Edukasi dan Promosi Kesehatan Tuli
Tingginya angka kejadian tuli secara global membuat edukasi, promosi kesehatan serta upaya pencegahan dan pengendalian dari penyakit tuli, penting untuk dilakukan. Edukasi dan promosi berupa penjelasan mengenai prognosis tuli, rehabilitasi jika sudah terdiagnosis tuli, screening dini sejak lahir pada bayi apakah terdapat gangguan pendengaran atau tidak, hingga penggunaan alat pelindung telinga pada beberapa kelompok yang terpapar dengan kebisingan. [11,12]
Edukasi Pasien
Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien:
- Pentingnya menjalani pengobatan hingga tuntas pada pasien yang mendapat terapi farmakologis
- Menjelaskan mengenai prognosis serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada tipe tuli yang diderita pasien
- Menjelaskan mengenai metode rehabilitasi dan pilihan terapi yang dapat dijalani pasien
-
Mengajak orang tua untuk tidak ragu melakukan skrining pendengaran pada bayi yang baru lahir
-
Mengedukasi untuk mengurangi paparan suara dengan tingkat kebisingan tinggi, misalnya dengan mengurangi volume suara ketika menggunakan headset serta menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja di tempat dengan tingkat kebisingan tinggi
Selain itu, penanganan penyakit tuli membutuhkan banyak perawatan dari berbagai bidang, di antaranya spesialis telinga hidung tenggorokan, terapis bidang bicara dan bahasa, serta audiologists.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan pada tuli terbagi menjadi tiga yakni pencegahan primer, sekunder hingga tersier.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan suatu upaya pencegahan yang dapat dilakukan sebelum tuli terjadi, atau dalam kata lain untuk mencegah terjadinya tuli. Upaya-upaya pencegahan primer yakni sebagai berikut.
- Menghindari atau mengurangi paparan bising terutama di lingkungan kerja dengan menggunakan sumbat telinga, tutup telinga atau pelindung kepala.
-
Mencegah terjadinya tuli akibat penyakit infeksi (terutama pada ibu-ibu hamil) dengan vaksinasi rubella, campak, atau pneumococcal conjugate vaccine (PCV)
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan yang dilakukan pada saat sudah terdapat faktor risiko atau mungkin proses penyakit, namun belum timbul tuli, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk mencegah agar gangguan pendengaran tidak berlanjut semakin parah. Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan skrining fungsi pendengaran, terutama pada bayi baru lahir yang memiliki riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat tuli sudah terjadi dengan tujuan membantu pasien menyesuaikan diri terhadap kondisinya, dan menurunkan progresivitas kecacatan. Pencegahan tersier dilakukan dengan cara:
- Konseling genetik pada beberapa keluarga dengan riwayat tuli sejak lahir
- Meningkatkan kesadaran serta pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik
- Meningkatkan kesadaran pasien untuk memilih terapi yang sesuai dan tepat untuk gangguan pendengarannya, terutama pemilihan alat bantu dengar.