Efek Samping dan Interaksi Obat Clozapine
Efek samping clozapine yang paling dikhawatirkan adalah agranulositosis yang lebih sering ditemukan pada perempuan. Interaksi obat clozapine di antaranya adalah perubahan konsentrasi plasma clozapine pada penggunaan bersama dengan obat yang mempengaruhi kerja enzim CYP450 seperti fluvoxamine dan paroxetine.
Efek Samping
Clozapine merupakan antipsikosis pertama yang memiliki risiko sindrom ekstrapiramidal (EPS) minimal. Gejala EPS yang sering ditemukan adalah tremor, rigiditas, akathisia, dan disatria [3,10].
Efek samping yang banyak ditemukan akibat penggunaan clozapine adalah:
-
Efek samping umum: mengantuk/sedasi, peningkatan berat badan, pandangan kabur, fatigue, demam, bibir kering
- Efek samping neurologi: pusing, sinkop, gangguan regulasi suhu, berkeringat
-
Efek samping kardiovaskular: takikardia, perubahan EKG, hipertensi, hipotensi ortostatik
- Efek samping gastrointestinal: konstipasi, mual, muntah, anoreksia
- Inkontinensia urine atau retensi urine[10,12]
Clozapine juga dapat menyebabkan efek samping serius/berat (serious adverse events), misalnya agranulositosis. Bila terdapat efek samping serius akibat penggunaan clozapine, maka penggunaannya sebaiknya segera dihentikan dan obat yang masih ada pada pasien sebaiknya diambil untuk mencegah penggunaan kembali oleh pasien di masa depan.
Efek samping serius/berat akibat penggunaan clozapine antara lain:
Agranulositosis
Efek samping obat yang paling dikhawatirkan dari akibat clozapine adalah timbulnya agranulositosis. Kurang lebih 1-2% pasien yang mendapatkan clozapine mengalami agranulositosis dan 3% mengalami neutropenia [1,9]. Mekanisme pasti terjadinya agranulositosis dan neutropenia akibat pemberian clozapine masih belum diketahui. Risiko terjadinya agranulositosis dan neutropenia paling besar terjadi pada minggu 6-18 setelah inisiasi pemberian clozapine, sehingga diperlukan monitoring hitung darah lengkap selama periode ini. Risiko agranulositosis bertambah seiring umur sedangkan risiko neutropenia menurun seiring umur. Agranulositosis lebih sering ditemukan pada perempuan dan orang Asia. Neutropenia lebih sering ditemukan pada orang Afrika.[1]
Skrining terhadap risiko agranulositosis berupa pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan setiap minggu hingga 18 minggu setelah inisiasi obat, dilanjutkan dengan skrining setiap 2 minggu untuk tahun pertama, lalu setiap bulan. Hentikan obat jika leukosit di bawah 3000/mm3 atau neutrofil di bawah 2000/mm3.[9,10]
Hiperpireksia
Clozapine juga diketahui bisa menginduksi hiperpireksia. Efek samping ini ditemukan pada kurang lebih 5% pasien yang mendapatkan clozapine dengan puncak insidensi pada 3 minggu pertama terapi. Untuk menyingkirkan diagnosis infeksi dan sindrom neuroleptic maligna, sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium bila pasien yang mendapatkan clozapine mengalami demam tinggi. [3,10]
Kejang
Efek samping lainnya adalah kejang. Clozapine, terutama pada dosis tinggi, dapat menurunkan ambang batas kejang. Karena itu terapi dengan clozapine sebaiknya selalu menggunakan dosis efektif paling kecil. [3,10,13]
Gangguan Kardiovaskular
Penggunaan clozapine juga berhubungan dengan gangguan kardiovaskular (termasuk emboli paru, myocarditis, dan kematian mendadak), terutama pada 2 bulan pertama terapi. Adanya komplikasi kardiovaskular ditunjukkan oleh adanya takikardia persisten ketika istirahat, palpitasi, aritmia, nyeri dada, dan tanda-tanda gagal jantung. Oleh karena itu, skrining terhadap gangguan kardiovaskular harus dilakukan sebelum memulai terapi, dan dilanjutkan secara berkala setiap tahunnya.[3,10]
Gangguan Gastrointestinal
Clozapine bisa memperlambat peristaltik dan menimbulkan obstruksi saluran pencernaan. Obstruksi bisa berkembang menjadi ileus paralitik yang fatal. Tanda-tanda seperti distensi abdominal, nyeri abdomen, dan muntah setelah terapi dengan clozapine patut dicurigai sebagai tanda-tanda ileus.
Gangguan Metabolik
Penggunaan clozapine berhubungan dengan hiperglikemia, gangguan toleransi glukosa, dan ketoasidosis diabetik. Kurang lebih sepertiga pasien mulai mengalami depresi setelah 5 tahun terapi dengan clozapine, namun ada juga yang mengalaminya dalam 6 bulan pertama terapi. Tanda-tanda hiperglikemia selama terapi dengan clozapine harus diwaspadai. [10]
Interaksi Obat
Interaksi obat clozapine adalah sebagai berikut:
Peningkatan Risiko Agranulositosis
Antipsikosis depot injeksi dan obat-obat yang mempunyai efek myelosupresi (misalnya carbamazepine, trimethoprim, nitrofurantoin) akan meningkatkan risiko terjadinya agranulositosis bila diberikan bersama dengan clozapine [10].
Peningkatan Efek Obat Lain
Clozapine juga bisa meningkatkan efek obat-obat antihipertensi, misalnya enalapril, dan propranolol [8].
Perubahan Konsentrasi Plasma Clozapine
Metabolisme utama clozapine adalah melalui enzim CYP450. Obat-obat yang bisa menginduksi atau menghambat enzim CYP450 sebaiknya tidak diberikan bersama clozapine karena bisa mempengaruhi konsentrasi plasma clozapine, misalnya fluvoxamine, dan paroxetine [8,10].
Obat-obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor / SSRI (misalnya fluoxetine, paroxetine, dan sertraline) dapat meningkatkan konsentrasi plasma clozapine melalui inhibisi CYP2D6. Beberapa antibiotik seperti erithromycin dan ciprofloxacin juga bisa meningkatkan konsentrasi plasma clozapine [10].