Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Alomedika Demam Tifoid monika-natalia 2023-01-16T09:54:22+07:00 2023-01-16T09:54:22+07:00
Demam Tifoid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Panduan E-Prescription Alomedika Demam Tifoid

Oleh :
dr. Katharina Listyaningrum Prastiwi
Share To Social Media:

Panduan e-Prescription untuk demam tifoid ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Demam tifoid adalah penyakit bakterial sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (Salmonella typhi) dan paratyphi (Salmonella paratyphi) A, B, dan C. Penyakit ini banyak dialami terutama oleh anak-anak usia di bawah 18 tahun.

Demam tifoid ditularkan secara fecal–oral melalui kontak dengan makanan yang terkontaminasi, air yang tidak bersih, cairan tubuh penderita lain, dan terutama terjadi di area padat penduduk dengan sanitasi yang buruk [1,2].

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, tanda dan gejala demam tifoid sering ditemukan demam step ladder dengan gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan diare. Tanda dan gejala demam tifoid biasanya muncul setelah masa inkubasi bakteri sekitar 7–14 hari dan bervariatif berdasarkan onset munculnya gejala.[1–3]

Minggu 1

Pada minggu pertama, seringkali gejala yang muncul meliputi demam hingga epistaksis, nyeri kepala, pusing, mialgia, anoreksia, gejala gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman diperut.

Pada demam tifoid, gejala demam memiliki pola intermittent atau sering disebut sebagai pola demam step ladder. Demam biasanya muncul pada sore hingga malam hari dan suhu tubuh akan turun pada pagi hingga siang hari. Selain itu, demam pada minggu pertama seringkali disertai dengan bradikardi relatif.[1,2]

Minggu 2

Pada minggu kedua, gejala bradikardi relatif semakin jelas dirasakan. Selain itu, gejala dapat juga disertai dengan coated tongue, hepatomegali, splenomegali, dan meteorismus. Pemeriksaan fisik pada kulit ditemukan rose spot pada bagian dada, hingga perubahan status mental (dari somnolen hingga koma dan psikosis).[1,3]

Kondisi demam tifoid berat seringkali muncul pada minggu kedua atau lebih.  Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penanganan yang tidak adekuat sebelumnya. Beberapa komplikasi dari demam tifoid diantaranya ensefalopati tifoid, syok sepsis, perdarahan dan perforasi intestinal, peritonitis, hingga perikarditis.[3,4]

Peringatan

Perlu diperhatikan bahwa penanganan demam tifoid harus segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan. Pemberian terapi yang terlambat (lebih 2 minggu dari onset gejala) dapat menyebabkan munculnya berbagai komplikasi demam tifoid.[2,5]

Apabila penderita mengalami tanda bahaya, segera bawa ke Rumah Sakit untuk penanganan lanjutan. Beberapa tanda bahaya untuk demam tifoid adalah:

  • Distensi abdomen
  • Nyeri tekan seluruh lapang abdomen
  • Takipnea disertai adanya ronkhi pada basal paru
  • Batuk kering

  • Kaku kuduk
  • Pemeriksaan brudzinski sign positif
  • Penurunan kesadaran hingga psikosis

  • Nyeri dada[2,5]

Demam tifoid dapat relaps pada 5–10% orang setelah 2–3 minggu bebas demam. Walaupun tanda dan gejala yang muncul biasanya ringan, kondisi ini tetap perlu diwaspadai.

Selain itu, karena penyakit demam tifoid ditularkan secara fecal–oral, edukasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat perlu dilakukan disertai pemberian vaksin pada area endemis, termasuk Indonesia sejak usia 2 tahun.[5,7]

Medikamentosa

Terapi pada demam tifoid dilakukan dengan pemberian antibiotik dan obat simptomatis seperti obat antipiretik, antiemetik, dan vitamin untuk mengurangi keluhan yang dirasakan penderita.[3]

Terapi Suportif

Selain pemberian obat–obatan yang adekuat, penderita demam tifoid juga perlu melakukan beberapa hal berikut untuk membantu proses pemulihan kondisinya, diantaranya :

  • Tirah baring
  • Pemenuhan kebutuhan cairan yang adekuat
  • Pemberian diet tinggi kalori, tinggi protein, dan rendah serat[3,5]

Diet yang direkomendasikan untuk pasien dengan demam tifoid dengan keadaan umum baik adalah diet padat atau tim (padat dini). Sedangkan bubur dan diet cair direkomendasikan pada pasien dengan keadaan klinis berat, kemudian diubah bertahap sesuai klinis.[3]

Antibiotik

Antibiotik pada demam tifoid diberikan sebagai terapi definitif, baik pada pasien dewasa maupun anak, dan disesuaikan dengan kondisi penderita. Terapi lini pertama pada demam tifoid adalah chloramphenicol, cotrimoxazole, dan amoxicillin (terutama untuk ibu hamil).

Akan tetapi karena tingginya angka resistensi, antibiotik golongan kuinolon dan cephalosporin yang dianggap efektif untuk orang dewasa. Pasien anak tidak direkomendasikan mendapat ciprofloxacin, karena risiko lesi kartilago permanen pada kelompok usia ini. Chloramphenicol menjadi pengobatan lini awal demam tifoid pada anak.[1,3,8]

Dewasa:

Rekomendasi antibiotik pada demam tifoid pasien dewasa dapat dipilih salah satu di bawah ini:

  • Cefixime dengan dosis 200 mg/hari, selama 7–14 hari

  • Chloramphenicol dengan dosis 4 kali 500 mg per hari, selama 14 hari

  • Amoxicillin 4 gram/hari dibagi menjadi 3 dosis dan diberikan per 8 jam, selama 10 hari

  • Cotrimoxazol (trimetoprim dan sulfametoxazole) dengan dosis 2 kali 960 mg per hari (trimetoprim 160 mg dan sulfametoxazole 800 mg) selama 2 minggu

  • Ciprofloxacin dengan dosis 2 kali 500 mg per hari, selama 7–10 hari[1,3]

Anak:

Rekomendasi antibiotik pada demam tifoid pasien anak dapat dipilih salah satu di bawah ini:

  • Cefixime dengan dosis 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali sehari, selama 10 hari
  • Chloramphenicol dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, 4 kali sehari (dosis maksimal 2 gram/hari), selama 10–14 hari
  • Amoxicillin 100 mg/kgBB/hari dengan dosis terbagi per 8 jam, selama 10 hari
  • Cotrimoxazol (trimetoprim dan sulfametoxazole) dengan dosis trimetoprim 6–10 mg/kgBB/hari dan sulfametoxazole 30–50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali sehari, selama 10 hari[1,3]

Antipiretik

Antipiretik diberikan berdasarkan klinis, apabila didapatkan demam >38oC dengan keadaan umum seperti iritabilitas maupun bayi tampak lemas atau kesakitan. Hal ini karena, terapi definitif sudah diberikan sebagai tata laksana utama. Antipiretik yang direkomendasikan adalah paracetamol atau ibuprofen.[1,3,9]

Paracetamol:

  • Dewasa dengan dosis 1000 mg per kali pemberian, 4 kali sehari, sesuai kebutuhan, dengan dosis maksimum 4000 mg
  • Anak dengan dosis 15 mg/kgBB per kali pemberian, 4 kali sehari

Ibuprofen

  • Dewasa dengan dosis 200–800 mg per kali pemberian, 4 kali sehari
  • Anak dengan dosis 4–10 mg/kgBB per kali pemberian, 3–4 kali sehari[1,3]

Antiemetik

Pilihan antiemetik yang dapat diberikan adalah salah satu dari di bawah ini:

Ondansetron

  • Dewasa dengan dosis 4–8 mg per pemberian, 2–3 kali sehari, sesuai kebutuhan
  • Anak dengan dosis maksimal 0,15 mg/kgBB per pemberian, 2–3 kali sehari[1,3]

Metoklopramid

  • Dewasa dengan dosis 10 mg per pemberian, 3 kali sehari
  • Anak dengan dosis 0,15 mg/kgBB per pemberian, 3 kali sehari[1,3]

Domperidon

  • Dewasa dengan dosis 10 mg per pemberian, maksimal 3 kali sehari, selama 7 hari
  • Anak dengan dosis 0,25 mg/kgBB per pemberian, 1 kali sehari, maksimal 3 kali pemberian[1,3]

Pemberian pada Ibu Hamil

Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa penggunaan obat–obatan golongan cephalosporin, seperti cefixime aman digunakan pada kehamilan. Hal ini juga berlaku untuk penggunaan ampicillin dan amoksisilin yang dinilai aman untuk ibu hamil karena masuk dalam kategori B pada FDA [6].

Penggunaan antibiotik chloramphenicol, cotrimoxazole, dan ciprofloxacin ternyata tidak disarankan pada kehamilan karena masuk kategori C dan D. Beberapa efek samping yang dapat muncul diantaranya gray baby syndrome, diskrasia darah pada ibu, hingga cacat pada janin.[6]

Referensi

1. Hartanto D. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. CDK 292. 2021;48(1):5-7.
2. B handari J, Thada PK, DeVos E. Typhoid Fever. StatPearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
3. Kemenkes RI. Pedoman Pengandalian Demam Tifoid. 2006:1-41. https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk3642006.pdf
4. Bhutta ZA. Typhoid Fever: Current Concepts. Infectious Diseases in Clinical Practice. 2006;14(5):266-272. DOI: 10.1097/01.idc.0000222625.11629.f4
5. Parry CM, Dougan G, White NJ, et al. Typhoid Fever. The New England Journal of Medicine. 2002;347(22):1770-1782.
6. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. 2006:1-58. http://pio.binfar.kemkes.go.id/PIOPdf/PEDOMAN_IBU_HAMIL.pdf
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Idai.or.id. 2021. https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
8. Thai T, Salisbury BH, Zito PM. Ciprofloxacin. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535454/
9. Green C, Krafft H, Guyatt G, Martin D. Symptomatic fever management in children: A systematic review of national and international guidelines. PLoS One. 2021 Jun 17;16(6):e0245815. doi: 10.1371/journal.pone.0245815. PMID: 34138848; PMCID: PMC8211223.

Edukasi dan Promosi Kesehatan De...

Artikel Terkait

  • Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
    Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
  • Pemilihan Antibiotik Golongan Bakteriostatik atau Bakterisidal
    Pemilihan Antibiotik Golongan Bakteriostatik atau Bakterisidal
  • Demam vs Heat Stroke: Bagaimana Cara Membedakannya?
    Demam vs Heat Stroke: Bagaimana Cara Membedakannya?
  • Hordeolum - Panduan e-prescription Alomedika
    Hordeolum - Panduan e-prescription Alomedika
  • Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
    Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
26 April 2023
Apakah semua anak atau bayi dengan suhu >39 derajata harus dirawat inap?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter, Apakah semua anak atau bayi dengan suhu >39 harus dirawat inapkah? Bgmn pun kondisinya....jika iya, mengapa ya dok? Trmksh
dr.Nur Alty Fitrianti
14 April 2023
Membaca resep pasien THT
Oleh: dr.Nur Alty Fitrianti
6 Balasan
Selamat siang Dokter semua. Mohon ijin saya mendapat pasien dokter Sp. THT. Meminta Untuk peresepan online. Namun saya kesulitan membaca obat obat dalam...
Anonymous
03 Maret 2023
Diagnosis dan tata laksana subfebris pada anak dengan riwayat kejang demam
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter izin berdiskusi, pada ana 22 bulan dengan subfebris hari pertama di duhu 37-37,6 sudah masuk parasetamol 1x, anak lebih cenderung mau menyusu dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.