Perbedaan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Oleh :
dr.Reni Widyastuti, Sp.FK

Diklofenak diformulasikan dalam bentuk garam natrium yaitu natrium diklofenak, serta garam kalium yaitu kalium diklofenak. Diklofenak digunakan dalam tata laksana nyeri akibat reaksi inflamasi, terutama muskuloskeletal, misalnya rheumatoid arthritis dan osteoarthritis.[1-3]

Diklofenak memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Diklofenak bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan memiliki potensi yang lebih besar dalam menghambat COX-2 dibandingkan COX-1. Seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya, efek samping diklofenak meliputi gastrointestinal, kardiovaskular, dan renal yang bersifat dependen dosis.[1-3]

natrium diklofenak, kalium diklofenak, nsaid, oains, obat antiinflamasi nonsteroid, obat nyeri, obat nyeri nsaid, alomedika

Kalium diklofenak diformulasikan untuk dapat dilepaskan dan diabsorpsi di lambung (immediate release). Sementara itu, natrium diklofenak biasanya beredar dalam sediaan tablet enteric-coated yang dilepaskan di duodenum (delayed-release).[1-3]

Bentuk delayed release dari natrium diklofenak dikembangkan untuk meningkatkan profil keamanan diklofenak dan memberikan kenyamanan karena cukup diberikan satu kali sehari. Sementara itu, diklofenak dengan garam kalium (kalium diklofenak), memiliki kelebihan berupa absorpsinya yang lebih cepat sehingga awitan kerjanya pun lebih cepat.[1-4]

Indikasi  Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Indikasi penggunaan natrium diklofenak antara lain untuk tata laksana nyeri karena inflamasi, terutama nyeri muskuloskeletal. Contoh penggunaannya adalah pada pasien osteoarthritis, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, serta nyeri akut dan kronik lain yang disertai proses inflamasi.

Sementara itu, kalium diklofenak diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada nyeri akut yang disertai inflamasi, terapi serangan migraine akut, dan untuk terapi simptomatik pada dismenore primer.[2,4–6]

Perbedaan Farmakokinetik Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Diklofenak diabsorpsi secara keseluruhan setelah pemberian per oral, tetapi hanya 60% yang mencapai sirkulasi sistemik karena adanya metabolisme lintas pertama. Kecepatan absorpsi diklofenak bervariasi tergantung bentuk garam yang digunakan, komposisi farmasi, serta asupan makanan saat pemberian.

Perbedaan Absorpsi Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Pada subjek yang puasa, kadar obat di plasma terdeteksi dalam 10 menit setelah pemberian kalium diklofenak dengan kadar puncak di plasma tercapai dalam 20 menit  hingga 2 jam. Pada penggunaan natrium diklofenak tablet enteric-coated, obat akan dilepaskan setelah tablet mencapai duodenum untuk diabsorpsi. Absorpsi natrium diklofenak tablet enteric-coated biasanya tertunda 30 menit hingga 2 jam.[1,2,5,6]

Kalium diklofenak diklaim dapat larut lebih cepat sehingga lebih mudah diabsorpsi dan awitan kerjanya lebih cepat dibandingkan natrium diklofenak. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak kalium diklofenak adalah sekitar 45 menit. Sedangkan untuk mencapai konsentrasi puncak, natrium diklofenak membutuhkan waktu sekitar 2 jam.[2]

Perbedaan Distribusi Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Volume distribusi kalium diklofenak adalah 1,3 L/kgBB, sedangkan volume distribusi natrium diklofenak sedikit lebih tinggi yaitu 1,4 L/kgBB. Sebanyak lebih dari 99% diklofenak yang bersirkulasi berikatan dengan protein serum, terutama albumin. Akan tetapi, ikatan protein ini secara farmakokinetik tidak signifikan karena cepatnya proses asosiasi dan disosiasi diklofenak terhadap albumin.

Selain di sirkulasi sistemik, secara umum diklofenak juga terakumulasi pada jaringan yang mengalami inflamasi. Diklofenak terakumulasi di cairan sinovial pada kadar yang lebih banyak dibandingkan kadar di plasma dan menetap hingga kadar plasma berkurang secara signifikan.[1,2]

Bukti Ilmiah Perbandingan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan natrium dan kalium diklofenak, di mana onset kerja lebih cepat ditemukan pada penggunaan kalium diklofenak. Akan tetapi, ada pula studi yang menyatakan bahwa keduanya memiliki efikasi yang setara.

Perbandingan Natrium dan Kalium Diklofenak Pascaekstraksi Molar Ketiga

Suatu uji klinis acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo berusaha membandingkan efek analgesik natrium diklofenak enteric-coated dengan kalium diklofenak sugar-coated. Uji klinis ini dilakukan pada 151 pasien dewasa yang mengalami nyeri sedang hingga berat setelah tindakan ekstraksi gigi molar ketiga.

Kalium diklofenak menghasilkan pengurangan nyeri yang signifikan dari baseline mulai menit ke-15, sementara natrium diklofenak setelah 2 jam pemberian. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kedua formulasi diklofenak tersebut efektif dalam mengurangi nyeri, namun nampaknya kalium diklofenak lebih baik untuk terapi nyeri akut karena awitan kerjanya lebih cepat.[7]

Perbandingan Natrium dan Kalium Diklofenak Pascaekstraksi Gigi

Sementara itu, hasil sedikit berbeda didapatkan oleh sebuah studi yang lebih baru. Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan untuk membandingkan efikasi natrium diklofenak 50 mg dengan kalium diklofenak 50 mg dalam mengurangi nyeri pasca ekstraksi gigi.

Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa natrium diklofenak dan kalium diklofenak lebih superior dibandingkan plasebo dalam mengurangi nyeri pasca ekstraksi gigi nonbedah, tetapi efikasi natrium dan kalium diklofenak dilaporkan setara dalam periode pemantauan 72 jam. Perlu dicatat bahwa studi ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sampel yang kecil.[8]

Perbandingan Natrium dan Kalium Diklofenak Nyeri Pascaoperasi Derajat Ringan dan Sedang

Suatu tinjauan sistematik yang dipublikasikan pada tahun 2015 (Cochrane Database of Systematic Reviews) mengevaluasi efikasi dan keamanan diklofenak untuk nyeri pascaoperasi derajat ringan dan sedang. Analisis dilakukan pada 18 uji klinis acak buta ganda terkontrol plasebo dengan total 3714 partisipan (1902 mendapat diklofenak dan 1007 mendapat plasebo).

Berdasarkan hasil studi, kalium diklofenak memiliki efikasi yang baik untuk mengatasi nyeri pasca operasi derajat ringan dan sedang. Sedangkan natrium diklofenak memiliki efikasi yang terbatas dan sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi nyeri akut. Dari studi yang dianalisis, informasi yang paling banyak tersedia adalah terkait kalium diklofenak 50 mg. Formulasi ini diserap dengan cepat dan dapat menghilangkan nyeri pada 6 dari 10 partisipan (64%) (dibandingkan 2 dari 10 untuk plasebo).[3]

Aspek Keamanan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Secara garis besar, natrium diklofenak dan kalium diklofenak memiliki profil keamanan yang baik. Kebanyakan pasien dapat mentoleransi obat ini dan efek samping yang ditimbulkan umumnya ringan. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah efek samping gastrointestinal, seperti diare, mual, dan muntah.[1]

Meski demikian, perlu diketahui bahwa terdapat studi yang menunjukkan peningkatan risiko kejadian serebrovaskular akibat penggunaan natrium dan kalium diklofenak. Studi kohort pada populasi sehat di Denmark melaporkan bahwa penggunaan diklofenak berkaitan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan hemoragik. Penggunaan diklofenak juga dikaitkan dengan peningkatan risiko infark miokard pada populasi sehat.[9,10]

Potensi Diklofenak Topikal untuk Mengurangi Risiko Efek Samping Sistemik

Diklofenak dalam bentuk topikal dapat dijadikan alternatif, terutama pada pasien dengan risiko tinggi mengalami efek samping penggunaan diklofenak peroral. Sebuah tinjauan efektivitas komparatif menyimpulkan bahwa diklofenak topikal memiliki efikasi serupa dengan OAINS peroral untuk manajemen osteoartritis.[12]

Dalam tinjauan naratif tentang manfaat dan bahaya OAINS oral, dilaporkan bahwa uji coba head-to-head  antara pemberian paracetamol, suplemen yang dijual bebas (kondroitin dan glukosamin), dan agen topikal (AOINS dan rubefacients, termasuk capsaicin) tidak menunjukkan perbedaan efikasi pada pasien osteoartritis lokal. Selain itu, penggunaan agen topikal berisiko lebih rendah mengalami efek samping gastrointestinal, tetapi lebih tinggi pada efek samping dermatologi.[12]

Meta analisis Cochrane membandingkan pengobatan nyeri muskuloskeletal akut pada orang dewasa, antara OAINS topikal vs peoral. Analisis ini menyatakan bahwa OAINS topikal memberikan tingkat pereda nyeri yang baik pada kondisi akut, seperti sprain, strain, dan overuse, di mana hasil yang diberikan serupa dengan OAINS peroral.[13]

Sediaan dalam bentuk gel dilaporkan dapat ditoleransi lebih baik daripada bentuk oral. OAINS topikal tidak dikaitkan dengan peningkatan insiden reaksi kulit lokal dibandingkan dengan inert carrier. Meskipun inert carrier dapat menyebabkan iritasi ringan dan sementara, jarang menimbulkan masalah.[13]

OAINS topikal dipercaya tidak menyebabkan masalah sistemik (terutama gastrointestinal) yang biasa terjadi akibat penggunaan peroral. Oleh karena itu, OAINS topikal sangat berguna bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi atau kontraindikasi sediaan peroral.[13]

Kesimpulan

Diklofenak adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang banyak digunakan untuk nyeri akibat reaksi inflamasi, terutama terkait neuromuskular, seperti rheumatoid arthritis dan ankylosing spondylitis. Obat ini memiliki 2 bentuk garam, yaitu kalium dan natrium diklofenak. Kedua obat ini lebih superior dibandingkan plasebo dalam mengatasi nyeri, tetapi bukti ilmiah yang ada mengindikasikan bahwa penggunaan kalium diklofenak memiliki efikasi lebih baik untuk nyeri akut karena awitan kerjanya yang lebih cepat.

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi