Pendahuluan Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah penyakit jantung atau kelainan miokard yang bersifat noniskemik akibat adanya kelainan struktural/morfologi maupun fungsional, di luar dari penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit katup, dan penyakit jantung kongenital yang cukup untuk menimbulkan klinis kelainan jantung. Berdasarkan konsensus ini, kardiomiopati iskemik tidak lagi digolongkan ke dalam kardiomiopati tetapi digolongkan ke dalam penyakit jantung koroner.[1]
Kardiomiopati dapat terjadi hanya di jantung atau merupakan bagian dari penyakit sistemik lain. Kardiomiopati dibagi menjadi 4 kelompok:
- Kardiomiopati dilatasi
- Kardiomiopati hipertrofi
- Kardiomiopati restriktif
- Kardiomiopati aritmogenik
Namun, pada beberapa kasus, patogenesis kardiomiopati tetap tidak diketahui sehingga diklasifikasikan ke dalam kardiomiopati idiopatik. Dahulu, kardiomiopati iskemik juga termasuk ke dalam golongan kardiomiopati tetapi konsensus yang ada saat ini memisahkannya ke dalam penyakit jantung koroner.[1-3]
Penyebab kardiomiopati bermacam-macam, namun yang tersering adalah faktor genetik yang diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun resesif, serta terkait kromosom sex. Penyebab lainnya berupa toksin terkait alcohol use disorder, cocaine and amphetamine use disorder, atau penggunaan obat kemoterapi.[2,3]
Diagnosis kardiomiopati dapat dikonfirmasi dengan berbagai pemeriksaan penunjang seperti EKG, ekokardiografi, cardiac magnetic resonance (CMR), cardiac computed tomography (CT kardiak), pencitraan nuklir, maupun biopsi endomiokardial. Ekokardiografi memang paling sering menjadi lini pertama pencitraan jantung karena mudah didapat di mana saja, namun pemeriksaan CMR juga menjadi semakin populer dan saat ini sudah menjadi baku emas mendeteksi volume ventrikel dan fraksi ejeksi. Pada dasarnya, setiap pemeriksaan penunjang tersebut di atas memiliki ruang tersendiri untuk digunakan dalam menegakkan diagnosis jenis kardiomiopati yang berbeda, misalnya pemeriksaan nuklir paling bermanfaat dalam menegakkan diagnosis kardiomiopati restriktif, namun kurang bermanfaat untuk jenis kardiomiopati lainnya.[3-5]
Penatalaksanaan kardiomiopati umumnya berbeda tergantung jenis kardiomiopatinya. Namun pada dasarnya, penatalaksanaan kardiomiopati serupa dengan penatalaksanaan gagal jantung kronik, bertujuan suportif untuk meringankan gejala menggunakan obat maupun intervensi seperti ablasi, pemasangan alat pacu jantung (pacemaker) atau implantable cardioverter defibrillator (ICD), pembedahan, bahkan hingga transplantasi jantung sebagai upaya penatalaksanaan definitif terakhir.[3,6]
Npatchett, Wikimedia commons, 2015.