Perbedaan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Oleh :
dr.Reni Widyastuti, Sp.FK

Diklofenak diformulasikan dalam bentuk garam natrium yaitu natrium diklofenak, serta garam kalium yaitu kalium diklofenak. Diklofenak digunakan untuk mengatasi nyeri dan pembengkakan akibat rheumatoid arthritis sejak tahun 1974 dan merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Diklofenak memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Diklofenak bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan memiliki potensi yang lebih besar dalam menghambat COX-2 dibandingkan COX-1. Tidak berbeda dengan obat golongan OAINS lainnya, diklofenak berhubungan dengan efek samping gastrointestinal, kardiovaskular, dan renal yang bersifat dependen dosis.[1-3]

Kalium diklofenak diformulasikan untuk dapat dilepaskan dan diabsorpsi di lambung (immediate release). Sementara itu, natrium diklofenak biasanya beredar dalam sediaan tablet enteric-coated yang dilepaskan di duodenum (delayed-release). Bentuk delayed release dari natrium diklofenak dikembangkan untuk meningkatkan profil keamanan diklofenak dan memberikan kenyamanan karena cukup diberikan satu kali sehari. Sementara itu, produk yang lebih baru, yaitu diklofenak dengan garam kalium (kalium diklofenak), memiliki kelebihan berupa absorpsinya yang lebih cepat sehingga awitan kerjanya pun lebih cepat.[1,2,3,4]

Male,Hand,Holding,Blue,Pills,In,Palm,-,Isolated

Indikasi  Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Indikasi penggunaan natrium diklofenak antara lain untuk terapi osteoarthritis, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, serta nyeri akut dan kronik lain yang disertai proses inflamasi. Sementara itu, kalium diklofenak diindikasikan untuk terapi jangka pendek  pada nyeri akut yang disertai inflamasi, terapi serangan migraine akut, dan untuk terapi simptomatik pada dismenore primer.[2,4-6]

Perbedaan Farmakokinetik Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Diklofenak diabsorpsi secara keseluruhan setelah pemberian per oral, tetapi hanya 60% yang mencapai sirkulasi sistemik karena adanya metabolisme lintas pertama. Kecepatan absorpsi diklofenak bervariasi tergantung bentuk garam yang digunakan, komposisi farmasi, serta asupan makanan saat pemberian.

Perbedaan Absorpsi Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Pada subjek yang puasa, kadar obat di plasma terdeteksi dalam 10 menit setelah pemberian kalium diklofenak dengan kadar puncak di plasma tercapai dalam 0,33 hingga 2 jam. Pada penggunaan natrium diklofenak tablet enteric-coated, obat akan dilepaskan setelah tablet mencapai duodenum untuk selanjutnya diabsorpsi. Absorpsi natrium diklofenak tablet enteric-coated biasanya tertunda selama kurang lebih 0,5 hingga 2 jam.[1,2,5,6]

Kalium diklofenak diklaim dapat larut lebih cepat sehingga lebih mudah diabsorpsi dan awitan kerjanya lebih cepat dibandingkan natrium diklofenak. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak kalium diklofenak adalah sekitar 45 menit, sedangkan untuk mencapai konsentrasi puncak natrium diklofenak dibutuhkan waktu sekitar 2 jam.[2]

Perbedaan Distribusi Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Volume distribusi kalium diklofenak adalah 1,3 L/kg, sedangkan volume distribusi natrium diklofenak sedikit lebih tinggi yaitu 1,4 L/kg. Sebanyak lebih dari 99% diklofenak yang bersirkulasi berikatan dengan protein serum, terutama albumin. Tapi ikatan protein ini secara farmakokinetik tidak signifikan karena cepatnya proses asosiasi dan disosiasi diklofenak terhadap albumin.

Selain di sirkulasi sistemik, secara umum diklofenak juga terakumulasi pada jaringan yang mengalami inflamasi. Diklofenak terakumulasi di cairan sinovial pada kadar yang lebih banyak dibandingkan kadar di plasma dan menetap hingga kadar plasma berkurang secara signifikan.[1,2]

Bukti Ilmiah Perbandingan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Suatu uji klinis acak, tersamar ganda, dengan kontrol placebo yang diterbitkan di awal tahun 90-an berusaha membandingkan efek analgesik natrium diklofenak enteric-coated dengan kalium diklofenak sugar-coated. Uji klinis ini dilakukan pada 151 pasien dewasa yang mengalami nyeri sedang hingga berat pasca ekstraksi molar ketiga. Kalium diklofenak menghasilkan pengurangan nyeri yang signifikan dari baseline mulai menit ke-15, sementara natrium diklofenak setelah 2 jam pemberian. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kedua formulasi diklofenak tersebut efektif dalam mengurangi nyeri, namun nampaknya kalium diklofenak lebih baik untuk terapi nyeri akut karena awitan kerjanya lebih cepat.[7]

Sementara itu, hasil sedikit berbeda didapatkan oleh sebuah studi yang lebih baru. Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo ini mencoba membandingkan efikasi natrium diklofenak 50 mg dengan kalium diklofenak 50 mg dalam mengurangi nyeri pasca ekstraksi gigi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa natrium diklofenak dan kalium diklofenak lebih superior dibandingkan plasebo dalam mengurangi nyeri pasca ekstraksi gigi nonbedah, tetapi efikasi natrium dan kalium diklofenak dilaporkan setara dalam periode pemantauan 72 jam. Perlu dicatat bahwa studi ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sampel yang kecil.[8]

Suatu tinjauan sistematik yang dipublikasikan pada tahun 2015 (Cochrane Database of Systematic Reviews) mengevaluasi efikasi dan keamanan diklofenak untuk nyeri pasca operasi derajat ringan dan sedang. Tinjauan ini melakukan analisis pada 18 uji klinis acak buta ganda terkontrol plasebo dengan total 3714 partisipan (1902 mendapat diklofenak dan 1007 mendapat plasebo). Tinjauan ini menemukan bahwa kalium diklofenak memiliki efikasi yang baik untuk mengatasi nyeri pasca operasi derajat ringan dan sedang, sedangkan natrium diklofenak memiliki efikasi yang terbatas dan sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi nyeri akut. Dari studi yang dianalisis, informasi yang paling banyak tersedia adalah terkait kalium diklofenak 50 mg. Formulasi ini diserap dengan cepat dan dapat menghilangkan nyeri pada 6 dari 10 partisipan (64%) (dibandingkan 2 dari 10 untuk plasebo).[3]

Aspek Keamanan  Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak

Secara garis besar, natrium diklofenak dan kalium diklofenak memiliki profil keamanan yang baik. Kebanyakan pasien dapat mentoleransi obat ini dan efek samping yang ditimbulkan umumnya ringan. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah efek samping gastrointestinal, seperti diare, mual, dan muntah.[1]

Meski demikian, perlu diketahui bahwa terdapat studi yang menunjukkan peningkatan risiko kejadian serebrovaskular akibat penggunaan natrium dan kalium diklofenak. Kohort yang dilakukan pada populasi sehat di Denmark melaporkan bahwa penggunaan diklofenak berkaitan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan hemorhagik. Penggunaan diklofenak juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infark miokard pada populasi sehat.[9,10]

Kesimpulan

Diklofenak adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Obat ini memiliki 2 bentuk garam, yaitu kalium dan natrium diklofenak. Kedua obat ini lebih superior dibandingkan plasebo dalam mengatasi nyeri, namun bukti ilmiah yang ada mengindikasikan bahwa penggunaan kalium diklofenak memiliki efikasi lebih baik untuk nyeri akut karena awitan kerjanya yang lebih cepat.

Referensi