Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Efek Samping dan Interaksi Obat Amitriptyline general_alomedika 2021-11-26T09:31:01+07:00 2021-11-26T09:31:01+07:00
Amitriptyline
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Amitriptyline

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan
Share To Social Media:

Efek samping amitriptyline yang berbahaya berupa peningkatan keinginan bunuh diri pada penggunaan sebagai antidepresan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Interaksi obat yang berbahaya adalah dengan obat yang dapat memperpanjang interval QT seperti kuinidin dan prokainamid.

Efek Samping

Efek samping amitriptyline dapat dibagi per sistem organ sebagai berikut:

  • Efek samping kardiologis: peningkatan risiko infark miokard, hipertensi, dan hipotensi ortostatik. Dapat pula terjadi pemanjangan interval QT, takikardia, aritmia, dan palpitasi

  • Efek samping hematologis: agranulositosis, eusinofilia, leukopenia, trombositopenia
  • Efek samping psikiatri: insomnia, ansietas, agitasi, halusinasi. Pada anak dapat terjadi hipomania
  • Efek samping neurologis: sindrom ekstrapiramidal, pusing, sakit kepala, letargi, koma, confusion, parastesia, ataxia, keringat berlebih, kejang, stroke, pingsan, atau sedasi

  • Efek samping gastrointestinal: konstipasi, diare, mulut kering, mual, muntah, kelelahan, stomatitis, peningkatan nafus makan, penambahan berat badan
  • Efek samping oftalmologis: pandangan kabur, peningkatan tekanan intraokular
  • Efek samping lain: peningkatan kadar enzim hati, alopesia, anoreksia, kelelahan, fotosensitivitas, ruam, disfungsi seksual, tinnitus, retensi urin, gangguan berkemih, urtikaria, syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH), tremor, dan xerostomia

  • Amitriptyline bisa menyebabkan perubahan kadar gula darah sehingga pada pasien diabetes diperlukan pemantauan gula darah rutin untuk menentukan perlu tidaknya perubahan dosis obat
  • Pada frekuensi yang lebih jarang dapat menyebabkan hepatitis[2,5]

Interaksi Obat

Interaksi obat amitriptiline adalah sebagai berikut:

Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI) dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)

Interaksi antara amitriptyline dan MAOI, seperti isocarboxazid, phenelzine, tranylcypromine, selegiline, dapat menyebabkan sindrom serotonin yang berpotensi letal. Untuk itu, penggunaan MAOI harus dihentikan setidaknya 2 minggu sebelum menggunakan amitriptyline.

Sindrom serotonin juga dapat terjadi pada penggunaan amitriptyline bersama dengan SSRI, seperti citalopram, sertraline, dan fluoxetine. SSRI juga memiliki efek inhibisi sitokrom P450 2D6 sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amitriptyline. Pasien yang mendapat kombinasi obat ini memerlukan pengamatan terhadap risiko efek samping dan pengamatan kadar plasma amitriptyline. Lakukan reduksi dosis amitriptyline berdasarkan hasil kadar plasma tersebut.

Fluoxetine

Peningkatan konsentrasi amitriptyline terjadi pada penggunaan bersama dengan fluoxetine. Pasien yang mendapat kombinasi obat tersebut memerlukan pengamatan terhadap risiko efek samping dan pengamatan kadar plasma amitriptyline. Lakukan reduksi dosis amitriptyline berdasarkan hasil reduksi dosis tersebut.

Agen Antikolinergik

Obat antikolinergik seperti tiotropium, ipratropium, dan aclidinium, jika digunakan bersama dengan amitriptyline akan meningkat efek antikolinergiknya sehingga dapat menyebabkan terjadinya ileus paralitik, hiperpireksia, dan risiko kejang pada pasien.

Obat yang Dimetabolisme oleh Sitokrom P450 2D6

Selain fluoxetine, obat yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 2D6, seperti phenothiazines, antiaritmia tipe 1C, antidepresan lainnya, serta obat yang menghambat sitokrom tersebut, seperti quinidine dan cimetidine, akan meningkatkan konsentrasi amitriptyline sehingga diperlukan penurunan dosis obat.

Alkohol dan Depresan Sistem Saraf Pusat

Amitriptyline dapat meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat alkohol maupun obat yang mendepresi sistem saraf pusat, seperti barbiturate.

Disulfiram

Terdapat peningkatan risiko delirium pada pasien yang mendapat amitriptyline bersama dengan disulfiram.

Obat Antitiroid

Penggunaan amitriptyline bersama dengan obat antitiroid, seperti propiltiourasil, tiomazol, dan karbimazol, menyebabkan peningkatan risiko agranulositosis.

Hormon Tiroid

Penggunaan amitriptyline bersama dengan hormon tiroid, dapat meningkatkan efek toksik obat, di antaranya aritmia.

Tramadol

Amitriptyline dapat menyebabkan peningkatan risiko kejang pada pasien yang mendapatkan tramadol.[2,5,12]

Referensi

2. Medscape. Amitriptilin. 2017. Dapat diakses pada: https://reference.medscape.com/drug/levate-amitriptyline-342936

5. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Amitriptilin. 2017. Dapat diakses pada: http://pionas.pom.go.id/monografi/amitriptilin-hidroklorida

Indikasi dan Dosis Amitriptyline
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
    Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
  • Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
    Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
  • Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja
    Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
25 hari yang lalu
Indikasi tappering off antidepresan - Kedokteran Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO, dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ,Ijin bertanya dok. Indikasi tappering off untuk pasien depresi yang mendapat pengobatan apa dan bagaimana...
dr. Gabriela Widjaja
31 Maret 2022
Antibiotik Tablet Hisap pada Nyeri Tenggorok - THT Ask the Expert
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO dr Suyanti, Sp THT-KL, ijin bertanya Dok, apakah obat antibiotik tablet hisap masih efektif dan boleh untuk terapi tonsilofaringitis bakterial, Dok?...
dr.Dizi Bellari Putri
17 Maret 2022
Kaitan Resistensi Insulin dengan Gangguan Depresi Mayor - Artikel SKP
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Apakah dokter tahu? Tidak hanya diabetes melitus tipe 2, Gangguan depresi mayor (MDD) ternyata juga dilaporkan berhubungan dengan resistensi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.