Diagnosis Sepsis
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis, dimana sepsis terbagi menjadi empat klasifikasi, yaitu Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, dan syok sepsis.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada sepsis sangat bervariasi, tergantung pada tempat infeksi pertama kali, organisme penyebab, pola disfungsi organ, status kesehatan pasien sebelumnya, dan interval sebelum tatalaksana awal.
Sistem Kardiovaskular
Manifestasi sepsis pada sistem kardiovaskular dapat berupa akral dingin, hipotensi, waktu pengisian kapiler memanjang, dan takikardia.
Konstitusional
Manifestasi konstitusional dapat berupa diaforesis, demam atau menggigil, malaise, dan myalgia.
Dermatologi
Manifestasi dermatologi biasanya menunjukkan tanda-tanda infeksi berupa abses dan selulitis, atau gangguan koagulasi berupa ekimosis atau petechiae. Apabila terjadi gangguan fungsi hati, maka akan didapatkan ikterik.
Endokrin
Pada sistem endokrin bisa muncul hiperglikemia yang terjadi karena resistensi insulin akibat sepsis.
Gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal, dapat didapatkan manifestasi yang tidak spesifik berupa nyeri abdomen, penurunan bising usus, diare, distensi, kaku abdomen, perdarahan traktus gastrointestinal bagian atas, dan muntah.
Genitourinaria
Pada sistem genitourinaria bisa didapatkan manifestasi infeksi saluran kemih berupa nyeri pada daerah kostovertebral, disuria, anyang-anyangan, hematuria, pyuria, perdarahan atau discharge vagina. Selain itu, dapat pula terjadi manifestasi kegagalan ginjal berupa anuria atau oliguria.
Hematologi
Manifestasi hematologi dapat berupa anemia (pucat), leukositosis atau leukopenia, dan trombositopenia.
Neurologis
Manifestasi neurologis dapat berupa nyeri kepala dan perubahan status mental.
Sistem Respirasi
Pada sistem respirasi bisa muncul disfagia, nyeri tenggorok, trismus, batuk, nyeri pleuritik dyspnea, takipnea, dan hiperventilasi. [3]
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan oleh klinisi antara lain :
Penyebab SIRS Non-Infeksius
SIRS dapat terjadi secara nonspesifik, biasanya pada saat penyembuhan post-operasi, trauma, luka bakar, rejeksi transplantasi, hipertiroid, imunisasi, serum sickness, dan infark atau perdarahan pada sistem saraf pusat.
Infark Miokard
Tanda dan gejala dari infark miokard dapat berupa nyeri dada yang menjalar ke daerah epigastrium. Pasien dapat mengalami hipotensi dan syok kardiogenik. Namun pada pemeriksaan elektrokardiogram didapatkan ada perubahan iskemik dan peningkatan hasil creatine kinase-MB dan Troponin.
Pankreatitis Akut
Pada pankreatitis akut dapat terjadi nyeri abdomen, demam, dan hypovolemia. Biasanya terdapat riwayat batu empedu, penggunaan alkohol, dan infeksi virus. Terdapat peningkatan serum amilase, lipase, dan kalsium.
Leukemia
Dapat terjadi demam, leukositosis, anemia, takikardi, disfungsi multiorgan, dyspnea. Untuk memastikan terjadinya leukemia diperlukan pemeriksaan apusan darah, biopsi sumsum tulang, atau nodus limfa. Identifikasi agen infeksius spesifik merupakan tindakan definitif dalam membedakannya dengan SIRS.
Emboli Pulmonal Massif
Ditandai dengan adanya dyspnea akut dan hipotensi. Gejala dapat berupa demam, penurunan status mental, sinkop, dan nyeri dada pleuritis.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Berbagai pemeriksaan penunjang dibutuhkan dalam mendiagnosis sepsis, utamanya adalah untuk melihat penanda inflamasi dan mencari sumber infeksi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk melihat variable inflamasi, seperti :
- Leukositosis >12.000/mm3 atau leukopenia <4000/mm3
- Hitung jenis sel darah putih dengan >10% bentuk imatur
-
Peningkatan C-reactive protein (CRP) plasma
- Peningkatan prokalsitonin
- Thrombositopenia <100.000/mm3
- Anemia yang ditandai penurunan Hb
Pemeriksaan kimia darah diperlukan untuk melihat adanya gangguan atau disfungsi organ seperti, gangguan fungsi liver (SGOT, SGPT), gangguan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), dan hiperbilirubinemia.
Analisis Gas Darah
Analisis gas darah diperlukan terutama pada pasien dengan sepsis akibat infeksi pada saluran pernapasan. Adanya hiperlaktatemia dapat mengindikasikan adanya hipoperfusi jaringan. Pasien dengan hiperlaktatemia memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi.
Pemeriksaan Mikroskopik atau Kultur Bakteri
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram dan kultur bakteri diperlukan pada setiap pasien.
Pemeriksaan Urine
Pada pasien dengan kecurigaan urosepsis, dapat dilakukan pemeriksaan urinalisis, pewarnaan gram urine, dan kultur urine.
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen dada diperlukan pada pasien dengan kecurigaan sepsis akibat pneumonia. Pemeriksaan rontgen abdominal dengan posisi supine atau lateral decubitus juga diperlukan pada pasien yang dicurigai terdapat infeksi pada abdomen.
Ultrasonografi (USG)
USG diperlukan apabila pasien dicurigai mengalami infeksi pada traktus biliaris atau infeksi pada abdomen.
CT Scan
CT Scan diperlukan untuk menyingkirkan adanya abses abdominal atau infeksi pada retroperitoneal. CT Scan kepala diperlukan apabila pasien mengalami perubahan status mental, atau dicurigai mengalami infeksi pada daerah kepala (otitis, sinusitis, riwayat operasi intrakranial). [3,7]
Kriteria Diagnosis
Diagnosis sepsis terbagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu :
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
Pasien didiagnosis dengan SIRS apabila terdapat dua atau lebih keadaan berikut:
-
Suhu tubuh >38,5 C atau <35,0 C
- Denyut nadi >90 kali per menit
- Frekuensi napas >20 kali per menit, atau tekanan CO2 arteri < 32 mmHg atau membutuhkan ventilasi mekanis
- Jumlah sel darah putih >12.000/mm3 atau <4000/mm3 atau bentuk yang imatur >10%.
Sepsis
Sepsis didiagnosis apabila terdapat SIRS dan bukti/kemungkinan infeksi dari pemeriksaan mikroskopik atau kultur dari darah, sputum, urine, atau terdapat fokus infeksi yang dapat diidentifikasi, seperti ruptur usus dengan udara bebas atau luka dengan discharge purulen.
Sepsis Berat
Sepsis berat ditandai dengan adanya sepsis dan salah satu tanda hipoperfusi atau disfungsi organ, seperti :
-
Terdapat area mottled skin
- Waktu pengisian kapiler ≥ 3 detik
-
Urine output < 0,5 mL/kg setidaknya dalam 1 jam atau riwayat terapi pengganti renal
- Kadar laktat >2 mmol/L
- Perubahan pada status mental atau adanya abnormalitas pada elektroensefalogram
-
Hitung trombosit <100.000/mL atau terjadinya disseminated intravascular coagulation
- Gagal paru atau sindrom distress pernapasan akut
- Disfungsi kardiak (berdasarkan EKG)
Syok Sepsis
Ditandai dengan adanya sepsis berat dan salah satu dari keadaan berikut :
-
Tekanan darah rerata sistemik <60 mmHg atau <80 mmHg jika sebelumnya terdapat riwayat hipertensi, setelah pemberian 20-30 mL/kg starch (Amilum) atau 40-60 mL/kg cairan salin normal, atau tekanan kapiler pulmonal antara 12-20 mmHg
- Membutuhkan dopamine >5 mcg/menit atau norepinephrine atau epinefrin <0,25 mcg/kg per menit untuk menjaga tekanan darah >60 mmHg atau >80 mmHg jika sebelumnya terdapat riwayat hipertensi. [7]