Pendahuluan Rontgen Toraks
Rontgen toraks merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif yang signifikan dalam mengevaluasi saluran pernapasan, parenkim paru, pleura, jantung, mediastinum, dinding dada, serta pembuluh darah. Rontgen toraks umumnya dilakukan sebagai penunjang diagnosis beberapa penyakit, seperti tuberkulosis, pneumonia, dan fraktur costae. Tanda klasik dan khas pada radiologi menjadi karakteristik dari penyakit. Pemeriksaan ini menjadi penunjang dan monitor keberhasilan terapi dari penyakit tertentu.[1,2]
Kualitas rontgen toraks yang baik memiliki 3 kriteria, antara lain rotasi, inspirasi, dan penetrasi. Rontgen toraks yang baik seharusnya tidak memiliki rotasi. Adanya rotasi menyebabkan kesulitan menilai deviasi trakea, ukuran jantung, serta peningkatan opasitas pada bagian basal paru. Selain itu, perlu dipastikan juga inspirasi yang dilakukan pasien baik serta penetrasi eksposur adekuat.[2]
Komplikasi yang dapat terjadi dari pemeriksaan rontgen toraks adalah kemungkinan terjadinya risiko rendah keganasan karena mutasi DNA dan terbentuknya radikal bebas akibat paparan radiasi. Janin paling rentan terhadap radiasi selama organogenesis (2-7 minggu setelah pembuahan) serta 8-15 minggu setelah pembuahan.[3,4]