Pemberian Antibiotik yang Dipandu Procalcitonin

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna

Terapi antibiotik yang dipandu dan disesuaikan dengan kadar procalcitonin dilaporkan dapat mengurangi pemberian antibiotik yang tidak perlu, sehingga risiko efek samping dan resistensi antibiotik juga bisa dikurangi. Procalcitonin merupakan senyawa peptida yang ditemukan meningkat pada kasus infeksi bakteri, misalnya bakteremia dengan atau tanpa sepsis.

Kadar procalcitonin tidak meningkat pada kondisi inflamasi lain, seperti inflammatory bowel disease (IBD), arthritis gout, dan lupus eritematosus sistemik. Pada infeksi virus, kadar procalcitonin juga tidak meningkat karena ada peningkatan interferon-gamma yang menekan sekresi procalcitonin. Sensitivitas dan spesifisitas procalcitonin terhadap bakteremia adalah 76% dan 69%, dengan batas nilai 0,5 ng/mL atau setara dengan 0,5 µg/L.[1-3]

Pemberian Antibiotik yang Dipandu Procalcitonin-min (1)

Procalcitonin dan Penggunaannya sebagai Pemandu Terapi Antibiotik

Salah satu kegunaan pemeriksaan procalcitonin (PCT) adalah sebagai panduan untuk memberikan terapi antibiotik pada infeksi saluran napas atas akut, baik pada kondisi stabil maupun kondisi kritis. Pada infeksi seperti bronkitis, pneumonia komuniti, dan eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan angka resistensi antibiotik.[4]

Menurut Infectious Diseases Society of America (IDSA), terapi antibiotik yang dipandu kadar PCT perlu dibedakan antara pasien yang stabil dan pasien yang kritis.[5]

Pasien yang Stabil

Rekomendasi terapi antibiotik berdasarkan kadar PCT pada pasien yang stabil (dengan kecurigaan infeksi pernapasan atau bukti infeksi pernapasan) adalah sebagai berikut:

  • PCT ≤0,25 µg/L: tidak perlu diberikan antibiotik, lakukan pemeriksaan PCT ulang setelah 6–12 jam (bila pasien dirawat inap)
  • PCT >0,25 µg/L: berikan antibiotik, pemeriksaan PCT diulang pada hari ke-3 dan hari berikutnya bila pasien masih dalam terapi antibiotik. Antibiotik dihentikan bila PCT ≤0,25 µg/L atau bila terjadi penurunan ≥80% dari nilai puncak pada kadar PCT awal >5 pg/L[5]

Pasien yang Kritis

Rekomendasi terapi antibiotik pada pasien kritis dengan kecurigaan sepsis, kondisi imunokompromais (kecuali karena kortikosteroid), dan tidak sedang dalam pengobatan antibiotik jangka panjang adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan PCT dilakukan tanpa menunda antibiotik dan diulang setiap hari
  • Pemberian antibiotik dihentikan bila kadar PCT ≤0,5 pg/L atau terjadi penurunan ≥80% dari nilai puncak dan disesuaikan dengan kondisi klinis[5]

Rekomendasi untuk Pasien yang Tidak Diberikan Antibiotik Setelah Pemeriksaan PCT

Pada kondisi di mana pasien tidak diberikan antibiotik, selain melakukan pemeriksaan ulang setelah 6–12 jam, dokter juga perlu memikirkan penyebab lain dari kondisi klinis pasien, contohnya emboli paru, gagal jantung kongestif, tumor, dan infeksi nonbakteri (virus atau jamur).

Antibiotik tetap dipertimbangkan pada beberapa kondisi berikut:

  • Kondisi kritis dengan pernapasan dan hemodinamik yang tidak stabil (laju napas ≥ 30/menit atau saturasi O2 <90% dengan suplemen oksigen 6 liter/menit; tensi sistolik <90 mmHg selama minimal 1 jam setelah terapi cairan dan/atau terapi vasopresor)
  • Kondisi yang mengancam nyawa seperti kondisi imunokompromais dan infeksi kronis (termasuk dari penyebab di luar sistem respirasi)
  • Adanya komplikasi seperti abses dan empiema
  • Infeksi yang disebabkan oleh organisme yang sulit diobati, contohnya Legionella

  • Pneumonia komuniti dengan skor PSI (pneumonia severity index) IV dan V, CURB-65 ≥2, dan pada PPOK stadium III dan IV (kriteria GOLD)[6]

Kondisi yang Dapat Memengaruhi Angka Procalcitonin

Terdapat beberapa kondisi terkait infeksi yang dapat menurunkan angka PCT, yaitu efusi parapneumonia, empiema, infeksi awitan dini, dan kondisi imunosupresi berat. Sebaliknya, PCT akan meningkat palsu pada kondisi SIRS (systemic inflammatory response syndrome) berat, distres napas akut, keganasan, malaria, infeksi jamur, dan kondisi pascaoperasi. Pada kondisi seperti ini, pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan mikrobiologi perlu dipertimbangkan.[6]

Bukti tentang Manfaat Terapi Antibiotik yang Dipandu Angka Procalcitonin

Meta analisis Cochrane terhadap 26 studi yang melibatkan 6.708 pasien menemukan bahwa pemberian antibiotik yang dipandu PCT dapat menurunkan mortalitas secara signifikan (sebanyak 1 dari 71 orang yang menjalani terapi antibiotik yang dipandu PCT terhindar dari kematian). Meta analisis ini menganalisis berbagai jenis infeksi respirasi akut, seperti pneumonia komuniti, bronkitis, dan pneumonia terkait ventilator.[7]

Dalam meta analisis tersebut, durasi perawatan dan kegagalan terapi ditemukan tidak berbeda bermakna antara grup yang terapi antibiotiknya dipandu PCT dan grup yang tidak dipandu PCT. Namun, durasi penggunaan antibiotik pada grup yang dipandu PCT lebih rendah 2,4 hari (5.7 vs 8.1) dan kejadian efek samping antibiotik juga lebih rendah (16,3% vs 22,1%).[7]

Meta analisis lain terhadap 11 studi dengan total 2.003 pasien di grup PCT dan 2.013 pasien di grup non-PCT menunjukkan bahwa nilai cut-off 0,25<PCT<0,5 ng/mL dapat mengurangi durasi terapi antibiotik dan durasi rawat inap di ICU. Namun, pengurangan ini tidak terlalu signifikan. Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk konfirmasi seberapa besarkah manfaat pemeriksaan PCT.[10]

Pertimbangan Ekonomi Terkait Pemeriksaan Procalcitonin

Penggunaan terapi antibiotik yang dipandu PCT pada pasien perawatan intensif di Cina ditemukan menguntungkan secara ekonomis. Ada penghematan sebesar 3,4 juta yen dari 7,2 juta yen setiap tahunnya pada rumah sakit umumnya di Cina. Penurunan biaya ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang lebih sedikit, yang tentunya juga dapat menurunkan biaya terkait resistensi antibiotik.[8]

Penelitian di Eropa pada tahun 2016 menemukan penurunan biaya €34 (sekitar Rp 500.000) pada setiap pasien yang diberikan terapi antibiotik yang dipandu PCT. Namun, rata-rata pasien memerlukan pemeriksaan PCT hingga 7 kali, sehingga keuntungan penurunan biaya ini hanya bisa tercapai bila harga PCT <€4 (<Rp 60.000) per tes. Pada kenyataannya, harga pemeriksaan PCT jauh di atas harga tersebut.[9]

Hasil yang berbeda antara dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertimbangan efektivitas biaya harus disesuaikan dengan harga pemeriksaan PCT dan antibiotik di masing-masing fasilitas kesehatan. Penelitian lebih lanjut tentang analisis efektivitas biaya di Indonesia masih diperlukan.

Kesimpulan

Procalcitonin (PCT) adalah pemeriksaan biomarker untuk infeksi bakteri dengan atau tanpa sepsis. Tes PCT memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 76% dan 69% untuk deteksi bakterimia, dengan nilai cut-off 0,5 ng/mL atau setara 0,5 µg/L. Salah satu kegunaan tes PCT adalah sebagai panduan untuk memberikan terapi antibiotik pada infeksi saluran napas atas akut.

Secara umum, antibiotik disarankan untuk diberikan pada pasien stabil bila kadar PCT >0,25 µg/L. Sementara itu, antibiotik disarankan untuk dihentikan pada pasien kritis bila kadar PCT ≤0,5 pg/L atau bila terjadi penurunan ≥ 80% dari nilai puncak (disesuaikan dengan kondisi klinis).

Pemberian antibiotik yang dipandu PCT dilaporkan dapat menurunkan mortalitas pasien infeksi saluran napas akut. Terapi ini juga dapat mengurangi penggunaan antibiotik, yang diharapkan dapat mengurangi efek samping serta resistensi antibiotik. Akan tetapi, seberapa signifikannya manfaat ini secara klinis masih memerlukan studi lebih lanjut untuk konfirmasi.

Kendala pemeriksaan PCT yang dikhawatirkan adalah pemborosan biaya. Meskipun dapat mengurangi biaya penggunaan antibiotik, pemeriksaan PCT sendiri tentunya membutuhkan biaya ekstra. Penelitian lebih lanjut yang menganalisis efektivitas biaya PCT dan terapi antibiotik di Indonesia masih diperlukan.

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi