Etiologi Tinnitus
Etiologi umum tinnitus mencakup gangguan pada sistem pendengaran perifer seperti presbikusis, paparan bising, ototoksisitas, dan penyakit telinga tengah, serta kelainan pada sistem saraf pusat. Selain itu, kondisi non-auditorik seperti gangguan metabolik, vaskular, psikologis, dan muskuloskeletal juga dapat menjadi faktor pencetus atau memperberat gejala tinnitus.[2,7,8]
Etiologi
Tinnitus dapat berasal dari berbagai kelainan pada sistem pendengaran perifer, termasuk presbikusis, paparan bising kronis atau akut, serta ototoksisitas akibat penggunaan obat seperti aminoglikosida atau kemoterapi. Penyakit telinga tengah seperti otitis media, otosklerosis, atau disfungsi tuba eustachius juga dapat menyebabkan gangguan transmisi suara dan memicu tinnitus.
Selain itu, trauma kepala, neurinoma akustik, dan gangguan mikrosirkulasi koklea dapat menimbulkan kerusakan struktur auditorik yang memicu timbulnya tinnitus melalui mekanisme neuroplastisitas. Di luar sistem pendengaran, kondisi sistemik juga bisa berperan dalam etiologi tinnitus.
Gangguan metabolik seperti diabetes, kelainan vaskular, serta kondisi muskuloskeletal seperti disfungsi sendi temporomandibular (TMJ) dapat memicu atau memperberat gejala tinnitus. Stres psikologis, kecemasan, dan depresi juga diketahui berperan melalui modulasi sistem limbik dan pusat perhatian di otak.[1,2,8]
Faktor Risiko
Faktor risiko tinnitus adalah gangguan pendengaran sensorineural (SNHL) yang disebabkan oleh paparan bising akut maupun kronis serta proses penuaan, dapat merusak sel rambut koklea dan mengganggu transmisi suara ke pusat auditori. Selain itu, kondisi metabolik seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes, serta penyakit telinga seperti penyakit Meniere dan lesi pada nervus vestibulokoklearis, juga dikaitkan dengan tinnitus.
Faktor risiko lain adalah penggunaan obat ototoksik, seperti aspirin, dan kemoterapi seperti cisplatin dan methotrexate. yang dapat menyebabkan kerusakan pendengaran. Kelainan anatomi seperti disfungsi sendi temporomandibular (TMJ) atau maloklusi juga diketahui berkontribusi.[2,7,8]