Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika

Oleh :
dr. Nurul Falah

Panduan e-prescription untuk batuk berdahak pada anak ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Batuk berdahak atau batuk produktif merupakan jenis batuk yang disertai produksi mukus/dahak. Batuk dapat dirasakan lebih berat saat malam hari, karena posisi berbaring menyebabkan produksi mukus tertahan di tenggorokan sehingga merangsang refleks batuk.[1,2]

Batuk umumnya adalah mekanisme pertahanan alami tubuh untuk mengeluarkan partikel atau material asing yang masuk ke saluran napas. Pada banyak kasus, batuk dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1‒3 hari.

Penyebab paling umum adalah infeksi virus, dengan penyebab lainnya adalah paparan debu, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), croup, bronkitis akut, bronkiolitis, pneumonia, dan asma.[1,3]

Tanda dan Gejala

Keluhan anak umumnya adalah:

  • Batuk berdahak terus menerus atau hilang timbul
  • Rasa mengganjal atau tidak nyaman di tenggorokan
  • Muntah akibat adanya refleks gag yang dipicu batuk berlebihan[1,4]

Batuk berdahak pada anak harus ditangani sesuai dengan penyebabnya, oleh karena itu diperlukan anamnesis yang adekuat untuk menggali riwayat penyakit. Anamnesis meliputi:

  • Onset dan durasi gejala batuk
  • Tipe batuk: terus menerus, hilang timbul, terkait posisi tubuh, memberat saat beraktivitas
  • Gejala penyerta: demam, keringat malam, penurunan berat badan secara drastis, mengi, muntah
  • Riwayat penyakit terdahulu: alergi, TB paru, bronkopneumonia, dan bronkitis
  • Riwayat kehamilan dan persalinan
  • Riwayat imunisasi dan tumbuh kembang
  • Riwayat makanan[1,2]

Peringatan

Segera rujuk pasien anak dengan batuk berdahak ke fasilitas kesehatan atau instalasi gawat darurat (IGD) jika ditemukan hal berikut:

  • Batuk berdahak lebih dari 3 minggu dengan atau tanpa disertai sesak
  • Penurunan berat badan atau gagal tumbuh
  • Hemoptisis
  • Batuk berdahak yang disertai demam tinggi dan sesak napas harus dicurigai sebagai pneumonia
  • Batuk berdahak yang disertai rasa lemas, menggigil, dan keringat malam

  • Nyeri dada[2]

Peringatan Medikamentosa

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan batuk berdahak adalah:

  • Madu lebih efektif atau sama efektifnya dibandingkan dengan beberapa obat batuk bebas, tanpa efek samping bermakna

  • Bronkodilator, seperti salbutamol, ipratropium, atau teofilin, tidak efektif untuk batuk akut dan harus dihindari pada pasien yang mengalami batuk tanpa riwayat asma
  • Penggunaan antitusif, misalnya dextromethorphan, noscapine, dan kodein, tidak disarankan untuk batuk berdahak. Batuk penting untuk mengeluarkan dahak dari saluran napas

  • Antibiotik tidak selalu efektif untuk mengobati batuk berdahak mengingat salah satu penyebab batuk berdahak adalah infeksi virus, pemakaian antibiotik yang terlalu sering akan memicu terjadinya resistensi antibiotik[1,2,5]

Pemberian obat-obatan prekursor tidak dapat diberikan melalui konsultasi online untuk menghindari penyalahgunaan narkotika-psikotropika, baik diresepkan sebagai monoterapi maupun kombinasi. Obat-obatan prekursor termasuk kodein, ephedrine, pseudoephedrine, norephedrin, ergometrine, ergotamine, dan potasium permanganate.[6]

Medikamentosa

Penatalaksanaan batuk berdahak umumnya bersifat suportif, karena lebih sering dipicu oleh infeksi virus atau paparan debu dan asap. Terdapat berbagai obat mukolitik dalam bentuk monoterapi maupun kombinasi yang dipasarkan untuk gejala batuk berdahak.[1,3]

Tata Laksana Home Remedy

Tatalaksana home remedy pada batuk berdahak pada anak antara lain sebagai berikut:

  • Cukupi kebutuhan air putih, yaitu anak 7‒12 bulan sekitar 800 mL/hari; anak 1‒3 tahun sekitar 1,3 L/hari; anak 4‒8 tahun sekitar 1,7 L/hari; anak >9 tahun sekitar 2,1‒2,4 L/hari
  • Gunakan air humidifier di kamar untuk menjaga kelembaban udara terutama pada lingkungan dingin dan kering. Namun, jangan diletakkan dekat dengan anak karena menghirup udara atau uap panas yang dilembabkan tidak akan mengurangi gejala dan dapat menyebabkan luka bakar

  • Tinggikan posisi kepala anak saat tidur untuk mencegah aspirasi
  • Oleskan balsem atau minyak telon khusus ke dada, punggung, dan leher
  • Jauhkan paparan debu dan asap termasuk asap rokok[1,7]

Pemberian Madu

Dosis Madu:

  • Usia 12 bulan ‒ 5 tahun: ½ sendok teh
  • Usia 6‒11 tahun: 1 sendok teh
  • Usia 12‒18 tahun: 2 sendok teh
  • Diberikan 1 kali setiap 30 menit sebelum tidur
  • Ukuran 1 sendok teh setara dengan 5 mL, tetapi dosis pemberian madu tidak harus tepat seperti obat[8]

Mukolitik

Obat mukolitik diberikan untuk meringankan gejala batuk berdahak pada anak. Mukolitik bekerja dengan cara mengurangi kekentalan dahak sehingga diharapkan dahak lebih mudah untuk dikeluarkan. Beberapa obat mukolitik yang dapat diberikan untuk anak antara lain ambroxol, guaifenesin, N-Asetilsistein, dan bromhexine.

Namun, hingga saat ini, belum ada bukti kuat yang mendukung penggunaan mukolitik untuk batuk berdahak pada anak.

Dosis Ambroxol:

Ambroxol dalam bentuk sediaan tablet tersedia dengan dosis 30 mg. Ambroxol tablet dapat diberikan dalam dosis sebagai berikut:

  • Anak usia < 2 tahun: dosis 7,5-15 mg, 2 kali/hari
  • Anak usia 2−5 tahun: dosis 7,5 mg-15 mg, 1 kali/hari
  • Anak usia 6−12 tahun: dosis 15−30 mg, 1−2 kali/hari
  • Anak usia >12 tahun: dosis 30 mg, 2‒3 kali/hari[9]

Sedangkan sediaan ambroxol sirup mengandung 15 mg/5ml, diberikan dosis sebagai berikut:

  • Anak usia < 2 tahun: dosis 2,5 ml, 2 kali/hari
  • Anak usia 2−6 tahun: dosis 2,5 ml, 3 kali/hari
  • Anak usia 6−12 tahun: dosis 5 ml, 2−3 kali/hari[10]

Dosis Guaifenesin:

  • Anak usia 6−12 tahun: dosis 100−200 mg, setiap 4 jam, dengan dosis maksimal 1200 mg per hari
  • Anak usia >12 tahun: dosis 200−400 mg setiap 4 jam, atau dosis 600−1200 mg setiap 12 jam jika diberikan tablet lepas lambat, dosis maksimal 2400 mg per hari
  • Guaifenesin tersedia dalam bentuk sediaan tablet 100 mg, 200 mg, dan 400 mg; sediaan sirup 100 mg/5 mL; serta sediaan tablet lepas lambat 600 mg dan 1200 mg[10]

Dosis Bromhexine:

  • Anak usia 2−5 tahun: dosis 4 mg, 2 kali/hari
  • Anak usia 6−11 tahun: dosis 8 mg, 3 kali/hari
  • Bromhexine tersedia dalam bentuk sediaan tablet 8 mg, dan sirup 4 mg/5 mL[11]

Dosis N-Asetilsistein:

  • Anak usia 2−6 tahun: dosis 100 mg, 2‒4 kali/hari
  • Anak usia >6 tahun: dosis 200 mg, 2−3 kali/hari

N-Asetilsistein tersedia dalam bentuk sediaan kaplet 200 mg, sirup kering 100 mg/5ml, tablet effervescent 600 mg, dan granul untuk larutan oral 200 mg.[12]

Referensi