Epidemiologi Tinnitus
Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi tinnitus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Tidak ada perbedaan angka kejadian menurut jenis kelamin. Tinnitus paling banyak dialami pasien berusia lebih dari 65 tahun.[1]
Global
Sebuah tinjauan sistematik memperkirakan prevalensi global tinnitus berdasarkan data dari 113 penelitian. Menurut tinjauan ini, tinnitus memiliki prevalensi global sekitar 14,4% pada populasi dewasa, dengan angka yang meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi tinnitus dilaporkan mencapai 23,6% pada individu berusia ≥65 tahun.
Prevalensi tinnitus berat tercatat sebesar 2,3%, sedangkan tinnitus kronis 9,8% dan tinnitus yang telah didiagnosis secara medis sebesar 3,4%. Tinjauan ini tidak menemukan perbedaan signifikan berdasarkan jenis kelamin, tetapi insidensi tinnitus dilaporkan mencapai 1164 kasus per 100.000 orang per tahun.[1]
Indonesia
Data prevalensi nasional tinnitus di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Tinnitus tidak secara langsung meningkatkan angka mortalitas, namun berkontribusi signifikan terhadap morbiditas melalui gangguan kualitas hidup. Banyak pasien dengan tinnitus kronis mengalami gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, dan kelelahan yang persisten.
Tinnitus juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi, yang pada kasus berat dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Tingkat distres akibat tinnitus bervariasi, namun pada sebagian individu gejala dapat menjadi sangat mengganggu dan menurunkan fungsi sosial serta produktivitas.[7,9]