Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Tinnitus annisa-meidina 2025-08-20T09:41:30+07:00 2025-08-20T09:41:30+07:00
Tinnitus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Tinnitus

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Pendekatan diagnosis tinnitus dimulai dengan anamnesis untuk mengevaluasi karakteristik tinnitus, durasi, faktor pencetus, serta gejala penyerta seperti gangguan pendengaran atau vertigo. Pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan evaluasi audiologis dan, bila dicurigai penyebab sentral atau vaskular, dapat dilakukan pencitraan seperti MRI atau CT scan kepala.[5,6]

Anamnesis

Dalam anamnesis pasien dengan tinnitus, evaluasi mengenai karakteristik suara yang dirasakan, termasuk lokasi (unilateral atau bilateral), kualitas suara (berdengung, mendesis, berdenyut), intensitas, serta frekuensi dan durasi kemunculannya. Informasi ini membantu membedakan antara tinnitus subjektif dan objektif, serta mengarahkan pada kemungkinan penyebab perifer atau sentral.

Selain itu, perlu ditanyakan apakah tinnitus bersifat terus-menerus atau hilang-timbul, serta apakah terdapat pencetus atau faktor yang memperberat, seperti paparan bising, perubahan posisi tubuh, atau aktivitas fisik. Gejala penyerta juga harus dieksplorasi, seperti adanya gangguan pendengaran, vertigo, nyeri telinga, atau sensasi penuh di telinga, yang dapat mengarah pada etiologi seperti penyakit Meniere, neurinoma akustik (schwannoma akustik), atau otitis media.

Riwayat trauma kepala, infeksi telinga, penggunaan alat bantu dengar, serta paparan terhadap obat ototoksik juga perlu ditanyakan. Selain itu, riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dan hipotiroid juga bisa menjadi etiologi sistemik yang berkaitan dengan timbulnya tinnitus.

Gali pula dampak tinnitus terhadap kualitas hidup pasien, termasuk adanya gangguan tidur, konsentrasi, serta kondisi psikologis seperti kecemasan atau depresi. Penggunaan instrumen penilaian seperti Tinnitus Handicap Inventory (THI) dapat membantu menilai tingkat gangguan secara objektif.[5,6,10]

Tabel 1. Derajat Keparahan Tinnitus

Derajat Keparahan Tinnitus
Derajat Deskripsi
1 Tidak ada gangguan atau ketidaknyamanan.
2 Terkadang mengganggu (misalnya terhadap emosi, kognisi, perhatian, atau pekerjaan), biasanya terjadi saat stress atau keadaan sunyi.
3 Sering menyebabkan gangguan, terjadi dalam berbagai situasi.
4 Secara terus menerus menyebabkan gangguan, dan terjadi di semua situasi.

Sumber: dr. Siti Solichatul Makkiyyah, Alomedika, 2025.[5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan awal mencakup inspeksi dan otoskopi untuk menilai kondisi saluran telinga dan membran timpani, seperti adanya serumen impaksi, perforasi, efusi, atau massa. Temuan pada telinga luar dan tengah dapat mengindikasikan tinnitus konduktif yang memiliki penyebab reversibel, seperti otitis media atau otosklerosis.

Ditemukannya bruit vaskular pada regio temporal, orbita, atau leher dapat mengindikasikan kelainan vaskular seperti fistula arteri-vena, malformasi vaskular, atau stenosis arteri karotis. Palpasi otot-otot temporomandibular dan leher juga penting, terutama jika terdapat riwayat nyeri atau riwayat gangguan sendi temporomandibular yang dapat berhubungan dengan tinnitus somatik.

Evaluasi neurologis diperlukan untuk mengidentifikasi tanda disfungsi saraf kranial atau kelainan serebelar, terutama jika terdapat gejala penyerta seperti vertigo, ataksia, atau asimetri pendengaran. Temuan neurologis fokal dapat mengarahkan pada lesi retrokoklear seperti neurinoma akustik atau patologi batang otak.[5,7,11]

Diagnosis Banding

Tinnitus bukanlah suatu diagnosis tetapi merupakan suatu gejala dari penyakit yang mendasari, sehingga diagnosis banding diarahkan sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.

Penyakit Meniere

Pada pasien dengan keluhan tinnitus subjektif unilateral, dengan hasil pemeriksaan otoskopi normal, disertai keluhan penurunan pendengaran dan vertigo, maka pemeriksa sebaiknya memikirkan penyakit Meniere sebagai diagnosis banding.[12]

Otitis Media

Pada keluhan tinnitus subjektif unilateral, disertai dengan keluhan nyeri pada telinga, dan hasil pemeriksaan otoskopi menunjukkan hasil abnormal misalnya terdapat ruptur membran timpani dan tanda infeksi pada telinga tengah, maka pemeriksan dapat memikirkan diagnosis banding otitis media.[12]

Otosklerosis

Otosklerosis merupakan kondisi abnormal tulang pendengaran terutama tulang stapes. Kondisi ini menyebabkan pergerakan tulang pendengaran menjadi terganggu dan dapat menyebabkan gejala penurunan pendengaran, disertai tinnitus. Umumnya keluhan berupa tinnitus subjektif bilateral dengan hasil otoskopi abnormal berupa tanda Schwartze, yaitu kemerahan pada area promontorium.[12]

Palatal Myoclonus

Mioklonus adalah gerakan ritmik, involunter. Palatal myoclonus disebut juga palatal tremor. Gerakan ini terjadi terus-menerus bahkan saat tidur, dan dapat menyebabkan bunyi klik atau berdebar di telinga. Pemeriksa dapat pula mendengar bunyi gerakan ini, dan dapat mengakibatkan tinnitus non-pulsatil.[12]

Idiopathic Intracranial Hypertension

Idiopathic intracranial hypertension (IIH) perlu dicurigai sebagai etiologi tinnitus apabila pasien, terutama perempuan muda dengan obesitas, melaporkan tinnitus pulsatil yang disertai gejala peningkatan tekanan intrakranial seperti sakit kepala, penglihatan kabur, atau papiledema.[12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak selalu diperlukan dalam semua kasus tinnitus, namun sangat dianjurkan bila ditemukan gejala penyerta, tinnitus unilateral, pulsatil, atau defisit neurologis. Pemilihan pemeriksaan bergantung pada temuan klinis masing-masing pasien.

Secara umum, audiometri bisa menjadi pemeriksaan awal untuk menilai status pendengaran. Pencitraan seperti MRI kepala dipertimbangkan bila dicurigai lesi retrokoklear atau etiologi sentral. Pemeriksaan laboratorium atau vaskular dapat dipertimbangkan pada kasus dengan kecurigaan penyakit sistemik, metabolik, atau kelainan vaskular.[3,5,6]

Audiogram

Audiogram umumnya dilakukan pada semua pasien dengan tinnitus sebagai bagian dari evaluasi awal untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi pola penurunan pendengaran, seperti high-frequency sensorineural hearing loss yang sering ditemukan pada tinnitus akibat paparan bising atau presbikusis.

Temuan audiogram bisa bermanfaat membantu menentukan etiologi perifer, menilai kebutuhan alat bantu dengar, dan mengarahkan indikasi pemeriksaan lanjutan seperti pencitraan bila ditemukan asimetri pendengaran.[5,7]

Pencitraan

Pada tinnitus arterial, CT angiografi dapat menunjukkan gambaran glomus, aneurisma, aterosklerosis, maupun malformasi arteriovenosus. Sementara itu, pada tinnitus vena dapat dilakukan MR angiografi dengan temuan bisa berupa gambaran malformasi arteriovenal, empty sella syndrome, malformasi Arnold-Chiari, stenosis akuaduktus Sylvius, dan divertikula sinus sigmoid.

MRI otak juga bisa dipertimbangkan jika terdapat tanda bahaya seperti tinnitus unilateral, asimetri pendengaran sensorineural, tinnitus pulsatil, atau gejala neurologis fokal. MRI bertujuan untuk mendeteksi kelainan struktural seperti neurinoma akustik, malformasi vaskular, sklerosis multipel, atau lesi intrakranial lain.[5,11]

Instrumen Penilaian

Terdapat beberapa instrumen penilaian yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dampak tinnitus pada pasien, yaitu Tinnitus Questionnaire (TQ), Tinnitus Handicap Inventory (THI), dan Tinnitus Functional Index (TFI). TQ memiliki enam domain yaitu gangguan emosional, kognitif, tingkat gangguan, kesulitan pendengaran, dan persepsi, gangguan tidur, keluhan somatik akibat tinnitus. Sementara itu, THI dikembangkan untuk mengukur dampak tinnitus pada kehidupan sehari-hari.

TFI merupakan suatu alat pengukuran yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan dan dampak negatif tinnitus, yang dapat digunakan untuk alat diagnostik maupun memantau progresi terapi. TFI menilai keparahan tinnitus terhadap area psikologis seperti perhatian, kekhawatiran, kecemasan, depresi, dan area fungsional seperti pendengaran, kehidupan sosial, dan aktivitas.[5]

Referensi

3. De Ridder D, Schlee W, Vanneste S, Londero A, Weisz N, Kleinjung T, et al. Tinnitus and tinnitus disorder: Theoretical and operational definitions (an international multidisciplinary proposal). Progress in Brain Research. Elsevier; 2021. pp. 1–25. DOI:10.1016/bs.pbr.2020.12.002
5. Cima RFF, Mazurek B, Haider H, Kikidis D, Lapira A, Noreña A, et al. A multidisciplinary European guideline for tinnitus: diagnostics, assessment, and treatment. HNO. Springer Verlag; 2019. pp. 10–42. DOI:10.1007/s00106-019-0633-7
6. Kleinjung T, Peter N, Schecklmann M, Langguth B. The Current State of Tinnitus Diagnosis and Treatment: a Multidisciplinary Expert Perspective. JARO - Journal of the Association for Research in Otolaryngology. Springer; 2024. 25(5): 413–425. DOI:10.1007/s10162-024-00960-3
7. Grossan M, Peterson DC. Tinnitus. StatPearls Publishing. 2023.
10. Dalrymple SN, Lewis SH, Philman S. Tinnitus: Diagnosis and Management. American Academy of Family Physicians. 2021.
11. Benson AG. Tinnitus. Medscape. 2024.
12. Ellis S., Dolan S., Wilson R. Tinnitus: systematic approach to primary care assessment and management. British Journal of General Practice. Royal College of General Practitioners; 2022. 72(717): 190–192. DOI:10.3399/bjgp22X719057

Epidemiologi Tinnitus
Penatalaksanaan Tinnitus

Artikel Terkait

  • Efikasi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Tinitus Kronis
    Efikasi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Tinitus Kronis
  • Peran Pemeriksaan Radiologi Pada Diagnosis Tinitus Pulsatil
    Peran Pemeriksaan Radiologi Pada Diagnosis Tinitus Pulsatil
  • Red Flag Tinnitus
    Red Flag Tinnitus
  • Terapi Hiperbarik Oksigen Tidak Efektif untuk Tinitus
    Terapi Hiperbarik Oksigen Tidak Efektif untuk Tinitus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 Januari 2024, 08:18
Tata laksana untuk kasus tinitus setelah paparan suara keras
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok saya ada pasien 25 tahun, mengeluhkan telinga kiri berdenging selama 2 hari ini, mulai dirasakan setelah menonton konser.Dari TTV hingga pemeriksaan...
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2023, 08:27
Obat dan tindakan untuk pasien telinga berdenging
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO DOKTER, mohon bantuannya dok untuk pasien dengan keluhan TELINGA KIRI BERDENGING sejak 7 HARI, tidak ada nyeri, telinga dirasakan berdenging seperti...
Anonymous
Dibalas 17 November 2023, 15:46
Telinga berdengung setelah pemberian chloramphenicol tetes telinga
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Izin diskusi nya dok.. px usia 31 th keluhan awal nyeri pada telinga kiri... setelah os mencongkel2 telingga karna gatal, berari tidak ada... os sudh berobat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.