Patofisiologi Tuli
Patofisiologi pada tuli konduktif dan tuli sensorineural memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan penyebab dari masing-masing tipe tuli tersebut juga berbeda. Sebelum membahas mengenai patofisiologi pada tuli, perlu diketahui proses fisiologi pendengaran terlebih dahulu.
Fisiologi Pendengaran
Pertama-tama, daun telinga akan menangkap energi bunyi dalam bentuk gelombang, gelombang tersebut akan menggetarkan membran timpani yang berada di dalam telinga tengah. Tulang maleus yang berhubungan langsung dengan bagian tengah dari membran timpani nantinya juga akan menjadi ikut bergetar. Getaran tersebut disalurkan ke tulang inkus dan tulang stapes. Getaran pada tulang stapes menyebabkan bergeraknya tingkap lonjong, yang menyebabkan perilimfa pada skala vestibuli menjadi ikut bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner lalu mendorong endolimfa, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. [2,5]
Seluruh proses ini disebut sebagai rangsang mekanik yang menimbulkan defleksi dari stereosilia sel-sel rambut, membuka kanal-kanal ion, dan pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Terjadinya proses depolarisasi pada sel-sel rambut stereosilia akan menyebabkan terlepasnya neurotransmiter ke dalam sinaps, sehingga menimbulkan aksi potensial pada saraf auditorius. Aksi potensial tersebut nantinya akan dilanjutkan hingga nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran yang terletak pada area 39 hingga 40 di lobus temporalis otak.
Apabila terjadi gangguan pada salah satu atau beberapa serangkaian proses di atas, maka akan menyebabkan terjadinya tuli konduktif ataupun tuli sensorineural. [2,5]
Tuli Konduktif
Pada tuli konduktif, terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Telinga luar meliputi daun telinga, liang telinga (dengan panjang 2,5–3 cm) dan membran timpani. Kelainan pada telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif yakni berupa atresia liang telinga, otitis eksterna tipe sirkumskripta, serumen prop, dan osteoma.[2,4,5]
Sedangkan telinga tengah terdiri dari tulang-tulang pendengaran (ossicles) yakni maleus, inkus dan stapes. Kelainan telinga bagian tengah yang menyebabkan tuli konduktif yakni berupa terjadinya sumbatan pada tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.[2,4,5]
Tuli Sensorineural
Pada tuli sensorineural, terdapat gangguan atau kelainan pada telinga dalam, nervus VIII (vestibulokoklear), atau pada pusat pendengaran. Gangguan yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan lokasi menjadi tuli koklear dan retrokoklear. [2,4,5]
Derajat Ketulian
Terdapat 5 derajat ketulian berdasarkan ambang pendengaran (dalam decibel / dB) yang ditetapkan oleh American National Standards Institute, yakni sebagai berikut. [4]
Tabel 1. Derajat Ketulian
Derajat | Hasil Audiometri |
0: Normal | 0–25 dB |
1: Tuli ringan | 26–40 dB |
2: Tuli sedang | 41–55 dB |
3: Tuli sedang-berat | 56-70 dB |
4: Tuli berat | 71–90 dB |
5: Tuli sangat berat | lebih dari 90 dB |
Sumber: Medscape, 2017