Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Disfagia general_alomedika 2021-11-03T15:14:27+07:00 2021-11-03T15:14:27+07:00
Disfagia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Disfagia

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Diagnosis disfagia perlu ditegakkan untuk menentukan etiologi yang mendasari dan mencegah komplikasi. Pada pasien yang datang dengan keluhan disfagia, pemeriksaan awal bertujuan untuk menyingkirkan patologi yang mengancam jiwa seperti neoplasia, dan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami aspirasi.

Anamnesis

Secara umum, pasien dengan disfagia akan mengeluhkan kesulitan menelan, yang dapat disertai dengan batuk, tersedak, regurgitasi, aspirasi, dan sensasi sisa makanan di saluran napas.

Makanan Solid, Likuid, atau Keduanya

Penyebab disfagia dapat dibedakan berdasarkan karakteristik makanan yang menyebabkan gejala, perjalanan gejala, tingkat keparahan, dan gejala penyerta.

Jika kesulitan menelan terjadi pada konsumsi makanan cair dan padat, kemungkinan pasien mengalami gangguan motilitas esofagus. Jika kesulitan menelan hanya terjadi pada konsumsi makanan padat, pasien mungkin mengalami penyempitan lumen esofagus.

Berkembang Perlahan atau Cepat

Jika disfagia berkembang perlahan, pertimbangkan kemungkinan striktur esofagus misalnya akibat ulkus peptikum. Jika gejala berkembang dengan cepat, kanker esofagus harus dicurigai.

Gejala Episodik, Progresif, Intermiten

Disfagia episoding dapat disebabkan oleh cincin Schatzki atau esophageal web. Disfagia yang progresif dan berat mungkin disebabkan oleh akalasia. Disfagia yang intermiten dan nonprogresif mungkin disebabkan oleh diffuse esophageal spasm (DES).

Gejala penyerta yang perlu digali misalnya mulas, penurunan berat badan, hematemesis, anemia, refluks, dan gejala pernapasan. Jika disfagia disertai refluks kronis, pikirkan kemungkinan adanya esofagitis erosif, striktur peptikum, dan adenokarsinoma esofagus, yang dapat terjadi sebagai komplikasi gastroesophageal reflux disease (GERD). Pada pasien disfagia lanjut usia dengan penurunan berat badan yang berat, curigai adanya keganasan.[1,5,6]

Obat-obatan

Banyak obat dapat menyebabkan atau memperparah disfagia. Oleh sebab itu, obat yang dikonsumsi pasien perlu selalu ditinjau untuk mengetahui kemungkinan menjadi penyebab dasar munculnya disfagia. Contoh obat yang dapat menyebabkan disfagia adalah haloperidol, risperidone,  phenobarbital, carbamazepine, chlorpheniramine, diphenhydramine,  fluoxetine, dan sertraline.[19,20,21]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya disfagia adalah dengan mengobservasi pasien saat menelan makanan dan minuman. Hal ini dapat dilakukan dengan Bedside Swallowing Evaluation (BSE) atau Water Swallow Test (WST).

Bedside Swallowing Evaluation (BSE)

Bedside Swallowing Evaluation (BSE) merupakan pemeriksaan kemampuan pasien untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan konsistensi yang berbeda. Setelah proses menelan, kondisi pasien akan dinilai berdasarkan ada tidaknya gejala aspirasi, seperti batuk atau tersedak, berdeham terus menerus sebagai upaya membersihkan kerongkongan, perubahan kualitas suara, serta perubahan suara napas seperti munculnya stridor.[2,10]

Water Swallow Test (WST)

Water Swallow Test (WST) dilakukan dengan meminta pasien untuk minum 30 ml air dalam posisi duduk tegak. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

Kategori 1: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan tanpa tersedak

Kategori 2: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan tanpa tersedak

Kategori 3: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan, tetapi dengan tersedak

Kategori 4: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan, tetapi dengan tersedak

Kategori 5: Pasien tersedak dan tidak mampu menghabiskan minumannya

Interpretasi hasil pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

  • Pasien normal jika tergolong kategori nomor 1 dan mampu menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu 5 detik
  • Pasien dicurigai mengalami disfagia jika tergolong nomor 1 dan menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu lebih dari 5 detik, atau tergolong nomor 2
  • Pasien mengalami disfagia jika tergolong kategori nomor 3 sampai 5[11]

Pemeriksaan Lain

Selain pemeriksaan untuk menilai adanya disfagia, penting untuk dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mencari etiologi yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan rongga mulut, serta pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan nervus kranialis, mencari tanda-tanda kelemahan anggota gerak, disarthria, tremor, serta gangguan fungsi kognitif.[2,9]

Diagnosis Banding

Disfagia sendiri adalah sebuah gejala sehingga diagnosis banding yang dibuat adalah terkait dengan kondisi medis yang dapat menyebabkan disfagia.

Gangguan Neuromuskular

Penyakit neuromuskular menyebabkan mayoritas kasus disfagia orofaringeal. Gejala umumnya episodik dan sering disertai aspirasi. Beberapa kemungkinan penyebab adalah stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, bulbar poliomielitis, neuropati diabetik, dan myasthenia gravis.

Lesi Struktural

Lesi struktural di area orofaring dapat menyebabkan disfagia. Contohnya adalah neoplasia, esophageal web, dan divertikulum Zenker. Disfagia akibat lesi struktural umumnya timbul episodik, namun bersifat progresif.

Lesi obstruktif pada esofagus umumnya menimbulkan disfagia yang progresif. Obstruksi tidak hanya dapat disebabkan oleh keganasan, tetapi juga berlaku untuk striktur esofagus dan massa jinak di esofagus ataupun struktur sekitarnya seperti tiromegali, neoplasia mediastinum, pembesaran atrium kiri, dan anomali aorta. Pada kasus lesi obstruktif, disfagia umumnya disertai keluhan nyeri.

Disfagia episodik yang tiba-tiba dapat disebabkan oleh cincin mukosa esofagus bagian bawah, yang dikenal sebagai cincin Schatzki. Kondisi ini umumnya menimbulkan gejala saat pasien menelan bolus daging, sehingga dikenal juga sebagai "steakhouse syndrome". Hernia hiatus sering ditemukan berhubungan dengan cincin Schatzki.

Gangguan Motilitas

Gangguan motilitas yang sering menyebabkan disfagia adalah diffuse esophageal spasm dan akalasia. Diffuse esophageal spasm ditandai dengan kontraksi tekanan tinggi, repetitif, simultan (bukan peristaltik) di bagian otot polos esofagus, yang mengakibatkan nyeri dan spasme serta disfagia. Regurgitasi dapat terjadi karena proses menelan yang tidak terkoordinasi.

Pada akalasia, disfagia adalah keluhan utama yang tersering. Dalam kasus akalasia, sfingter esofagus bagian bawah mengalami hipertensi dan gagal untuk berelaksasi sepenuhnya saat menelan. Selain itu, tidak ada aktivitas peristaltik

Inflamasi

Disfagia juga dapat disebabkan oleh lesi inflamasi, tersering adalah esofagitis refluks. Inflamasi dan ulserasi bisa sangat berat sehingga menimbulkan striktur yang menyebabkan obstruksi.[1,2,5,9]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis disfagia. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat struktur anatomi serta fungsi dari saluran pencernaan bagian atas. Disfagia orofaringeal dapat diperiksa menggunakan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS) dan fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES). Sementara itu, disfagia esofageal dapat dievaluasi menggunakan barium swallow (esofagram) atau endoskopi saluran cerna bagian atas.[1-4]

Videofluoroscopic Swallowing Studies (VFSS) atau Modified Barium Swallow Test

Pada pemeriksaan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS), pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung kontras dan dievaluasi menggunakan teknik videofluoroskopi. Pengambilan video dilakukan secara lateral dan anteroposterior.

VFSS dapat mengevaluasi pengaruh volume dan tekstur makanan terhadap proses menelan, efektivitas beberapa manuver, serta melihat proses menelan secara keseluruhan. Disfagia pada pemeriksaan ini ditandai dengan adanya aspirasi atau penetrasi bolus, refleks menelan yang tertunda atau tidak terkoordinasi dengan baik, adanya residu orofaringeal, dan gangguan pembukaan sfingter esofagus atas. Aspirasi yang terjadi saat proses menelan dapat disebabkan oleh keterlambatan refleks menelan faringeal atau kegagalan proteksi saluran napas oleh epiglotis dan plika vokalis.[3,4]

Fiberoptic Endoscopic Evaluations of Swallowing (FEES)

Fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES) merupakan pemeriksaan endoskopi yang dimasukkan melalui hidung menuju faring untuk menilai adanya disfagia orofaringeal. Pemeriksaan diawali dengan mengevaluasi anatomi yang berkaitan dengan fungsi menelan. Selanjutnya, pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan tekstur dan ukuran yang bervariasi. Proses ini untuk menilai efektivitas deglutinasi pasien, seperti pembentukan bolus, respon menelan faring, serta ada tidaknya aspirasi dan penetrasi bolus.[3,4]

FEES memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan VFSS, yaitu tidak adanya radiasi dalam pemeriksaan serta tidak digunakannya kontras dalam makanan sehingga pemeriksaan dapat dilakukan beberapa kali untuk menemukan metode menelan yang efektif bagi pasien. Selain itu, pemeriksaan dapat dilakukan di ruang rawat inap pasien sehingga tidak membutuhkan transfer pasien.[4]

Barium Swallow Test (Esofagram)

Barium swallow merupakan pemeriksaan lini pertama pada kasus kecurigaan disfagia esofageal. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan radiologi menggunakan kontras yang dapat memeriksa struktur dan fungsional dari esofagus. Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini dinilai lebih baik dalam mendiagnosis striktur esofagus serta kelainan motilitas esofagus distal seperti akalasia dan skleroderma.[1,2,12]

Esofagoskopi

Esofagoskopi merupakan pemeriksaan menggunakan endoskopi yang dimasukkan melalui mulut atau lubang hidung untuk mengevaluasi struktur esofagus. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melakukan inspeksi mukosa secara jelas untuk menilai adanya infeksi atau erosi. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan biopsi.[2,5,13]

Manometri Esofagus

Manometri esofagus merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi motilitas dari esofagus. Pemeriksaan ini mengevaluasi kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan oleh kerja otot-otot esofagus.[14-15]

Lainnya

Pemeriksaan lain, seperti CT scan atau MRI, dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan pada penyakit lain yang mendasari, seperti tumor atau kelainan sistem saraf pusat.[1,5]

Referensi

1. Azer SA, Kshirsagar RK. Dysphagia. [Updated 2021 Jun 15]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559174/
2. Jalil AAA, Katzka DA, Castell DO. Approach to the Patient with Dysphagia. The American Journal of Medicine. 2015; 128: 1138.e17-1138.e23.
3. Christmas C, Rogus-Pulia N. Swallowing Disorders in the Older Population. J Am Geriatr Soc. 2019; 67(12): 2643-2649.
4. Wirth R, Dziewas R, Beck AM, Clavé P, Hamdy S, Heppner HJ, Langmore S, Leischker AH, Martino R, Pluschinski P, Rösler A, Shaker R, Warnecke T, Sieber CC, Volkert D. Oropharyngeal dysphagia in older persons – from pathophyisiology to adequate intervention: a review and summary of an international expert meeting. Clinical Interventions in Aging. 2016; 11:189-208.
5. Paik NJ. Dysphagia. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/2212409-overview
6. Dylczyk-Sommer A. Dysphagia. Part 1: General Issues. Anaesthesiol Intensive Ther. 2020; 52(3): 226-232.
9. Chilukuri P, Odufalu F, Hachem C. Dysphagia. Missouri Medicine. 2018; 115(3): 206-210.
10. Lynch YT, Clark BJ, Macht M, White SD, Taylor H, Wimbish T, Moss M. The Accuracy of the Bedside Swallowing Evaluation for Detecting Aspiration in Survivors of Acute Respiratory Failure. Journal of Critical Care. 2017; 39:143-148
11. Horiguchi S, Suzuki Y. Screening Tests in Evaluating Swallowing Function. JMAJ. 2011; 54(1): 31-34.
12. Chen A, Tafti D, Tuma F. Barium Swallow. [Updated 2021 Aug 3]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493176/
13. Cohen DC, Sears D, Duggan RG, Roberts KE. Esophagoscopy. Medscape. 2019. http://emedicine.medscape.com/article/1891879-overview
14. Philipsen BB. Dysphagia – Pathophysiology of Swallowing Dysfunction, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Journal of Otolaryngology and Rhinology. 2019; 5:063
15. Baldwin D, Puckett Y. Esophageal Manometry. [Updated 2021 May 10]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559237/
19. Fass R. Approach to the evaluation of dysphagia in adults. Uptodate. 2021
20. Miarons M, Campins L, Palomera E, Serra-Prat M, CabréM, Rofes L. Drugs Related to Oropharyngeal Dysphagia in Older People. Dysphagia. 2016;31(5):697. Epub 2016 Aug 4.
21. Miarons Font M, Rofes Salsench L. Antipsychotic medication and oropharyngeal dysphagia: systematic review. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2017;29(12):1332.

Epidemiologi Disfagia
Penatalaksanaan Disfagia
Diskusi Terbaru
dr. Gabriela Widjaja
Kemarin, 15:55
Penggunaan Epinefrin dengan Anestesi Lokal di Jari Tangan dan Kaki Aman - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Penggunaan epinefrin sebagai tambahan anestesi lokal dulunya didogma berbahaya karena dianggap bisa menyebabkan nekrosis akibat vasokonstriksi....
Anonymous
Kemarin, 11:11
Vitamin A diberikan sampai anak umur berapa
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok untuk pemberian vitamin A yg rutin di bulan Febuari dan Agustus itu rutin diberikan sampai anak umur berapa? apa cukup di 1 tahun pertama saja atau harus...
Anonymous
Kemarin, 09:42
Induksi persalinan di puskesmas
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok.Izin bertanya, kapan kita bisa memutuskan induksi persalinan dg oxytocin jika setting nya di puskesmas ?Dan bagaimana prosedurnya yang tepat dlm...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.