Pendahuluan Urtikaria
Urtikaria merupakan penyakit kulit, berupa papul atau plakat eritematosa yang sedikit meninggi dengan batas jelas dan ukuran beragam disertai dengan edema dan gatal. Urtikaria dapat disebabkan oleh alergi, misalnya akibat makanan, maupun penyebab nonalergik seperti paparan panas atau dingin. Urtikaria merupakan penyakit kulit yang umum ditemukan pada anak-anak dan dewasa.[1,2]
Urtikaria sendiri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu urtikaria akut dan kronik. Klasifikasi ini didasarkan pada onset penyakitnya, kronik bila episode urtikaria rekuren lebih dari 6 minggu.
Etiologi urtikaria umumnya idiopatik, namun etiologi lainnya, seperti stres, infeksi, obat-obatan, makanan, fisik juga dapat memicu urtikaria. Pada anak-anak, etiologi urtikaria yang paling sering ditemukan adalah infeksi traktus respiratori, terutama saat musim hujan. Sedangkan, pada dewasa, etiologi medikasi yang paling umum ditemukan dalam mencetuskan urtikaria.[1,2]

Diagnosis urtikaria ditegakkan dengan adanya gambaran lesi eritematosa, bundar, berbentuk ireguler dengan peninggian yang disertai rasa gatal. Urtikaria juga Pada urtikaria akut, umumnya tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, apabila tanda dan gejala urtikaria bersifat kronik, maka pemeriksaan lebih lanjut disarankan untuk mencari etiologi pencetus urtikaria. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah seperti pemeriksaan darah lengkap dan biopsi kulit.[3,4]
Tata laksana utama pada urtikaria adalah hindari pencetus urtikaria. Terapi medikasi pada urtikaria umumnya hanya bersifat simtomatik. Antihistamin H1 reseptor antagonis seperti loratadine dan cetirizine merupakan terapi medikamentosa lini pertama dalam menurunkan gejala pasien urtikaria. Pada pasien urtikaria yang tidak membaik dengan antihistamin H1 reseptor antagonis dapat diberikan terapi alternatif, seperti antidepresan trisiklik dan kortikosteroid. Selain secara simtomatik, etiologi pencetus urtikaria juga harus ditangani secara cepat untuk mencegah terjadinya urtikaria lebih lanjut. [2,5]
Gejala urtikaria dapat menjadi penyerta dari syok anafilaksis sehingga dapat terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, berupa edema laring.