Penggunaan Ticagrelor untuk Prevensi Stroke

Oleh :
dr. Ade Wijaya SpN

Ticagrelor umumnya digunakan untuk penanganan sindrom koroner akut. Namun, saat ini potensi ticagrelor sebagai obat prevensi stroke juga mulai banyak dipelajari. Stroke dan penyakit jantung koroner sebenarnya memiliki hubungan yang erat, di mana pasien dengan penyakit jantung koroner biasanya juga memiliki risiko untuk mengalami stroke.

Stroke dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Klinisi perlu membedakan kedua jenis stroke ini secara akurat karena penanganan yang dibutuhkan akan berbeda. Stroke iskemik menempati porsi terbesar, yaitu mencakup 85% dari seluruh kasus stroke. Penatalaksanaan stroke iskemik akut disesuaikan dengan onset dan bisa berupa trombolisis, terapi endovaskular, maupun antiplatelet.[1,2]

Close,Up,Of,Mature,Sick,Woman,Having,Antibiotic,Aspirin,Pill

Selain antiplatelet tradisional seperti aspirin dan clopidogrel, saat ini dikembangkan juga antiplatelet baru seperti ticagrelor. Obat ini awalnya ditujukan untuk penatalaksanaan sindrom koroner akut, tetapi sekarang dipelajari juga untuk prevensi primer dan sekunder stroke. Prevensi primer adalah untuk orang yang belum pernah menderita stroke, sedangkan prevensi sekunder adalah untuk mencegah rekurensi stroke pada orang yang sudah pernah mengalami stroke.[1,2]

Sekilas tentang Farmakologi Ticagrelor

Ticagrelor merupakan obat golongan antiplatelet yang bekerja dengan cara mengikat reseptor P2Y12. Mekanisme yang serupa juga dimiliki oleh obat antiplatelet lain seperti clopidogrel, prasugrel, dan ticlopidine.

Namun, berbeda dengan clopidogrel, ticagrelor memiliki karakteristik khusus, yakni kemampuannya untuk berikatan dengan reseptor P2Y12 secara reversibel dan tidak memerlukan aktivasi metabolik. Hal ini membuat ticagrelor memiliki potensi antiagregasi trombosit yang lebih baik dengan onset yang lebih cepat.[3]

Ticagrelor telah terbukti bermanfaat pada berbagai studi penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, efikasinya untuk prevensi stroke masih inkonklusif dan belum termasuk ke dalam pedoman tata laksana stroke.[4]

Efikasi Ticagrelor untuk Prevensi Stroke

Berbagai uji klinis acak terkontrol, tinjauan sistematik, dan meta analisis telah dilakukan untuk mempelajari efikasi ticagrelor bila digunakan sebagai obat prevensi stroke.

Studi Malhotra et al

Suatu meta analisis tentang penggunaan ticagrelor untuk prevensi stroke pada pasien dengan faktor risiko vaskular dilakukan oleh Malhotra et al pada tahun 2018. Dari hasil analisis 13 uji klinis acak terkontrol dengan total 64360 pasien, ticagrelor ditemukan dapat mengurangi risiko stroke iskemik, mengurangi risiko gabungan stroke iskemik dan hemoragik, serta mengurangi risiko gabungan stroke dengan infark miokard.

Dalam studi yang sama, ticagrelor juga dilaporkan tidak meningkatkan angka mortalitas. Analisis tambahan melaporkan bahwa ticagrelor juga mampu menurunkan risiko stroke dan gabungan stroke dengan infark miokard pada pasien dengan riwayat stroke atau transient ischemic attack (TIA) sebelumnya.[4]

Studi Henriksson et al

Suatu studi kohort besar dilakukan oleh Henriksson et al di Swedia. Studi ini melibatkan 47674 pasien dengan infark miokard yang kemudian diikuti selama 2 tahun. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan clopidogrel dan kelompok yang menggunakan clopidogrel (47,9%) atau ticagrelor (52,1%). Hasil studi ini menunjukkan bahwa kelompok ticagrelor memiliki risiko stroke iskemik lebih rendah daripada kelompok clopidogrel (ada 13% risk reduction).[5]

Studi Johnston et al

Suatu studi lain di Amerika oleh Johnston et al membandingkan penggunaan kombinasi ticagrelor (180 mg loading dose lalu dilanjutkan 2 x 90 mg setiap hari) dan aspirin (300–325 mg di hari pertama lalu dilanjutkan 75–100 mg/hari) dengan penggunaan aspirin tunggal untuk prevensi stroke sekunder pada pasien yang memiliki riwayat stroke iskemik atau TIA.

Studi ini melibatkan 11016 pasien dengan luaran primer berupa angka kejadian stroke atau kematian dalam 30 hari dan luaran sekunder berupa disabilitas dan efek samping perdarahan. Hasil studi ini melaporkan bahwa luaran primer pada kelompok ticagrelor dan aspirin lebih baik daripada kelompok aspirin saja. Namun, luaran sekunder berupa disabilitas tidak berbeda bermakna dan efek samping perdarahan lebih tinggi pada kelompok ticagrelor dan aspirin.[6]

Studi Kong et al

Suatu meta analisis lain yang dipublikasi pada tahun 2020 melibatkan 45583 pasien di Cina dan mempelajari efikasi ticagrelor sebagai prevensi primer stroke pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Ticagrelor dilaporkan mengurangi risiko stroke pada pasien dengan penyakit jantung koroner dibandingkan antiplatelet lain. Efek samping perdarahan pada kelompok ticagrelor juga dilaporkan tidak meningkat bermakna.[7]

Kendala Penggunaan Ticagrelor sebagai Obat Prevensi Stroke

Meskipun berbagai studi di atas melaporkan manfaat ticagrelor dalam menurunkan risiko stroke, terutama risiko stroke iskemik bagi pasien yang memiliki faktor risiko kardiovaskular, studi-studi tersebut juga melaporkan efek samping ticagrelor.

Ticagrelor ditemukan meningkatkan risiko perdarahan mayor dan dyspnea. Namun, hal ini masih diperdebatkan karena beberapa studi melaporkan tidak ada peningkatan risiko perdarahan mayor yang signifikan. Selain itu, beberapa studi masih memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, sehingga studi lebih lanjut di masa depan masih diperlukan untuk memastikan keamanan dan efikasi ticagrelor untuk prevensi stroke.[4-7]

Pedoman tata laksana stroke iskemik akut dari American Heart Association/American Stroke Association pada tahun 2019 tidak merekomendasikan penggunaan ticagrelor sebagai antiplatelet untuk prevensi stroke sekunder bila dibandingkan dengan aspirin. Namun, ticagrelor dapat digunakan pada pasien dengan kontraindikasi atau resistensi aspirin.[1]

Kesimpulan

Hasil studi-studi yang ada saat ini menunjukkan bahwa ticagrelor memiliki potensi untuk mengurangi risiko stroke, terutama stroke iskemik pada pasien yang memiliki faktor risiko kardiovaskular. Namun, bukti ini masih berasal dari studi-studi yang sangat heterogen, sehingga penelitian lebih lanjut di masa depan masih diperlukan.

Ticagrelor juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko perdarahan mayor dan dyspnea. Namun, hasil ini juga masih bersifat inkonklusif. Saat ini, ticagrelor hanya dianjurkan untuk digunakan sebagai prevensi stroke bila pasien memiliki kontraindikasi atau resistensi terhadap aspirin.

Referensi