Pendahuluan Clozapine
Clozapine adalah obat antipsikosis atipikal yang efektif digunakan pada pasien-pasien schizophrenia yang resistan terhadap terapi dan untuk gangguan bipolar. Namun, penggunaan clozapine dibatasi oleh adanya efek samping agranulositosis, sehingga membutuhkan monitoring pemeriksaan darah secara rutin [1].
Pada pasien schizophrenia yang resistan terhadap terapi (tidak menunjukkan respons yang baik terhadap berbagai antipsikosis), clozapine merupakan antipsikosis pilihan karena lebih efektif dalam mengurangi risiko perawatan di rumah sakit, penghentian terapi sendiri oleh pasien, dan kebutuhan augmentasi dengan antipsikosis lain [2]. Clozapine juga berhubungan dengan penurunan angka bunuh diri pada schizophrenia.
Clozapine bisa digunakan sebagai farmakoterapi tunggal pada kasus-kasus gangguan psikotik, terutama schizophrenia, yang resistan terhadap terapi. Clozapine juga dapat ditambahkan sebagai terapi kombinasi bila respons terapi optimal tidak tercapai setelah 4-6 minggu dengan dosis optimal antipsikosis. Clozapine merupakan antipsikosis atipikal yang efektif dengan risiko sindrom ekstrapiramidal yang rendah [3]. Pada pasien-pasien yang merespons baik clozapine, sering kali kondisinya akan memburuk dengan cepat bila pemberiannya dihentikan.
Sinonim: klozapin. Rumus kimia: C18H19CIN4
Tabel 1. Deskripsi Singkat Clozapine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Psikofarmaka |
Subkelas | Antipsikosis atipikal, Serotonin dopamine antagonist |
Akses | Harus dengan resep dokter |
Wanita hamil | Kategori B (FDA) |
Wanita menyusui | Disekresikan dalam ASI sehingga tidak disarankan untuk diberikan pada ibu menyusui. Bila memang diperlukan pemberiannya pada ibu menyusui, sebaiknya bayi disapih. |
Anak-anak | Penelitian mengenai keamanan dan efektivitas pemberian clozapine pada anak-anak masih terbatas. Penggunaan clozapine pada anak dan remaja membutuhkan monitoring yang lebih sering dibandingkan pada dewasa. |
FDA | Mendapatkan persetujuan dari FDA untuk indikasi schizophrenia yang resistan terhadap terapi, menurunkan risiko bunuh diri pada pasien dengan schizophrenia atau gangguan schizoafektif. |