Aspirin untuk Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim

Penggunaan aspirin dalam pencegahan primer penyakit kardiovaskular masih menjadi perdebatan. Studi terdahulu melaporkan manfaat moderat dalam hal pengurangan kejadian iskemik, utamanya untuk infark miokard dan stroke. Namun, hal ini dibarengi dengan peningkatan risiko perdarahan. Pencegahan primer adalah melakukan intervensi sebelum pasien mengalami penyakit, yaitu dalam hal ini memberi aspirin sebelum pasien menderita penyakit kardiovaskular.[1,2]

Peran Aspirin dalam Penyakit Kardiovaskular

Aspirin merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang bekerja dengan mengikat dan menginhibisi permanen aktivitas enzim cyclooxygenase (COX). COX-1 terlibat dalam agregasi platelet melalui produksi tromboksan (Tx). Sementara itu, COX-2 terlibat dalam regulasi prostaglandin yang bersifat vasodilator dan antiagregasi.

Aspirin untuk Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular-min

Aspirin  dosis rendah (75-81 mg) dapat menginhibisi COX-1 dan mengganggu produksi TxA2, sehingga menurunkan agregrasi platelet dan pembentukan trombus. Dosis aspirin yang lebih tinggi menginhibisi COX-2 dan mengakibatkan menurunnya produksi dari prostasiklin (PGI2) dan prostaglandin E (PGE) yang bertanggung jawab untuk efek analgesik dan antipiretik. Efek terhadap COX-2 juga menyebabkan vasokonstriksi, disfungsi renal, hiponatremia, dan efek proagregasi.[1-3]

Aspek Keamanan Penggunaan Aspirin

Potensi efek samping dari penggunaan aspirin adalah peningkatan risiko perdarahan mayor, perdarahan gastrointestinal, tromboemboli vena, gejala gastrointestinal, aritmia, dan alergi. Aspirin, terutama pada dosis tinggi, berhubungan dengan 32% peningkatan risiko relatif perdarahan intrakranial termasuk stroke hemoragik, serta >50% peningkatan risiko perdarahan gastrointestinal mayor. Risiko dari komplikasi perdarahan bertambah dengan penggunaan OAINS non-selektif, seperti diklofenak, yang berkompetisi dengan aspirin dan juga berpotensi meningkatkan kejadian tromboemboli.[3-5]

Bukti Ilmiah Penggunaan Aspirin Dalam Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular

Tiga uji klinis acak besar yang mengevaluasi efikasi aspirin pada berbagai populasi pencegahan primer telah dipublikasikan. Uji klinis tersebut menganalisis manfaat dan risiko aspirin dalam pencegahan primer penyakit kardiovaskular untuk individu dengan diabetes, populasi lanjut usia, dan orang dewasa paruh baya dengan risiko kardiovaskular tinggi. Study of Cardiovascular Events in Diabetes (ASCEND), Aspirin for Reducing Events in the Elderly (ASPREE), dan Aspirin to Reduce the Risks of Initial Vascular Events (ARRIVE) telah dipublikasikan pada tahun 2018.

Hasil Uji Klinis Study of Cardiovascular Events in Diabetes (ASCEND)

Uji klinis ASCEND melakukan pengacakan terhadap 15.480 orang dewasa tanpa penyakit kardiovaskular aterosklerotik tetapi dengan diabetes untuk mendapat aspirin 100 mg atau plasebo. Selama rerata pemantauan 7,4 tahun, kejadian vaskular serius terjadi lebih rendah secara signifikan pada kelompok aspirin dibandingkan plasebo (8,5% vs 9,6%). Di lain pihak, perdarahan mayor terjadi pada 314 partisipan (4,1%) pada kelompok aspirin dibandingkan 245 (3,2%) pada kelompok plasebo (rate ratio 1,29).[6]

Hasil Uji Klinis Aspirin for Reducing Events in the Elderly (ASPREE)

Uji klinis ASPREE mengacak 19.114 partisipan berusia 70 tahun ke atas tanpa penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Partisipan mendapat aspirin 100 mg atau plasebo. Setelah rerata pemantauan 4,7 tahun, tingkat penyakit kardiovaskular adalah 10,7 kejadian per 1000 orang-tahun pada kelompok aspirin dan 11,3 kejadian per 1000 orang-tahun pada kelompok plasebo [hazard ratio 0,95). Tingkat perdarahan mayor adalah 8,6 kejadian per 1000 orang-tahun pada kelompok aspirin dan 6,2 kejadian per 1000 orang-tahun dalam kelompok plasebo (hazard ratio 1,38).[7]

Hasil Uji Klinis Aspirin to Reduce the Risks of Initial Vascular Events (ARRIVE)

Uji klinis ARRIVE melakukan pengacakan terhadap 12.546 orang dewasa, dengan rentang usia pria 55-69 tahun dan wanita 60-69 tahun). Partisipan akan mendapat aspirin 100 mg atau plasebo. Selama 5 tahun pemantauan, 269 (4,29%) pasien dalam kelompok aspirin mengalami kejadian kardiovaskular, dibandingkan 281 (4,48%) pasien dalam kelompok plasebo (hazard ratio 0,96). Perdarahan gastrointestinal terjadi pada 61 (0,97%) pasien pada kelompok aspirin dibandingkan 29 (0,46%) pada kelompok plasebo (hazard ratio 2,11). Tingkat kejadian keseluruhan efek samping serius dilaporkan serupa pada kedua kelompok, yaitu 20,19% pada kelompok aspirin dibandingkan dengan 20,89% pada kelompok plasebo.[8]

Hasil Studi Lainnya

Sebuah meta analisis mengevaluasi hasil dari 13 uji klinis dengan total 164.225 partisipan. Menurut hasil analisis, risiko all-cause dan cardiovascular mortality serupa antara kelompok aspirin dan kontrol. Pencegahan primer dengan aspirin ditemukan mengurangi risiko major adverse cardiovascular events (MACE) sebesar 9%, infark miokard sebesar 14%, dan stroke iskemik sebesar 10%. Meski demikian, penggunaan aspirin dalam pencegahan primer ditemukan berkaitan dengan peningkatan 46% risiko perdarahan dibandingkan kontrol.[9]

Rekomendasi Pedoman Klinis Terkait Penggunaan Aspirin dalam Pencegahan Primer

Menurut pedoman American Heart Association (AHA) tahun 2019, penggunaan aspirin dalam pencegahan primer penyakit kardiovaskular perlu dipertimbangkan dengan hati-hati dan secara umum tidak direkomendasikan.

Penggunaan aspirin untuk pencegahan primer perlu meninmbang manfaat dan peningkatan risiko perdarahan. Aspirin dapat dipertimbangkan untuk risiko kardiovaskular yang tinggi dengan risiko perdarahan yang rendah, namun tidak untuk orang lanjut usia. Untuk pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular dengan aterosklerosis, penggunaan aspirin sebagai pencegahan sekunder memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risikonya. Oleh karena itu, penggunaan aspirin masih direkomendasikan untuk indikasi ini.

Secara khusus, panduan AHA menyatakan bahwa aspirin merupakan kontraindikasi untuk pencegahan primer pada lansia di atas 70 tahun dan pada orang dewasa yang memiliki risiko perdarahan, termasuk yang memiliki riwayat perdarahan sebelumnya, koagulopati, trombositopenia, penyakit ginjal kronis, atau penggunaan obat lain yang meningkatkan risiko perdarahan secara bersamaan.[10-12]

Kesimpulan

Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa pencegahan primer dengan aspirin hanya memberi manfaat kardiovaskular yang kecil dan disertai dengan peningkatan risiko perdarahan bermakna. Berdasarkan hal tersebut, konsumsi aspirin harian yang bertujuan untuk pencegahan primer akan membawa risiko yang lebih besar dibandingkan manfaat bagi sebagian besar orang dewasa tanpa risiko penyakit kardiovaskular. Studi lain juga membuktikan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer stroke tidak bermanfaat bagi orang usia lanjut tanpa riwayat kardiovaskular.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Michael Susanto

Referensi