Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Tuli general_alomedika 2023-03-13T11:43:40+07:00 2023-03-13T11:43:40+07:00
Tuli
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Tuli

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Diagnosis dari tuli atau gangguan pendengaran dimulai dengan melakukan anamnesis meliputi onset terjadinya gangguan pendengaran, progresivitas, melibatkan satu telinga atau keduanya, keluhan tambahan lainnya riwayat pekerjaan, infeksi telinga berulang, trauma, riwayat penyakit lainnya, dan riwayat penggunaan obat yang bersifat ototoksik. Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspeksi pada telinga luar hingga telinga tengah dengan menggunakan bantuan alat otoskop, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan garpu tala. Audiometri dapat dilakukan sebagai satu dari sekian banyak pilihan dari pemeriksaan penunjang yang tersedia.

Anamnesis

Petunjuk untuk mendiagnosis tuli beserta kemungkinan penyebabnya bisa didapatkan dari hasil anamnesis. Hal-hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah sebagai berikut:

Karakteristik Gangguan Pendengaran

Dokter harus menanyakan karakteristik gangguan pendengaran pasien apakah melibatkan satu telinga atau kedua telinga. Selain itu, onset terjadinya gangguan pendengaran juga harus ditanyakan, apakah muncul mendadak atau perlahan-lahan.

Keluhan Penyerta

Selain karakteristik gangguan pendengarannya, hal lain yang perlu ditanyakan adalah ada tidaknya keluhan penyerta seperti tinnitus, nyeri telinga, vertigo, dan gangguan keseimbangan.

Faktor Risiko

Selain anamnesis gejala, faktor risiko yang berhubungan dengan tuli juga harus ditanyakan, yaitu usia pasien dan paparan kebisingan. Paparan kebisingan dapat berasal dari pekerjaan, maupun yang diakibatkan gaya hidup seperti penggunaan headset dengan volume keras.[2,3]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien tuli yakni berupa pemeriksaan umum pada kedua telinga, disertai tes pendengaran untuk menentukan jenis tuli. Pada dasarnya pemeriksaan umum pada telinga hanya dapat melihat bagian telinga luar hingga bagian tengah, sehingga pemeriksaan secara umum sangat berperan dalam diagnosis tuli konduktif. Sedangkan pada tuli sensorineural biasanya tidak menunjukkan adanya kelainan pada bagian telinga luar maupun tengah, karena permasalahannya terletak pada telinga bagian dalam. Pemeriksaan umum pada telinga meliputi pemeriksaan bentuk daun telinga dan liang telinga, serta pemeriksaan menggunakan otoskop. [2,8]

Pemeriksaan Bentuk Daun Telinga dan Liang Telinga

Pemeriksaan bentuk daun telinga dan liang telinga dilakukan untuk melihat adanya mikrotia atau atresia liang telinga, serumen atau benda asing yang menutupi liang telinga, penyempitan pada liang telinga, sekret pada liang telinga, osteoma pada liang telinga, dan kolesteatoma.

Pemeriksaan Otoskop

Pemeriksaan otoskop dilakukan untuk melakukan pemeriksaan pada membran timpani. Hal-hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan otoskop adalah sebagai berikut:

  • Melakukan pemeriksaan terhadap membran timpani: apakah terdapat retraksi atau penonjolan
  • Warna membran timpani, apakah terdapat perubahan warna
  • Kejernihan membran timpani, yakni dapat dilakukan melalui pemeriksaan refleks cone

  • Keutuhan membran timpani (untuk melihat perforasi)

Tes Pendengaran Beserta Interpretasinya

Tes pendengaran sangat penting dilakukan pada penderita tuli, karena tes pendengaran dapat membantu dokter untuk membedakan apakah pasien menderita tuli konduktif atau sensorineural. Tes pendengaran yang dilakukan pada praktik sehari-hari adalah tes garpu tala berupa tes Rinne dan tes Weber. Selain kedua tes tersebut, terdapat tes lain seperti tes berbisik yang juga dapat dilakukan untuk menilai derajat ketulian secara kasar.[8]

Tabel 2. Interpretasi Tes Garpu Tala

Tes Weber

Tes Rinne

Diagnosis
Tidak ada lateralisasi +/+ Bilateral normal atau bilateral tuli sensorineural yang simetris
Lateralisasi ke kiri +/-

Tuli konduktif pada telinga kiri

Normal atau tuli sensorineural pada telinga kanan

Lateralisasi ke kanan +/+

Normal

Tuli sensorineural pada kedua telinga, berat parah pada telinga kiri

Tuli sensorineural pada kedua telinga dengan tuli konduktif ringan pada telinga kanan

Lateralisasi ke kanan +/- Hasil Rinne negatif palsu telinga kiri: dapat diakibatkan oleh tuli sensorineural yang berat atau campuran pada telinga kiri
Lateralisasi ke kanan -/-

Tuli konduktif bilateral, lebih berat pada telinga kanan

Tuli konduktif dengan hasil Rinne negatif palsu pada telinga kiri

Diagnosis Penyebab Tuli

Diagnosis banding pada tuli biasanya berdasarkan jenis tulinya dan etiologi dari penyebabnya. Diagnosis banding dibuat dan dipertimnbangkan berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, dokter dapat menggali pertanyaan-pertanyaan berupa karakteristik gangguan pendengaran, keluhan lain, serta faktor risiko yang ikut berperan dalam proses terjadinya tuli. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan umum pada telinga dimulai dari telinga luar hingga bagian tengah menggunakan otoskop.

Ditemukannya kelainan pada telinga luar atau tengah dapat mengarah ke diagnosis tuli konduktif, apabila tidak ditemukan adanya kelainan maka hasilnya belum tentu normal, melainkan bisa saja terdapat gangguan pada telinga dalam atau tuli sensorineural. Kemudian dapat dilanjutkan ke pemeriksaan lainnya seperti tes Rinne, Weber, dan audiometri untuk memastikan diagnosis. Pada kasus-kasus seperti tumor yang tidak tampak pada pemeriksaan umum telinga ataupun pemeriksaan audiometri, dapat dilakukan pemeriksaan lain berupa MRI.

Etiologi Tuli Konduktif

Berikut ini adalah etiologi dari penyebab tuli konduktif yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding:

  • Oklusi komplit liang telinga (karena serumen atau benda asing): gangguan pendengaran muncul mendadak tanpa nyeri telinga
  • Otitis media kronis atau otitis eksterna: gangguan pendengaran muncul mendadak disertai nyeri tekan telinga

  • Efusi telinga tengah, otosklerosis, tumor glomus, atau kolesteatoma:  gangguan pendengaran muncul perlahan-lahan dan semakin lama semakin parah, tanpa disertai nyeri telinga

Etiologi Tuli Sensorineural

Sedangkan etiologi dari penyebab tuli sensorineural yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding adalah:

  • Presbikusis: gangguan pendengaran muncul bertahap, terdapat riwayat paparan kebisingan, merokok, pasien lanjut usia, dan menyerang kedua telinga

  • Tuli sensorineural akibat bising (noise induced hearing loss/NIHL): gangguan pendengaran muncul bertahap pada kedua telinga, terdapat riwayat dari paparan kebisingan, disertai keluhan tinnitus

  • Neuroma akustik: gangguan pendengaran bertahap pada satu telinga disertai tinnitus
  • Penyakit Meniere: gangguan pendengaran mendadak, melibatkan satu telinga, disertai dengan tinnitus dan vertigo berepisode, pada pasien lanjut usia
  • Tuli sensorineural pada penderita autoimun: gangguan pendengaran progresif menyerang kedua telinga, disertai keluhan lain seperti vertigo dan gangguan keseimbangan
  • Fistula perilimfa: gangguan pendengaran mendadak, melibatkan satu telinga, disertai keluhan lain seperti tinnitus, vertigo, trauma kepala

Diagnosis Banding

Pada kasus tuli yang sudah terkonfirmasi, baik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang tidak memiliki diagnosis banding. [2]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis tuli yakni berupa pemeriksaan audiometri, timpanometri dan emisi otoakustik. Audiometri sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, namun yang paling sering dilakukan yakni audiometri nada murni, audiometri tutur dan evoked response audiometry. [3,9]

Audiometri Nada Murni

Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada orang dewasa atau anak-anak yang minimal berusia 4 tahun atau sudah dapat mengikuti instruksi dan bersikap kooperatif. Pemeriksaan ini akan memberikan hasil yang bernama audiogram dan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama audiometer. Pada hasil dari audiogram, dapat ditemukan grafik AC (konduksi udara) dan grafik BC (konduksi tulang). Berikut ini adalah hasil interpretasi dari audiometri.

  • Pada tuli konduktif, hasil audiogram akan menunjukkan grafik BC berada pada garis normal (0 – 25 dB) sedangkan grafik AC turun hingga lebih dari 25 dB. Diantara grafik AC dan BC harus terdapat gap sebesar 10 dB.

  • Pada tuli sensorineural, hasil audiogram akan menunjukkan grafik BC dan AC turun lebih dari 25 dB dan diantara kedua grafik tidak ada gap.

  • Pada tuli campuran, hasil audiogram akan menunjukkan grafik BC turun lebih dari 25 dB, grafik AC turun lebih besar dari grafik BC, dan terdapat gap diantara keduanya.

Terdapat 5 derajat ketulian berdasarkan ambang pendengaran (dalam desibels / dB) yang ditetapkan oleh American National Standards Institute, yakni sebagai berikut.

  • Derajat 0 (Normal): 0 – 25 dB
  • Derajat 1 (Ringan): 26 – 40 dB
  • Derajat 2 (Sedang): 41–55 dB
  • Derajat 3 (Sedang-Berat): 56–70 dB
  • Derajat 4 (Berat): 71–90 dB
  • Derajat 5 (Sangat Berat): lebih dari 90 dB

Audiometri Tutur

Pemeriksaan ini menggunakan kata-kata yang sudah disusun dalam suku kata dan berada dalam daftar yang disebut Phonetically balance word LBT. Pasien kemudian diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset yang disediakan oleh pemeriksa. Berikut ini adalah interpretasi dari hasil pemeriksaan audiometri tutur (berdasarkan jumlah kata yang betul disebutkan oleh pasien).

  • Pendengaran normal: 90-100%
  • Tuli ringan: 75 – 90 %
  • Tuli sedang: 60 – 75%
  • Tuli berat: dibawah 50%

Evoked Response Audiometry

Pemeriksaan evoked response audiometry atau yang lebih dikenal dengan nama brainstem evoked response audiometry/ BERA, merupakan suatu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi nervus VIII. Pemeriksaan ini lebih direkomendasikan untuk bayi, anak-anak, cacat, dan penurunan kesadaran. Prinsip kerjanya yakni dengan cara memberikan rangsang bunyi, lalu merekam potensial listrik yang dikeluarkan oleh sel koklea selama menempuh perjalanan yang dimulai dari telinga dalam hingga mencapai nukleus-nukleus yang terletak pada batang otak. Setiap adanya keterlambatan waktu dalam mencapai masing-masing nukleus di otak menandakan adanya suatu kelainan.

Timpanometri

Timpanometri dilakukan untuk menilai telinga tengah. Hasil gambaran timpanometri yang menunjukkan adanya kelainan seperti cairan dan tekanan negatif pada telinga tengah, pemeriksaan ini sangat bermakna untuk menentukan tuli konduktif.

Emisi Otoakustik (Otoacoustic Emission/ OAE)

Pemeriksaan OAE adalah pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang bersifat objektif, yakni dengan memasukkan sumbat telinga ke dalam liang telinga, di dalam sumbat telinga tersebut terdapat mikrofon beserta pengeras suara yang akan memberikan sebuah stimulus suara. Dalam merespon stimulus suara, koklea akan menghasilkan suara pula, yang nantinya akan ditangkap oleh mikrofon, dan dicatat oleh sumbat telinga.

Referensi

2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 7th ed. Jakarta: 3. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam Physician. 2006; 68(6) : 1125-32.
8. Departemen Kesehatan RI. RISET KESEHATAN DASAR. 2013. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
9. Walker JJ, Cleveland LM, Davis JL, Seales JS. Audiometry screening and interpretation. Am Fam Physician. 2013; 87(1): 41-7.

Epidemiologi Tuli
Penatalaksanaan Tuli

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
Diskusi Terkait
Anonymous
12 Desember 2022
Obat ototoksik-THT ask the expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Rano, Sp.THT-KL, apa saja obat-obat ototoksik yang harus diwaspadai oleh dokter umum? Bagaimana dokter umum meminimalisir dampaknya? Terimakasih...
Anonymous
12 Desember 2022
Tata laksana untuk pasien presbiakusis - THT ask the expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Rano, Sp. THT-KL, pada pasien lansia dengan presbiakusis, apakah ada suplemen yang dapat mengurangi atau agar gejala tidak memburuk seiring...
Anonymous
15 Juli 2022
Gangguan Pendengaran pada Bayi - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Suyanti, Sp.THT-KLIjin bertanya dok. Bagaimana mengidentifikasi gangguan pendengaran pada bayi di fasilitas kesehatan primer dok? Apabila sudah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.