Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
  • Diskusi Dokter
  • SKP Online
Inkontinensia Urine general_alomedika 2020-10-19T14:53:30+07:00 2020-10-19T14:53:30+07:00
Inkontinensia Urine
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Inkontinensia Urine

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Inkontinensia urine adalah suatu kondisi di mana terjadi kebocoran involunter dari urine. Kondisi ini dapat menyebabkan kegelisahan dan rasa malu pada pasien. Inkontinensia urine diperkirakan terjadi pada 30% wanita berusia 30-60 tahun. Dilaporkan bahwa kasus inkontinensia urine yang paling sering adalah inkontinensia stres. [1-3]

Kondisi inkontinensia urine mayoritas didasari oleh suatu kelainan medis, misalnya delirium, infeksi, vaginitis atropik, obat-obatan, kelainan psikologis, dan kelainan neurologis. Terdapat beberapa jenis inkontinensia urine, antara lain :

  • Inkontinensia stress: inkontinensia akibat aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti batuk, bersin, olahraga, dan tertawa
  • Inkontinensia urgensi (urge): inkontinensia yang didahului oleh rasa ingin berkemih yang tidak dapat ditahan
  • Inkontinensia luapan (overflow): inkontinensia akibat retensi urine yang menyebabkan overdistensi vesika urinaria
  • Inkontinensia campuran (mixed): gabungan dari beberapa tipe inkontinensia, umumnya gabungan dari inkontinensia stress dan urgensi
  • Inkontinensia fungsional: inkontinensia akibat gangguan fisik atau kognitif yang tidak berhubungan dengan kelainan genitourinaria. [2-4]

Penatalaksanaan inkontinensia urine tergantung pada jenis inkontinensia dan etiologi yang mendasari. Secara umum, inkontinensia stress diterapi dengan latihan otot pelvis, farmakoterapi, atau pembedahan. Pada inkontinensia urgensi, dapat dilakukan modifikasi diet dan gaya hidup, menurunkan berat badan, terapi perilaku, farmakoterapi, atau pembedahan. Untuk inkontinensia luapan, dapat dilakukan kateterisasi intermiten, serta tata laksana sesuai etiologi. Pada inkontinensia fungsional, tata laksana terpenting adalah terkait etiologi yang mendasari.

Rujukan ke dokter spesialis urologi dilakukan apabila terdapat tanda bahaya (red flag), seperti volume residu melebihi 200 ml dan nyeri panggul, atau jika pasien membutuhkan pembedahan. [2,3,5-7]

Depositphotos_154185812_s-2019_compressed

Referensi

1. Bettez M, Tu LM, Carlson K, et al. 2012 Update: Guidelines for Adult Urinary Incontinence Collaborative Consensus Document for the Canadian Urological Association. Can Urol Assoc J 2012;6(5):354-63. http://dx.doi.org/10.5489/cuaj.12248
2. Syan R, Brucker BM. Guideline of guidelines: urinary incontinence. BJU International, 117(1), 20–33. doi:10.1111/bju.13187
3. Khandelwal C, Kistler C. Diagnosis of urinary incontinence. Am Fam Physician, 2015. 2013;87:543–50.
4. Vasavada S, Carmel M, Rackley R, Kim E. Urinary Incontinence. Medscape. 2019. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/452289-overview
5. Lucas M., Bedretdinova D, Berghams LC, Bosch LLRH, Burkhard FC, Cruz F, et al. Guidelines on Urinary Incontinence. Eur Assoc Urol. 2015;1–75.
6. National Institute for Health and Care Excellence. Urinary incontinence and pelvic organ prolapse in women: management. NICE Guidelines. 2019;1–72.
7. Lukacz E. Treatment of urinary incontinence in women. UpToDate. 2019. Diakses dari: https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-urinary-incontinence-in-women

Patofisiologi Inkontinensia Urine
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
28 Oktober 2021
Pasien dengan inkontinensia urin apakah terapi yang dapat diberikan
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya.Apakah ada obat sementara yang dapat diberikan pada pasien dengan inkontinensia urin untuk mengurangi gejalanya?Kapan pasien harus...
Anonymous
31 Maret 2021
Edukasi medis untuk kasus inkontinensia urin pada usia lanjut - Urologi Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat pagi, Dr. dr. Besut Daryanto, Sp.B, Sp.U(K),izin bertanya, Dok, untuk kasus-kasus inkontinensia urine pada usia lanjut yang ditangani melalui...
dr.Ciho Olfriani
31 Maret 2021
Injeksi Botox untuk Inkontinensia Urine - Urologi Ask The Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
2 Balasan
Selamat pagi Dr. dr. Besut, SpB SpU(K)..Izin berdikusi, Dok..Dari literatur yang saya baca2..injeksi botox banyak diteliti dan berpotensi efektif untuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.