Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Disfagia general_alomedika 2021-11-03T14:56:30+07:00 2021-11-03T14:56:30+07:00
Disfagia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Disfagia

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Patofisiologi disfagia dapat dibagi menjadi dua mekanisme utama berdasarkan penyebabnya, yaitu adanya kelainan struktural dan adanya gangguan motilitas saluran cerna. Disfagia adalah perasaan subjektif terkait gangguan dalam perjalanan makanan dari orofaring ke lambung. Disfagia dapat menandakan adanya keterlambatan sebenarnya dalam transit bolus, tetapi juga bisa hanya sensasinya saja.

Proses menelan merupakan suatu proses kompleks dimana makanan atau cairan bergerak dari mulut ke lambung. Proses menelan melibatkan gerakan kontraksi dan relaksasi otot lurik orofaring dan 1/3 bagian atas esofagus; otot polos pada 2/3 bagian bawah esofagus; serta neuron motorik batang otak dan persarafan otonom. Kelainan dari salah satu komponen ini dapat menyebabkan keluhan disfagia.[1,2]

Fisiologi Menelan

Proses menelan atau deglutinasi merupakan proses memindahkan makanan atau minuman dari rongga mulut menuju lambung. Proses ini terdiri dari 3 fase, yaitu fase oral, faringeal, dan esofageal. Gangguan pada fase oral dan faringeal dikenal sebagai disfagia orofaringeal, sedangkan gangguan pada fase esofageal dikenal sebagai disfagia esofageal.

Fase Oral

Pada fase ini, makanan di dalam rongga mulut diubah menjadi bolus dan bercampur dengan saliva untuk memudahkan saat ditelan. Bolus akan didorong menuju faring oleh lidah yang bersentuhan dengan palatum durum. Otot-otot yang bekerja pada fase ini adalah otot lurik yang bekerja secara sadar.

Fase Faringeal

Bolus yang masuk ke dalam faring dari rongga mulut akan mengaktivasi refleks menelan. Hal ini meliputi penutupan nasofaring dan laring, kontraksi dari otot-otot faringeal, serta relaksasi dari sfingter esofagus atas. Proses ini memungkinkan bolus untuk masuk ke dalam esofagus dan mencegah masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan. Nervus kranialis yang berperan dalam proses ini adalah nervus IX, X, XII.

Fase Esofageal

Pada fase ini, makanan di esofagus akan didorong dengan gerakan peristaltik. Sfingter esofagus bawah akan mengalami relaksasi dan menyalurkan bolus dari esofagus menuju lambung. Otot yang bekerja dipersarafi oleh nervus X.[3,6]

Patofisiologi Disfagia

Sekitar lebih dari 85% disfagia esofageal disebabkan oleh kelainan struktural. Kelainan struktural menyebabkan penyempitan pada lumen saluran cerna bagian atas sehingga makanan akan sulit melewatinya. Pada kondisi ini, keluhan disfagia biasanya muncul pada saat pasien mengonsumsi makanan padat. Banyak kondisi yang dapat mendasarinya, seperti proses inflamasi, terbentuknya striktur, tumor esofagus, serta penekanan dari struktur eksternal. Kompresi esofagus dari struktur di sekitarnya bisa disebabkan karena pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar getah bening, tumor kepala leher, tumor paru-paru, atau aneurisma aorta.[2,6]

Diperkirakan 80% disfagia orofaringeal disebabkan oleh kelainan neuromuskular yang berpengaruh terhadap fungsi motilitas. Lesi pada korteks serebri atau batang otak dapat menyebabkan kelemahan otot mastikasi dan otot faringeal, penurunan fungsi sensorik, refleks menelan yang tertunda, serta kelemahan otot-otot laring. Keluhan biasanya muncul tidak hanya saat konsumsi makanan padat, tetapi juga saat konsumsi makanan cair.[5,6]

Gangguan fungsi motilitas pada disfagia dapat berupa penurunan atau peningkatan motilitas. Penurunan motilitas dapat disebabkan oleh kelainan neuromuskular atau kelainan sistemik seperti stroke, penyakit Parkinson, hipotiroid, atau penyakit autoimun. Hipermotilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada saraf yang berperan dalam inhibisi peristaltik, sehingga gerakan peristaltik esofagus menjadi tidak beraturan dan tidak efektif. Hal ini dapat terjadi pada kondisi akalasia atau spasme difus.[2,6]

Pada pasien dengan disfagia, terganggunya proses menelan meningkatkan risiko terjadinya penetrasi atau aspirasi makanan ke dalam saluran napas. Penetrasi terjadi bila bolus memasuki vestibulum laringeal tetapi tidak sampai ke dalam trakea, sementara aspirasi merupakan masuknya bolus ke dalam trakea dan paru-paru. Hal ini terutama sering terjadi pada pasien dengan disfagia orofaringeal akibat penurunan sensorik pada laring sehingga tidak bisa memberikan refleks batuk untuk mengeluarkan benda asing di saluran napas.[3,5]

Referensi

1. Azer SA, Kshirsagar RK. Dysphagia. [Updated 2021 Jun 15]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559174/
2. Jalil AAA, Katzka DA, Castell DO. Approach to the Patient with Dysphagia. The American Journal of Medicine. 2015; 128: 1138.e17-1138.e23.
3. Christmas C, Rogus-Pulia N. Swallowing Disorders in the Older Population. J Am Geriatr Soc. 2019; 67(12): 2643-2649.
5. Paik NJ. Dysphagia. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/2212409-overview
6. Dylczyk-Sommer A. Dysphagia. Part 1: General Issues. Anaesthesiol Intensive Ther. 2020; 52(3): 226-232.

Pendahuluan Disfagia
Etiologi Disfagia
Diskusi Terbaru
dr. Gabriela Widjaja
Hari ini, 15:55
Penggunaan Epinefrin dengan Anestesi Lokal di Jari Tangan dan Kaki Aman - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Penggunaan epinefrin sebagai tambahan anestesi lokal dulunya didogma berbahaya karena dianggap bisa menyebabkan nekrosis akibat vasokonstriksi....
Anonymous
Hari ini, 11:11
Vitamin A diberikan sampai anak umur berapa
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok untuk pemberian vitamin A yg rutin di bulan Febuari dan Agustus itu rutin diberikan sampai anak umur berapa? apa cukup di 1 tahun pertama saja atau harus...
Anonymous
Hari ini, 09:42
Induksi persalinan di puskesmas
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Izin bertanya, kapan kita bisa memutuskan induksi persalinan dg oxytocin jika setting nya di puskesmas ?Dan bagaimana prosedurnya yang tepat dlm...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.