Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Tinnitus annisa-meidina 2025-08-20T09:35:26+07:00 2025-08-20T09:35:26+07:00
Tinnitus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Tinnitus

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Patofisiologi tinnitus melibatkan aktivitas abnormal pada jalur auditorik, baik perifer maupun sentral, yang menyebabkan persepsi suara tanpa stimulus eksternal. Kehilangan input sensorik dari koklea dapat memicu reorganisasi plastis pada korteks auditorik dan peningkatan aktivitas neuron spontan. Mekanisme tambahan termasuk disregulasi pada sistem limbik dan pusat perhatian.[1-3]

Paparan Bising

Paparan bising, baik akut maupun kronis, berperan signifikan dalam patofisiologi tinnitus melalui kerusakan pada struktur sensorik koklea, khususnya sel rambut dalam dan luar. Suara keras dapat menyebabkan trauma akustik yang merusak sel rambut koklea, mengganggu fungsi amplifikasi dan transmisi sinyal auditorik ke saraf aferen, serta menyebabkan perubahan ambang pendengaran, baik temporer maupun permanen.

Bila paparan bising berlanjut, dapat terjadi sinaptopati koklear, yaitu kerusakan pada sinaps saraf aferen I yang menghubungkan sel rambut dalam dengan sistem saraf pusat, sehingga memicu reorganisasi jalur auditorik dan berkontribusi pada timbulnya tinnitus.

Selain itu, kerusakan sel rambut luar akibat bising juga dapat mengaktivasi serabut aferen II melalui pelepasan glutamat dan ekspresi protein nosiseptor, yang berperan dalam persepsi nyeri auditorik. Aktivasi serabut ini diduga memicu hipereksitabilitas jalur auditorik, menghasilkan kondisi hiperakusis, yaitu intoleransi terhadap suara dengan intensitas normal.

Hiperakusis sering ditemukan bersama tinnitus, terutama pada kasus yang berat, dan memperkuat keterkaitan antara disfungsi perifer akibat bising dengan perubahan neuroplastik di pusat pendengaran.[2]

Tuli Konduksi

Selain tuli sensorineural, tuli konduksi akibat obstruksi atau disfungsi telinga tengah yang mencegah suara ditransmisikan ke telinga dalam juga dapat menyebabkan tinnitus. Misalnya tuli konduksi akibat infeksi telinga tengah, tumor glomerik, mioklonus, dan tonic tensor tympani syndrome.[2]

Mekanisme Sentral

Pada mekanisme sentral, tinnitus terjadi akibat perubahan neuroplastisitas di jalur auditorik pusat, khususnya setelah kehilangan input pendengaran dari perifer. Salah satu lokasi penting adalah dorsal cochlear nucleus (DCN), yang menunjukkan peningkatan spontaneous firing rate (SFR) neuron fusiform akibat disfungsi kanal kalium KCNQ2/3 dan penurunan inhibisi GABA dan glisin.

Selain itu, perubahan di inferior colliculus (IC) sebagai pusat integrasi informasi pendengaran menunjukkan hasil yang bervariasi, namun diduga melibatkan peningkatan eksitasi dari korteks dan gangguan pengkodean temporal suara. Di tingkat thalamus, khususnya pada medial geniculate body (MGB), peningkatan inhibisi GABA justru memicu burst firing melalui mekanisme hiperpolarisasi dan aktivasi kanal kalsium tipe T.

Mekanisme tersebut didukung oleh hipotesis thalamocortical dysrhythmia (TCD), yang menyatakan bahwa hilangnya input perifer menyebabkan disritmia antara thalamus dan korteks, menghasilkan gelombang otak gamma yang dikaitkan dengan persepsi tinnitus. Di korteks auditorik, perubahan mencakup peningkatan SFR, sinkronisasi neuron, dan reorganisasi peta tonotopik, yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan aktivitas inhibitorik GABA.[1-3]

Referensi

1. Jarach CM., Lugo A., Scala M., Van Den Brandt PA, Cederroth CR., Odone A., et al. Global Prevalence and Incidence of Tinnitus: A Systematic Review and Meta-analysis. JAMA Neurology. American Medical Association; 2022. 79(9): 888–900. DOI:10.1001/jamaneurol.2022.2189
2. Henton A, Tzounopoulos T. What’s the buzz? The neuroscience and the treatment of tinnitus. Physiological Reviews. American Physiological Society;2021. 101(4): 1609–1632. DOI:10.1152/PHYSREV.00029.2020
3. De Ridder D, Schlee W, Vanneste S, Londero A, Weisz N, Kleinjung T, et al. Tinnitus and tinnitus disorder: Theoretical and operational definitions (an international multidisciplinary proposal). Progress in Brain Research. Elsevier; 2021. pp. 1–25. DOI:10.1016/bs.pbr.2020.12.002

Pendahuluan Tinnitus
Etiologi Tinnitus

Artikel Terkait

  • Efikasi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Tinitus Kronis
    Efikasi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Tinitus Kronis
  • Peran Pemeriksaan Radiologi Pada Diagnosis Tinitus Pulsatil
    Peran Pemeriksaan Radiologi Pada Diagnosis Tinitus Pulsatil
  • Red Flag Tinnitus
    Red Flag Tinnitus
  • Terapi Hiperbarik Oksigen Tidak Efektif untuk Tinitus
    Terapi Hiperbarik Oksigen Tidak Efektif untuk Tinitus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 Januari 2024, 08:18
Tata laksana untuk kasus tinitus setelah paparan suara keras
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok saya ada pasien 25 tahun, mengeluhkan telinga kiri berdenging selama 2 hari ini, mulai dirasakan setelah menonton konser.Dari TTV hingga pemeriksaan...
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2023, 08:27
Obat dan tindakan untuk pasien telinga berdenging
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO DOKTER, mohon bantuannya dok untuk pasien dengan keluhan TELINGA KIRI BERDENGING sejak 7 HARI, tidak ada nyeri, telinga dirasakan berdenging seperti...
Anonymous
Dibalas 17 November 2023, 15:46
Telinga berdengung setelah pemberian chloramphenicol tetes telinga
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Izin diskusi nya dok.. px usia 31 th keluhan awal nyeri pada telinga kiri... setelah os mencongkel2 telingga karna gatal, berari tidak ada... os sudh berobat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.