Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Tinnitus annisa-meidina 2025-08-20T09:54:38+07:00 2025-08-20T09:54:38+07:00
Tinnitus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Tinnitus

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Prinsip penatalaksanaan tinnitus berfokus pada identifikasi dan penanganan penyebab yang mendasari. Penatalaksanaan juga perlu mencakup pengurangan persepsi dan dampak tinnitus terhadap kualitas hidup.

Terapi suportif seperti konseling, terapi suara, dan penggunaan alat bantu dengar bisa bermanfaat terutama pada pasien dengan tinnitus akibat gangguan pendengaran. Pendekatan multimodal, termasuk terapi kognitif-perilaku (CBT) dan manajemen stres, bisa bermanfaat pada kasus kronis untuk mengatasi dampak psikologis dan meningkatkan kualitas hidup.[2,6,7]

Intervensi Modifikasi Gaya Hidup

Sebagian besar pasien tinnitus dapat ditangani dengan pendekatan konservatif seperti edukasi, reassurance, serta modifikasi gaya hidup. Pasien bisa diminta untuk mengurangi paparan suara bising, kafein, dan alkohol untuk mengurangi gejala. Penggunaan alat bantu dengar atau distraksi suara dengan white noise telah dilaporkan bermanfaat dalam mengurangi persepsi tinnitus, terutama pada pasien dengan gangguan pendengaran.

Edukasi mengenai pencegahan gangguan pendengaran akibat noise-induced hearing loss juga penting. Pasien perlu dianjurkan untuk menggunakan headphone secara bijak. Pada pasien yang bekerja di tempat yang bising, edukasi mengenai perlindungan pendengaran di lingkungan kerja perlu dilakukan.[6,8,10]

Terapi Kognitif-Perilaku

Terapi kognitif-perilaku atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan psikoterapi berbasis bukti yang telah terbukti efektif dalam menurunkan distress psikologis yang berhubungan dengan tinnitus. Berbeda dengan terapi yang menargetkan penghilangan bunyi tinnitus itu sendiri, CBT berfokus pada modifikasi respons emosional dan perilaku pasien terhadap persepsi tinnitus.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa CBT secara signifikan dapat menurunkan keparahan gejala subjektif, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi kecemasan dan depresi yang menyertai tinnitus, serta memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, CBT saat ini direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk pasien dengan tinnitus yang menetap dan mengganggu.

Dalam praktiknya, CBT untuk tinnitus dilakukan melalui sesi konseling terstruktur yang difasilitasi oleh psikolog terlatih, baik secara individu maupun kelompok. Intervensi meliputi edukasi mengenai tinnitus dan mekanisme persepsinya, identifikasi dan restrukturisasi pikiran negatif atau irasional terhadap tinnitus, pelatihan relaksasi, serta pengembangan strategi koping adaptif.

Terapi ini biasanya berlangsung selama 6 hingga 10 minggu, dengan pertemuan rutin yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Integrasi CBT dalam penatalaksanaan tinnitus menjadi penting terutama pada pasien tanpa penyebab medis yang jelas, atau mereka yang mengalami gangguan psikologis sekunder akibat gejala tinnitus.[5,6,8,10,13,14]

Implan Koklea

Pada kasus tinnitus yang berkaitan dengan ketulian berat, implan koklea telah dilaporkan bermanfaat dalam menurunkan persepsi dan distres terkait tinnitus secara signifikan. Oleh sebab itu, tinnitus berat unilateral akibat tuli unilateral dapat menjadi indikasi implantasi koklea.[2,5,6]

Belum Ada Medikamentosa Yang Terbukti Efektif

Berbagai jenis obat mulai dari antidepresan, antikonvulsan, golongan benzodiazepine, GABA-ergik, glutamatergik, pelemas otot, dan golongan obat lain telah diuji untuk tinnitus, tetapi belum ada medikamentosa yang secara spesifik menunjukkan efikasi bermakna. Selain itu, belum ada satu jenis obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) atau European Medical Agency (EMA) untuk terapi tinnitus.[5,6]

Tinnitus akut akibat trauma akustik atau tuli sensorineural idiopatik sering diterapi menggunakan steroid oral atau intratimpani. Pemberian lidocaine juga pernah dilakukan, tetapi terbukti kurang bermanfaat karena waktu paruhnya sangat pendek. Hingga kini pedoman terapi tinnitus hanya ditujukan pada terapi komorbiditas yang membersamai, misalnya insomnia, depresi, dan kecemasan.[2,5,6]

Antagonis Reseptor NMDA

Antagonis reseptor NMDA, dengan nama AM101 dan OTO-313, sedang diuji untuk tinnitus. Obat ini memiliki mekanisme aksi mencegah ketulian perifer berkaitan dengan eksitotoksisitas. Paparan bising menginduksi pembengkakan eksitotoksik pada terminal saraf auditori yang menempel pada sel rambut dalam dan mengakibatkan sinaptopati. Proses ini bergantung pada reseptor NMDA, sehingga pemberian antagonis reseptor NMDA diharapkan akan mencegah kerusakan.

AM11 dan OTO-313 diberikan melalui injeksi intratimpani dengan target telinga dalam. Obat ini memiliki target efek akut dari paparan bising. Kedua obat ini berada pada uji klinis fase kedua dan ketiga.[2]

SPI-1005

Obat ini merupakan obat lain yang juga sedang diuji efikasinya untuk tinnitus. SPI-1005 adalah suatu molekul kecil yang didesain untuk meningkatkan aktivitas glutation peroksidase (GPx). Senyawa ini menunjukkan hasil menjanjikan pada pengobatan tinnitus terkait penyakit Meniere.[2]

Tinnitus Retraining Therapy (TRT)

TRT merupakan kombinasi dari konseling dan terapi suara, melalui alat bantu dengar maupun generator suara yang diberikan oleh audiologis dengan protokol khusus, dengan tujuan untuk pembiasaan. Meskipun telah digunakan secara luas, namun bukti efikasi penggunaan TRT masih terbatas.[5,6,14]

Referensi

2. Henton A, Tzounopoulos T. What’s the buzz? The neuroscience and the treatment of tinnitus. Physiological Reviews. American Physiological Society;2021. 101(4): 1609–1632. DOI:10.1152/PHYSREV.00029.2020
5. Cima RFF, Mazurek B, Haider H, Kikidis D, Lapira A, Noreña A, et al. A multidisciplinary European guideline for tinnitus: diagnostics, assessment, and treatment. HNO. Springer Verlag; 2019. pp. 10–42. DOI:10.1007/s00106-019-0633-7
6. Kleinjung T, Peter N, Schecklmann M, Langguth B. The Current State of Tinnitus Diagnosis and Treatment: a Multidisciplinary Expert Perspective. JARO - Journal of the Association for Research in Otolaryngology. Springer; 2024. 25(5): 413–425. DOI:10.1007/s10162-024-00960-3
7. Grossan M, Peterson DC. Tinnitus. StatPearls Publishing. 2023.
8. Wu V, Cooke B, Aud M, Eitutis S, Matthew M, Simpson TW, et al. Approach to tinnitus management. 2018.
10. Dalrymple SN, Lewis SH, Philman S. Tinnitus: Diagnosis and Management. American Academy of Family Physicians. 2021.
13. Mazurek B, Böcking B, Dobel C, Rose M, Brüggemann P. Tinnitus und beeinflussende Komorbiditäten. Laryngo- rhino- otologie. NLM (Medline); 2023. 102(S 01): S50–S58. DOI:10.1055/a-1950-6149
14. Piccirillo JF, Rodebaugh TL, Lenze EJ. Tinnitus. JAMA - Journal of the American Medical Association. American Medical Association; 2020. pp. 1497–1498. DOI:10.1001/jama.2020.0697

Diagnosis Tinnitus
Prognosis Tinnitus
Diskusi Terbaru
dr.Eurena Maulidya
Dibalas 5 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemenkes - Kehamilan, Suplementasi, dan Bukti Terkini: Bukan Sekedar Zat Besi dan Asam Folat - Selasa, 2 September 2025 pukul 14.00 - 15.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya
1 Balasan
Yuk, daftar webinar terbaru ALOMEDIKA "Kehamilan, Suplementasi, dan Bukti Terkini: Bukan Sekedar Zat Besi dan Asam Folat" melalui link berikut:...
dr. Theresia Veronika
Dibalas 3 jam yang lalu
Gula darah 2 jam PP
Oleh: dr. Theresia Veronika
1 Balasan
Alo dokter! Izin diskusi. Pemeriksaan 2 jam post prandial dihitung dari suapan pertama atau terakhir? Apakah ada batasan durasi makan maksimal berapa menit?...
dr.Elizabeth Anastasya
Dibalas 6 jam yang lalu
Bagaimana merujuk pasien dengan ide bunuh diri - pakai fitur Rujukan di myPatient
Oleh: dr.Elizabeth Anastasya
2 Balasan
ALO DokterSaya pernah merawat pasien dengan insomnia. Namun, setelah digali lebih lanjut pasien memiliki perilaku self harm dan saya butuh merujuk ke dokter...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.