Teknik Pemeriksaan Psikiatri
Teknik pemeriksaan psikiatri menitik beratkan pada anamnesis. Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran lain, pada kondisi-kondisi psikiatri, hampir tidak ada kriteria validasi eksternal yang dapat mengonfirmasi atau mengeksklusi diagnosis, misalnya pemeriksaan laboratorium atau pencitraan. Keputusan terkait diagnosis dan tata laksana yang dipilih sangat bergantung pada data klinis yang didapat dokter dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.[2,3]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada pemeriksaan psikiatri adalah permintaan informed consent baik pada pasien atau keluarganya. Pada saat permintaan persetujuan, dokter harus mengenalkan dirinya dan tujuan pemeriksaan, termasuk apakah pasien akan dikonsulkan ke bagian lain atau tidak.[4]
Peralatan dan Posisi Pasien
Tidak dibutuhkan peralatan khusus pada pemeriksaan psikiatri. Yang penting adalah menjamin keselamatan dokter dan pasien. Dokter harus dapat dengan segera menggapai pintu keluar bila terjadi hal yang tidak diinginkan, misalnya agitasi pasien. Pasien dan dokter sebaiknya duduk sama tinggi dan dipisahkan jarak sejauh 4-6 kaki. Pemeriksaan pasien dengan gejala psikotik atau perilaku agresif sebaiknya didampingi oleh perawat atau keluarga pasien. Benda yang tajam dan berbahaya perlu dijauhkan dari tempat pemeriksaan.[4]
Anamnesis
Anamnesis pada pemeriksaan psikiatri berfungsi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosis pasien. Selain itu, anamnesis pada pemeriksaan psikiatri sekaligus juga berfungsi untuk mengevaluasi kondisi mental pasien berdasarkan observasi dokter
Terdapat beberapa aspek penilaian psikiatri pada anamnesis yang telah diringkas dalam Tabel 1. Pada pemeriksaan psikiatri umum pertama kali, semua aspek tersebut mungkin perlu digali. Namun, pada pemeriksaan lanjutan, anamnesis dapat dilakukan dengan mendalami aspek yang relevan saja. Pada kondisi gawat darurat, pemeriksaan terhadap beberapa aspek juga dapat ditunda terlebih dahulu.[1,4,6-10]
Sebelum memulai anamnesis secara mendalam, dokter perlu menentukan apakah pasien dapat memberikan riwayat medis yang akurat, misalnya dengan melihat apakah pasien dapat memberi respon koheren terhadap beberapa pertanyaan awal. Jika tidak, maka informasi bisa diambil dari wawancara dengan keluarga, orang yang merawat pasien, atau sumber kolateral lain (misalnya polisis). Bahkan pada kondisi pasien mampu berkomunikasi dengan baik, informasi dari orang terdekat pasien tetap bisa bermanfaat. Pengambilan informasi dari pihak ketiga ini tidak melanggar kode etik. Selain itu, perlu juga ditanyakan riwayat pemeriksaan psikiatri sebelumnya, pengobatan yang sudah dijalani, dan bagaimana kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
Anamnesis yang dilakukan secara tergesa-gesa atau sembarangan dengan menggunakan pertanyaan tertutup akan membuat pasien menjadi ragu mengungkapkan informasi yang relevan. Gunakan pertanyaan terbuka dan dengarkan pasien secara seksama dengan menunjukan perhatian dan minat yang adekuat.[1]
Tabel 1. Aspek Penilaian Psikiatri pada Anamnesis
Aspek Penilaian | Hal yang Perlu Digali |
Tujuan pemeriksaan |
|
Riwayat penyakit sekarang |
|
Riwayat penyakit sebelumnya |
|
Riwayat penggunaan alkohol dan obat terlarang |
|
Gangguan medis umum |
|
Riwayat perkembangan, psikososial dan sosiokultural pasien |
|
Riwayat pekerjaan |
|
Riwayat hukum |
|
Riwayat keluarga |
|
Anamnesis berkaitan dengan gejala spesifik |
|
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesudah mendapatkan persetujuan pasien. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah:
- Pemeriksaan tanda vital dan keadaan umum pasien, termasuk status gizi pasien
- Pemeriksaan status generalis pasien, termasuk pemeriksaan kepala-leher, jantung-paru, abdomen dan ekstremitas
- Pemeriksaan neurologi, termasuk nervus kranialis, pemeriksaan sistem motorik dan pemeriksaan sistem sensoris, tonus otot, refleks, gerakan involunter, sistem koordinasi dan gait
- Pemeriksaan kulit, terutama untuk mendapatkan tanda-tanda trauma, percobaan bunuh diri, perilaku melukai diri dan penggunaan obat-obatan seperti needle track
- Pemeriksaan organ khusus sesuai dengan keluhan pasien pada anamnesis
Pemeriksaan lain dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, misalnya pasien dengan retardasi mental dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adalah keterlibatan organ lain yang merupakan bagian dari sindrom tertentu. Pemeriksaan fungsi saraf dan sistem genitourinaria perlu dilakukan untuk pasien dengan keluhan kecurigaan enuresis atau encopresis.[4,6-8]
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental merupakan kekhususan pada pemeriksaan psikiatri. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan bukti adanya gangguan mental, termasuk gangguan mental yang berisiko untuk menyebabkan bahaya pada pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menentukan kapasitas mental pasien, pandangan pasien, serta menjadi dasar untuk menentukan tata laksana yang dipilih.[4,6-8]
Pemeriksaan status mental dilakukan dengan observasi dan pertanyaan untuk mengevaluasi domain fungsi mental berikut:
- Wicara
- Ekspresi emosional
- Alur pikir dan persepsi
- Fungsi kognisi
Berbagai kuesioner terstandar untuk skrining dan penilaian status mental khusus, misalnya orientasi dan memori, telah tersedia. Contoh dari kuesioner ini adalah mini mental status examination (MMSE).[1-3]
Aspek penilaian status mental pada pemeriksaan psikiatri disajikan secara lebih lengkap dalam Tabel 2.[1,4,6-10]
Tabel 2. Aspek Penilaian Psikiatri pada Pemeriksaan Status Mental
Aspek Penilaian | Hal yang Perlu Diketahui |
Penampilan dan perilaku umum |
|
Perilaku motorik khusus |
|
Pembicaraan |
|
Mood dan afek |
|
Proses pikir |
|
Isi pikir |
|
Gangguan persepsi |
|
Sensorium dan kognisi |
|
Daya nilai dan tilikan |
|
Taraf dapat dipercaya |
|
Pemeriksaan Psikiatri Khusus
Pemeriksaan psikiatri khusus dilakukan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk kepentingan skrining gangguan psikiatri, untuk menunjang penegakan diagnosis, atau untuk melakukan pemantauan terhadap efek pemberian terapi. Beberapa kuesioner digunakan sebagai metode pemantauan efek samping pengobatan. Kuesioner pada pemeriksaan psikiatri biasanya berbeda sesuai dengan populasi yang ingin diperiksa. Beberapa contoh kuesioner yang dapat digunakan pada pemeriksaan psikiatri:
PSC-17 (Pediatric Symptom Checklist-17 items)/ PSC-35 (Pediatric Symptom Checklist-35 items) : Skrining psikososial umum dan penilaian fungsional pada anak usia 4-16 tahun, terutama pada domain perhatian, gejala eksternalisasi dan internalisasi
SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire): Skrining gangguan emosional, gangguan konduksi, hiperaktivitas, gangguan teman sebaya dan perilaku prososial pada anak usia 3-17 tahun
Quality of Life Enjoyment & Satisfaction Questionnaire (Q-LES-Q): Untuk menilai derajat kebahagiaan dan kepuasan pada berbagai aspek kehidupan pasien
Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS): Untuk menilai perubahan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan
Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS): Untuk menilai kondisi Gerakan involunter pada pasien dan kemungkinan adanya efek samping tardive dyskinesia pada pasien yang mendapatkan antipsikotik
Mini-Mental State Examination (MMSE): Untuk menilai adanya gangguan kognitif dan kemungkinan adanya gangguan
Hamilton Depression Rating Scale (Ham-D): Untuk menilai derajat keparahan gejala depresi pada pasien yang sudah terdiagnosis dengan gangguan depresi dan untuk memantau efek pengobatan[4,6,11]