Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Chronic Fatigue Syndrome general_alomedika 2022-07-05T11:41:33+07:00 2022-07-05T11:41:33+07:00
Chronic Fatigue Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Chronic Fatigue Syndrome

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis Chronic fatigue syndrome (CFS) atau ensefalomielitis myalgik ditegakkan berdasarkan observasi terhadap gejala dan perjalanan penyakit. Karena kurangnya tes dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup, diagnosis CFS bisa sulit. Kriteria diagnosa CFS terbaru yang digunakan saat ini adalah kriteria diagnosis oleh US National Academy of Medicine (NAM), yang juga telah diadopsi oleh CDC.[1]

Diagnosis didasarkan pada hasil anamnesis dan gejala subyektif yang dilaporkan pasien. Pada semua pasien dengan kecurigaan CFS, sebaiknya ditanyakan riwayat medis lengkap pada pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik dan mental lengkap, serta pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.[3,8]

Anamnesis

Pada pasien dengan CFS, seringkali ada peristiwa yang memicu timbulnya atau memperparah gejala. Pemicu yang paling sering adalah infeksi seperti COVID-19 dan mononukleosis, namun bisa juga faktor noninfeksi seperti operasi atau kehamilan.

Keluhan utama biasanya adalah gejala-gejala mirip influenza yang bertahan lama, gangguan tidur, sulit berpikir, kelelahan yang nyata, tidak dapat berdiri lama, dan kesulitan untuk beraktivitas normal. Gejala bisa berkembangan dalam hitungan jam sampai hari, namun ada juga pasien dengan gejala yang berkembang dalam beberapa minggu sampai bulan.[1]

Post Exertional Malaise

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan gejala-gejala kunci CFS untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis fisik atau mental lainnya. Keluhan utama CFS adalah kelelahan, terutama setelah melakukan aktivitas fisik atau mental yang disebut post exertional malaise (PEM). Gejala ini umumnya dikeluhkan sebagai perburukan gejala dan penurunan fungsi lebih jauh pasca aktivitas. Pada pasien CFS, olah raga teratur umumnya akan memperburuk gejala.[1,3]

Gangguan Tidur

Gejala lainnya adalah gangguan tidur, bisa berupa sulit untuk jatuh tidur atau mudah terbangun. Meskipun gangguan tidur ini telah berhasil diobati, umumnya pasien tetap merasa tidak bugar ketika bangun.[1,3]

Gangguan Kognitif

Selain itu, pasien juga sering mengeluhkan gangguan kognitif berupa penurunan kecepatan berpikir, namun hal ini tidak berhubungan dengan gangguan tidur yang dialami. Gejala ini umumnya terlihat jelas ketika pasien menghadapi deadline, tugas yang tak kenal henti, atau banyak tugas bersamaan. Umumnya kemampuan motorik, verbal, dan global reasoning tidak mengalami masalah. Pasien biasanya mengeluhkan sulit mengikuti percakapan, membaca buku, mengikuti instruksi, atau mengingat kata-kata yang baru saja diucapkan.[1,3]

Gangguan Sistem Saraf Otonom

Pada pasien juga perlu ditanyakan keluhan akibat gangguan pada sistem saraf otonom, misalnya hipotensi ortostatik, kepala terasa melayang, denyut nadi tidak teratur, sesak nafas, dan palpitasi.[1,3,7]

Keluhan Lain

Keluhan lain yang perlu ditanyakan adalah adanya nyeri otot, nyeri sendi tanpa disertai peradangan, nyeri kepala, nyeri tenggorokan. Keluhan lainnya adalah adanya pembengkakan kelenjar limfe, masalah saluran pencernaan, alergi atau sensitivitas terhadap makanan atau stimulus sensori, dan kelemahan otot.[3]

Pemeriksaan Fisik

Pada hampir 95% pasien dengan CFS, perubahan posisi akan memicu gejala ortostatik. Karenanya, pemeriksaan fisik biasanya akan menunjukkan hal-hal berikut:

  • Detak jantung yang abnormal dan perubahan tekanan darah pada posisi berdiri dan tilt table test

  • Penurunan 25% aliran darah ke otak pada posisi berdiri atau dari duduk ke berdiri
  • Penurunan indeks stroke volume dan indeks kardiak yang tidak dipengaruhi oleh tingkat aktivitas
  • Hipokapnea ortostatik dan penurunan volume darah[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding CFS adalah fatigue yang menyertai berbagai penyakit infeksi. CFS juga bisa timbul pasca penyakit infeksi, misalnya infeksi mononukleosis, giardiasis, atau virus corona.[1]

Kelainan Endokrin/Metabolik

Yang bisa menjadi diagnosis banding CFS dalam kelompok ini adalah insufisiensi adrenal, hiperkortisolisme, hipertiroid atau hipotiroid, diabetes, dan hiperkalsemia. Gangguan ini bisa dibedakan dari CFS dengan pemeriksaan laboratorium yang sesuai.[1,7]

Penyakit Rheumatoid

Diagnosis banding CFS pada kelompok ini adalah systemic lupus eritematosus (SLE), rheumatoid arthritis, polimiositis, dan polimialgia reumatika. Pembeda dari CFS adalah ditemukannya kelainan organik dan penanda laboratorium yang sesuai, misalnya rheumatoid factor ataupun antinuklear antibodi (ANA).[1,7]

Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dapat memberikan gejala malaise dan fatigue yang menyerupai CFS. Misalnya pada HIV, penyakit Lyme, hepatitis B, tuberkulosis, giardiasis, coccidioidomycosis, dan sifilis. Pada kondisi penyakit infeksi tersebut akan ditemukan penanda infeksi oleh patogen yang khusus, misalnya saja penurunan CD4 pada pasien HIV ataupun HBsAg pada hepatitis B.[1,7]

Gangguan Mental dan Gangguan Tidur

Ansietas, depresi, dan gangguan bipolar bisa memiliki gejala yang mirip dengan CFS,  namun tanpa disertai gejala-gejala fisik dan neurologis CFS. Gangguan tidur yang bisa mempunyai gejala mirip CFS adalah sleep apnea, narkolepsi, dan periodic limb movement disorder.[1]

Gangguan Kardiovaskular dan Hematologi

Penyakit kardiovaskular yang bisa menjadi diagnosis banding CFS adalah kardiomiopati, penyakit jantung koroner, hipertensi pulmonal, penyakit katup jantung, dan aritmia. Gangguan hematologi yang mempunyai gejala mirip CFS adalah anemia dan overload besi.[1]

Penyakit lainnya

Penyakit lain yang menjadi diagnosis banding CFS adalah penyalahgunaan zat, intoksikasi logam berat, paparan mycotoxin, efek samping obat, malignansi, obesitas, asthma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan sindrom athletic overtraining.[1,7]

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium standar untuk pasien dengan CFS, namun sering ditemukan adanya penurunan aktivitas sel NK (natural killer) dibandingkan subyek normal. Hal ini mungkin berhubungan dengan seringnya gejala CFS mengikuti adanya infeksi. Pada sebagian kasus CFS, pemeriksaan laboratorium tidak mengungkapkan adanya abnormalitas.[5]

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Sebagai contoh adalah pemeriksaan rheumatoid factor, kadar hemoglobin, pemeriksaan kortisol 4 poin (bangun tidur, tengah hari, jam 4 sore, dan sebelum tidur), antinuclear antibodi, profil hormon tiroid, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan urinalisis.[1,9]

Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis yang dahulu sering digunakan untuk CFS adalah kriteria Fukuda. Namun, saat ini sudah digunakan kriteria diagnosis terbaru, yaitu Kriteria diagnosis CFS oleh US National Academy of Medicine (NAM):

  • Adanya gangguan dalam fungsi yang disertai oleh fatigue, post exertional malaise (PEM), tidur yang tidak menyegarkan, dan salah satu dari gangguan kognitif atau intoleransi ortostatik
  • Gejala-gejala ini setidaknya dalam intensitas sedang dan bertahan setidaknya dalam 50% waktu dalam periode 6 bulan
  • Faktor penting lainnya mencakup infeksi pada periode perionset, nyeri yang menyebar, dan gangguan pada aktivitas sel natural killer

  • Gejala tambahan bisa berupa gejala-gejala flu like, misalnya nyeri tenggorokan dan pembengkakan kelenjar limfe. Gejala tambahan lain dapat berupa hipersensitivitas terhadap stimulus eksternal, misalnya makanan, bau, cahaya, suara, sentuhan, dan bahan kimia. Pasien juga bisa mengalami kerentanan terhadap infeksi, gangguan penglihatan, gejala-gejala di saluran cerna dan genitourinari, masalah dengan pernapasan, dan masalah termoregulasi[1]

PEM adalah gejala yang dianggap patognomonik, yaitu perburukan gejala setelah aktivitas fisik atau mental ringan, yang terjadi dalam 12-48 jam setelahnya, dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau bahkan minggu.[3]

Referensi

1. Bateman L, Bested AC, Bonilla HF, Chheda BV, Chu L, Curtin JM, et al. Myalgic Encephalomyelitis/Chronic Fatigue Syndrome: Essentials of Diagnosis and Management. Mayo Clinic Proceedings 2021;96:2861–78. https://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(21)00513-9/fulltext
3. CDC. Myalgic Encephalomyelitis/Chronic Fatigue Syndrome (ME/CFS). 2022. https://www.cdc.gov/me-cfs/index.html
5. Komaroff AL. Advances in Understanding the Pathophysiology of Chronic Fatigue Syndrome. JAMA 2019;322:499.
7. Nacul L, Authier FJ, Scheibenbogen C, Lorusso L, Helland IB, Martin JA, et al. European Network on Myalgic Encephalomyelitis/Chronic Fatigue Syndrome (EUROMENE): Expert Consensus on the Diagnosis, Service Provision, and Care of People with ME/CFS in Europe. Medicina 2021;57:510.
8. Strand EB, Nacul L, Mengshoel AM, Helland IB, Grabowski P, Krumina A, et al. Myalgic encephalomyelitis/chronic fatigue Syndrome (ME/CFS): Investigating care practices pointed out to disparities in diagnosis and treatment across European Union. PLoS ONE 2019;14:e0225995.

Epidemiologi Chronic Fatigue Syn...
Penatalaksanaan Chronic Fatigue ...

Artikel Terkait

  • Chronic Fatigue Syndrome: Gejala atau Penyakit
    Chronic Fatigue Syndrome: Gejala atau Penyakit
  • Aspek Psikiatri Chronic Fatigue Syndrome
    Aspek Psikiatri Chronic Fatigue Syndrome
Diskusi Terkait
dr. Renate Parlene Marsaulina
Dibalas 16 Februari 2020, 09:30
SKP-Online IDI : Aspek Psikiatri Chronic Fatigue Syndrome
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
17 Balasan
Alo Dokter!⁣Seringkali kita menemukan kasus chronic fatigue syndrome pada praktik sehari-hari. Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik dan sering dikaitkan...
dr. Anggi Setiawan
Dibalas 14 Desember 2019, 14:43
Hubungan terjadinya mimisan dengan kelelahan
Oleh: dr. Anggi Setiawan
4 Balasan
Alodokter, izin bertanya ya dok. Apakah sebenarnya penyebab mimisan yang sering terjadi jika seseorang kecapekan atau kelelahan? Karena menurut pengakuan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.