Pentingnya Hidrasi pada Perawatan Luka untuk Mencegah Bekas Luka

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan

Hidrasi memainkan peran penting untuk mencegah bekas luka, sehingga menjaga hidrasi luka harus dilakukan pada perawatan luka. Bekas luka, termasuk jaringan parut, merupakan hasil proses penyembuhan luka yang normal tetapi tidak diinginkan secara estetika. Bekas luka dapat mengganggu penampilan yang dapat menimbulkan gangguan pada psikososial. Selain itu, bekas luka pada lipatan kulit atau sendi dapat menyebabkan gangguan motorik.[1-3]

Berbagai metode dan prosedur telah dikembangkan dalam manajemen luka, termasuk pencegahan dan penatalaksanaan bekas luka. Pencegahan bekas luka dapat sangat menguntungkan, baik di bidang dermatologi maupun di bidang tindakan invasif, seperti tindakan operatif, radioterapi, dan manajemen luka bakar.[1-4]

Fresh,Wound,With,Lymph,And,Blood,On,Asian,Female,Knee

Sekilas Mengenai Proses Pembentukan Bekas Luka

Terdapat tiga fase dalam proses penyembuhan hingga pembentukan bekas luka, yaitu:

  • Fase inflamasi
  • Fase proliferasi dan reepitelisasi
  • Fase remodeling[3,8-10]

Fase inflamasi dimulai dari adanya kerusakan pada kapiler pembuluh darah, di mana darah yang keluar akan membentuk bekuan terdiri dari fibrin dan fibronectin. Bekuan darah menutupi kerusakan kapiler pembuluh darah dan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak. Keberadaan platelet pada lokasi luka menghasilkan chemokine yang merangsang sel peradangan, makrofag, dan neutrofil.

Fase proliferasi dan reepitelisasi ditandai dengan adanya angiogenesis untuk mengembalikan perfusi jaringan. Fibroblas pada jaringan granulasi menjadi aktif dan membentuk miofibroblas yang akan mensintesis dan deposisi matriks ekstraseluler.

Adapun pembentukan bekas luka utamanya terjadi pada fase remodeling, di mana pada fase ini terjadi pembentukan kembali secara progresif pada jaringan granulasi.[3,8-10]

Pengaruh Transepidermal Water Loss pada Pembentukan Bekas Luka

Pembentukan bekas luka dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kehilangan berlebih kandungan air pada luka (transepidermal water loss). Kandungan air yang hilang pada luka dapat mencapai 4 kali lebih banyak daripada kondisi kulit normal.

Kehilangan kandungan air ini menyebabkan dehidrasi pada stratum korneum, sehingga merangsang keratinosit untuk memproduksi berbagai sitokin. Sitokin ini merangsang fibroblas untuk mensintesis dan melepaskan kolagen. Adanya kolagen inilah yang menyebabkan pembentukan bekas luka hingga jaringan parut.[3,8-10]

Karakteristik Bekas Luka

Bekas luka pada kulit mengandung kolagen dalam jumlah besar, di mana 50% dari protein yang terkandung di dalam bekas luka berupa kolagen. Kolagen dalam bekas luka tersusun paralel dari permukaan kulit.

Bekas luka tidak mengandung struktur kulit normal, seperti folikel rambut dan kelenjar sebaceous. Selain itu, bekas luka juga tidak mengandung elastin, sehingga elastisitas bekas luka tidak seperti kulit normal. Aktivitas fibroblas dan myofibroblas pada bekas luka dapat menyebabkan kontraktur yang dapat menimbulkan nyeri dan keterbatasan gerak bila berada pada sendi.[3,8,10]

Peran Hidrasi dalam Penyembuhan Luka

Salah satu metode yang terbukti dapat mencegah bekas luka adalah hidrasi pada luka. Hidrasi luka bertujuan untuk menggantikan kadar air yang hilang akibat penguapan pada luka.[1-4]

Pada prinsipnya, hidrasi pada luka akan menghambat rangsangan kepada fibroblas untuk mensintesis dan melepaskan kolagen berlebih. Jika kolagen pada bekas luka tidak banyak maka jaringan parut tidak akan terbentuk.[1,2,4]

Selain manfaat pada kontrol pembentukan bekas luka berlebih, hidrasi pada luka diketahui memiliki manfaat lainnya, yaitu mengurangi reaksi peradangan (kemerahan dan gatal), menjaga elastisitas kulit, mengurangi risiko infeksi, dan mempercepat proses penyembuhan luka.Hidrasi pada luka dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan pelembab (moisturizer) dan gel. Kedua cara ini dapat dilakukan bersamaan.[1-4]

Formulasi Khusus untuk Menjaga Hidrasi Luka

Menjaga hidrasi luka merupakan bagian dalam pencegahan bekas luka, baik bekas luka linear, bekas luka luas, hingga jaringan parut. Aplikasi gel emulsi dengan kandungan dexpanthenol, allantoin, glycerin, dan glyceryl glucoside dapat menjadi salah satu upaya menjaga kelembaban pada luka.[1,11]

Dexpanthenol

Dexpanthenol merupakan senyawa dengan bentuk mirip alkohol yang merupakan bentuk aktif dari panthenol, yaitu provitamin B5. Dexpanthenol dapat diserap dengan baik oleh kulit dan cepat berubah menjadi asam pantothenic. Asam pantothenic sendiri merupakan bagian dari koenzim A yang berperan penting dalam fungsi fisiologis epitel.[2,5]

Dexpanthenol juga mendorong regenerasi kulit dengan meningkatkan diferensiasi epidermis dan penyembuhan luka. Tidak hanya itu, senyawa ini membantu mencegah pembentukan biofilm dan memiliki efek antiinflamasi. Dexpanthenol memiliki fungsi lain yang cukup penting dalam pencegahan bekas luka, yaitu aksi sebagai pelembab atau moisturizer yang dapat menjaga hidrasi pada luka.[2,5]

Gorski, et al melakukan studi mengenai peran dexpanthenol dalam penyembuhan luka akibat tindakan medis. Hasil studi menemukan bahwa senyawa ini dapat mempercepat penyembuhan luka akibat tindakan skin graft bila dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, dexpanthenol juga menjamin luka lebih terhidrasi dan mengalami perbaikan gejala pruritus akibat proses penyembuhan luka yang lebih cepat bila dibandingkan dengan kontrol.[2,5]

Allantoin

Allantoin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan Aloe vera dan Calendula officinalis. Allantoin telah lama digunakan dalam penyembuhan luka dan regenerasi jaringan, karena memiliki karakteristik anti-inflamasi, anti-nosiseptif, anti-sekretorik, dan anti-infeksi dengan biokompatibilitas yang baik. Dalam pencegahan bekas luka, allantoin membantu melembabkan dan mempercepat proses penyembuhan luka melalui rangsangan terhadap proliferasi sel.[6,7,12,13]

Studi oleh Koosha, et al bertujuan untuk mengetahui biokompatibilitas hidrogel mengandung allantoin dan madu secara in vitro pada fibroblas kulit manusia dan in vivo pada tikus Wistar. Studi ini menemukan kandungan allantoin memberikan aktivitas antimikroba yang baik terhadap S. aureus. Luka yang menerima hidrogel dengan kandungan allantoin mengalami penyembuhan luka yang baik daripada kontrol (98% vs 89%). Allantoin juga ditemukan tidak toksik.[6,7,12,13]

Studi oleh Saucedo-Acuña et al mempelajari karakteristik hidrogel pektin yang diperkaya dengan allantoin pada tikus Wistar. Studi ini menemukan penggunaan hidrogel pektin dengan kandungan allantoin mengurangi waktu penyembuhan luka hingga sepertiga kontrol. Lokasi luka yang mendapat intervensi juga mengalami pertumbuhan rambut alami setelah 15 hari. Penggunaan hidrogel ditemukan mampu membawa senyawa allantoin ke dalam luka dengan baik.[6,7,12,13]

Glycerin dan Glyceryl Glucoside

Glycerin, yang juga dikenal sebagai glycerol, merupakan plasticizer cair non-volatil. Glycerin digunakan dalam campuran hidrogel agar formulasi produk menjadi lebih homogen. Selain itu, campuran glycerin dengan hidrogel menyebabkan peningkatan fleksibilitas dan kelembaban dari hidrogel itu sendiri.

Di samping itu, glycerin sendiri memiliki berbagai manfaat pada kulit, termasuk manfaat hidrasi luka yang memainkan peran penting dalam pencegahan bekas luka. Pada formulasi tertentu, glycerin ditambahkan dengan glyceryl glucoside yang akan meningkatkan bioavailabilitasnya.

Kombinasi glycerin dan glyceryl glucoside terbukti meningkatkan hidrasi kulit secara signifikan bila dibandingkan dengan senyawa pencampur lainnya, termasuk urea. Kombinasi ini juga diketahui dapat mengurangi transepidermal water loss. [7,12]

Penggunaan Formulasi Khusus untuk Menjaga Hidrasi Luka

Penggunaan gel emulsi dengan kandungan dexpanthenol, allantoin, glycerin, dan glyceryl glucoside pada bekas luka secara dini memungkinkan penyembuhan yang optimal. Penggunaan gel ini diharapkan dapat menghasilkan bekas luka dengan warna kulit yang lebih halus, lembut, dan merata.

Pedoman pengelolaan bekas luka saat ini merekomendasikan kombinasi hidrasi dan oklusi. Hidrasi dengan menggunakan gel dapat mulai digunakan secepatnya pada fase remodeling. Gel  dengan kandungan dexpanthenol, allantoin, glycerin, dan glyceryl glucoside harus digunakan segera setelah luka tertutup, dan dievaluasi setiap 6 minggu.[11]

Kesimpulan

Bekas luka yang tidak terlihat jelas merupakan hasil proses penyembuhan luka diinginkan oleh pasien. Pada area luka, kandungan air kulit hilang (transepidermal water loss) lebih banyak 4 kali daripada kondisi kulit normal. Transepidermal water loss yang tinggi ini dihubungkan dengan tidak sempurnanya proses penyembuhan luka.

Transepidermal water loss menyebabkan dehidrasi stratum korneum dan pelepasan kolagen berlebih, yang menyebabkan munculnya bekas luka. Untuk mencegah transepidermal water loss, terdapat 2 cara mendasar yang perlu dilakukan, yaitu penggunaan pelembab untuk memperbaiki hidrasi luka dan penggunaan gel untuk mencegah penguapan di area luka.

Berbagai formulasi khusus telah diproduksi sebagai upaya menjaga hidrasi luka, salah satunya adalah formulasi gel yang mengandung dexpanthenol, allantoin, serta glycerin dan glyceryl glucoside. Kandungan dexpanthenol dan allantoin berfungsi sebagai pelembab yang dapat menjaga hingga meningkatkan hidrasi pada luka. Sementara itu, kandungan glycerin dan glyceryl glucoside dalam formulasi gel akan meningkatkan struktur gel agar dapat menjaga hidrasi luka dengan lebih baik. Gel ini harus digunakan segera saat fase remodeling (luka tertutup) untuk menghasilkan bekas luka dengan warna kulit yang lebih halus, lembut, dan merata.

Referensi