktor risiko, kategori risiko dan target LDL. Terapi non farmakologis meliputi penatalaksanaan nutrisi melalui evaluasi gizi awal dan edukasi pola diet yang sesuai, serta melalui aktivitas fisik intensitas sedang.
Terapi farmakologis biasanya dimulai bila terapi non farmakologis gagal. Pada keadaan tertentu misalnya diabetes mellitus (DM) tipe 2 dan sindrom koroner akut (SKA) dengan kadar kolesterol LDL ≥100 mg/dl, dianjurkan penggunaan statin dimulai bersamaan dengan terapi non farmakologis, dengan target LDL <100 mg/dl pada pasien DM tipe 2 dan LDL<70 mg/dl untuk pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular, SKA, stroke, dan penyakit arteri perifer. BIla kadar trigliserida >500 mg/dl, golongan fibrat merupakan pilihan terapi utama. [1-3]