Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
  • Diskusi Dokter
  • SKP Online
Tuli general_alomedika 2020-02-13T10:58:34+07:00 2020-02-13T10:58:34+07:00
Tuli
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Tuli

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Gangguan pendengaran, atau umum disebut sebagai tuli, merupakan penyakit telinga berupa penurunan kemampuan untuk mendengar kata-kata. Walau demikian, sebenarnya gangguan pendengaran dan tuli berbeda. Tuli merupakan gangguan pendengaran yang sangat berat berupa ketidakmampuan untuk mendengar suara teriakan, dan tidak bisa diatasi dengan alat bantu dengar. Tingkat keparahan gangguan pendengaran ditentukan berdasarkan kemampuan seseorang untuk mendengar suara dan secara spesifik berdasarkan hasil audiometri. Walau demikian, terdapat definisi yang berbeda-beda dari tingkat keparahan gangguan pendengaran ini, contohnya definisi dari WHO (World Health Organization) dan American National Standards Institute. [1-2]

Menurut WHO (World Health Organization) gangguan pendengaran apabila terjadi pada orang dewasa, sifatnya permanen, tanpa bantuan alat dengar, dengan level ambang pendengaran di atas atau sama dengan 41 desibel (dB). Sedangkan pada anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun adalah gangguan pendengaran yang sifatnya permanen, tanpa bantuan alat dengar, dengan level ambang pendengaran diatas sama dengan 31 dB. Selanjutnya, menurut American National Standards Institute terdapat 5 derajat ketulian berdasarkan ambang pendengaran dalam desibel yakni derajat ringan (26–40 dB), sedang (41- 55 dB), sedang-berat (56-70 dB), berat (71–90 dB) dan sangat berat (lebih dari 90 dB). [1,4]

Sumber: Biha, Wikimedia commons, 2015. Sumber: Biha, Wikimedia commons, 2015.

Tuli terbagi menjadi tiga tipe:

  • Tuli konduktif: gangguan pada telinga luar dan tengah
  • Tuli sensorineural: gangguan pada telinga dalam
  • Tuli campuran: kombinasi tuli konduktif dan sensorineural

Diagnosis pada tuli dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi:

  • Onset terjadinya gangguan pendengaran, progresivitas, melibatkan satu telinga atau keduanya

  • Keluhan tambahan lainnya seperti pusing berputar, nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, telinga berdengung
  • Riwayat pekerjaan
  • Riwayat infeksi telinga berulang, riwayat trauma, riwayat penyakit lainnya seperti stroke, diabetes, gangguan jantung, dan riwayat penggunaan obat yang bersifat ototoksik

Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspeksi pada telinga luar hingga telinga tengah dengan menggunakan bantuan alat otoskop, diikuti dengan pemeriksaan garpu tala yaitu tes Rinne dan Weber. Hasil tes garpu tala sebaiknya dikonfirmasi lagi dengan menggunakan audiometri.[1-3]

Tata laksana pada penderita tuli disesuaikan dengan penyebab serta tingkat keparahan tuli, berupa terapi farmakologis, nonfarmakologis, hingga pembedahan. Terapi farmakologis yang dapat diberikan misalnya karbogliserin untuk mengatasi gangguan pendengaran akibat serumen prop. Terapi nonfarmakologis misalnya penggunaan alat bantu dengar. Pembedahan dilakukan pada tuli yang tidak dapat dibantu dengan alat bantu dengar untuk memasang implan koklear. Pembedahan juga dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit penyebab tuli, misalnya pada otitis media berulang dapat dilakukan miringotomi. [4]

Referensi

1. Priority Medicines for Europe and the World “A Public Health Approach to Innovation”. 2013. Diunduh dari: https://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_21Hearing.pdf
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
3. Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam Physician. 2006; 68(6) : 1125-32.
4. Medscape. Hearing Impairment. 2017. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/994159-overview#a4
5. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology. 13th ed. New Jersey: John Wiley & Sons. 2011

Patofisiologi Tuli

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
31 Maret 2022
Usia berapa sebaiknya tes pendengaran pada anak? - THT Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Suyanti SpTHT.KL, seorang ibu mengeluh anaknya yang berusia sekitar 8 bulan tidak menengok saat dipanggil. Apakah anak usia ini sudah dilakukan tes...
dr.Astrid Sophia Wulandari
29 September 2021
gangguan pendengaran akibat penggunaan obat2 bersifat ototoksik - THT Ask The Expert
Oleh: dr.Astrid Sophia Wulandari
1 Balasan
Alo dr. Rano Aditomo, Sp. THT-KL., izin bertanya dokter.Saya pernah menemukan pasien yang mengalami gangguan pendengaran setelah mengkonsumsi obat-obatan...
dr. Hudiyati Agustini
29 September 2021
Batas usia perbaikan NIHL - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Rano SpTHT.. adakah batas usia NIHL dapat kembali normal? Misalnya pada anak lbh mungkin kembali normal jika paparan suara dihilangkan.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.