Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease

Oleh :
Josephine Darmawan

Latihan pernapasan diafragma dilaporkan mungkin bermanfaat untuk penatalaksanaan gastroesophageal reflux disease atau GERD. Pernapasan diafragma merupakan salah satu metode yang sudah banyak digunakan dalam terapi penyakit kronis lain, seperti penyakit paru obstruktif kronis dan asma.[1-3]

Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan kondisi medis yang berlangsung secara kronis, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Di Indonesia, suatu studi berbasis survei online terhadap 2.045 peserta melaporkan bahwa prevalensi GERD adalah sekitar 57,6%, dengan pasien terbanyak berusia >50. Obesitas menjadi salah satu faktor risiko.[4]

Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease-min (1)

Penatalaksanaan penyakit ini dapat dilakukan melalui modifikasi gaya hidup, pemberian obat-obatan, hingga operasi. Namun, dokter harus mengingat bahwa meskipun pasien GERD telah diberikan tata laksana medikamentosa yang maksimal, rekurensi tetap dapat terjadi.[5,6]

Kondisi tersebut menjadikan peran modifikasi gaya hidup pada pasien GERD sangat besar, dan salah satu metode yang dapat digunakan adalah pernapasan diafragma. Latihan pernapasan diafragma pada kasus GERD dapat membantu memperbaiki fungsi mekanisme antirefluks, sehingga mengurangi gejala GERD.[3,7]

Cara Kerja Pernapasan Diafragma dan Manfaatnya pada Pasien GERD

Pada pasien GERD, isi gaster masuk kembali ke dalam esofagus karena kegagalan mekanisme antirefluks. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti masalah pada sphincter esofagus, gangguan motilitas gastrointestinal, hipersensitivitas esofagus, hernia hiatus, dan kelainan mukosa.[4,5]

Pernapasan diafragma dapat membantu menguatkan otot diafragma, menurunkan laju napas, menurunkan tenaga yang dibutuhkan untuk bernapas, dan menurunkan jumlah oksigen yang dibutuhkan.[1]

Pernapasan diafragma juga dapat menguatkan kontraksi otot-otot lower esophageal sphincter (LES). Otot diafragma mengelilingi LES dan dapat menghasilkan tekanan positif yang meningkatkan tekanan intraabdomen. Hal ini dapat mencegah refluksat dari gaster masuk kembali ke esofagus, sehingga mengurangi gejala heartburn.

Latihan pernapasan diafragma juga menguatkan bagian krural diafragma, sehingga menimbulkan aksi seperti klem (pinchcock-like) saat LES berkontraksi. Aksi diafragma krural ini dapat berfungsi sebagai katup eksternal tambahan.[7,8]

Studi juga menunjukkan bahwa pernapasan diafragma memperbaiki gejala sendawa, dispepsia, sensasi regurgitasi, hingga kualitas hidup pasien GERD refrakter. Latihan pernapasan diafragma yang berhasil juga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk obat golongan proton pump inhibitor. Obat golongan ini diketahui bisa menaikkan risiko kanker gaster dan pankreas bila digunakan dalam jangka panjang.[3,8,9]

Bukti tentang Efektivitas Pernapasan Diafragma dalam Penatalaksanaan GERD

Pernapasan diafragma menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. Namun, rata-rata studi yang ada saat ini masih belum melibatkan pasien dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, dokter perlu menginterpretasikan studi-studi ini dengan hati-hati.

Salah satu studi prospektif pada 36 pasien menunjukkan bahwa latihan pernapasan diafragma dapat mengurangi gejala sendawa (belching) sebanyak 50% atau lebih, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebanyak 80% pasien yang mendapatkan latihan pernapasan diafragma mengalami penurunan gejala sendawa dan 60% di antaranya mengalami penurunan lebih dari 50%.[3]

Latihan pernapasan diafragma juga mengurangi gejala GERD secara keseluruhan dan menurunkan skor kuesioner GERD sebanyak 12,2 poin. Penurunan ini lebih signifikan bila dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukan latihan pernapasan diafragma (penurunan skor hanya 3,3 poin).[3]

Kualitas hidup pasien juga meningkat sebanyak 15,4 poin pada skoring EuroQoL-VAS dengan latihan pernapasan diafragma. Perbaikan gejala dan kualitas hidup ini bertahan selama 4 bulan setelah terapi dilakukan. Terapi dilakukan 1 kali setiap minggu selama 4 minggu, di mana tiap sesi dilakukan selama 30 menit dengan panduan fisioterapis.[3]

Studi lain pada 19 pasien GERD nonerosif atau esofagitis pascaterapi menunjukkan bahwa latihan pernapasan diafragma dapat memperbaiki kadar pH pada pHmetri hingga pH<4,0 (P<0,05). Latihan ini juga memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi kebutuhan obat proton pump inhibitor pada follow-up setelah 9 bulan.[9]

Regimen latihan yang dilakukan adalah latihan selama 1 jam dengan fisioterapis pada awal terapi, yang kemudian dilanjutkan dengan latihan mandiri di rumah selama 30 menit tiap hari selama 4 minggu.[9]

Tinjauan sistematik terhadap 4 studi juga menunjukkan bahwa pernapasan diafragma memiliki peran yang cukup besar untuk mengontrol gejala GERD. Pasien yang diterapi bersama fisioterapis (5 hari dalam seminggu selama 2 bulan dengan durasi 30 menit tiap sesi) menunjukkan perbaikan gejala regurgitasi dan heartburn.[7]

Tekanan pada LES juga meningkat secara signifikan pada pasien yang menjalani terapi 2x40 menit tiap hari selama 8 minggu. Studi ini juga menunjukkan ada supresi asam dan peningkatkan kualitas hidup setelah 1 bulan menjalani terapi. Penggunaan proton pump inhibitor juga berkurang secara signifikan dalam 8 bulan follow-up.[7]

Edukasi Teknik Pernapasan Diafragma pada Pasien

Pernapasan diafragma merupakan teknik yang harus dilatih dengan teratur. Pada fase awal, pasien mudah lelah karena memerlukan tenaga yang lebih besar untuk bernapas. Namun, hal ini akan berkurang seiring dengan latihan yang lebih sering.[1,2]

Pernapasan diafragma dapat dilakukan dalam dua posisi, yaitu posisi tidur dan duduk. Latihan dalam posisi tidur akan memudahkan pasien, terutama pasien yang baru mulai menggunakan teknik pernapasan ini.[1,3,7,9]

Pada posisi tidur, pasien berbaring di permukaan yang rata dengan lutut ditekuk sekitar 30–40 derajat. Untuk memudahkan, pasien dapat menggunakan bantal pada sisi bawah lutut dan kepala. Letakkan 1 tangan pada dada bagian atas dan 1 tangan lain di perut bagian atas (sejajar tulang rusuk terakhir).[1,3,7,9]

Ambil napas perlahan melalui hidung, sambil memastikan tangan yang berada pada perut bergerak dengan tarikan napas dan tangan pada dada tetap diam. Kencangkan otot-otot perut dan buang napas dengan posisi bibir sedikit mencucu/pursed lips, sambil memastikan tangan yang berada pada dada tetap diam.[1,3,7,9]

Seiring waktu, pasien dapat melakukan mekanisme pernapasan ini dengan duduk di kursi atau sofa, dengan leher dan kepala dalam posisi rileks. Studi menunjukkan bahwa latihan pernapasan diafragma sebanyak 15 kali tarikan napas dalam 10 siklus (30 menit) tiap hari selama 4–8 minggu dapat mengurangi gejala GERD.[1,3,7,9]

Kesimpulan

Pernapasan diafragma diduga efektif untuk mengurangi gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) dan mengurangi kebutuhan obat golongan proton pump inhibitor. Selain itu, pernapasan diafragma juga memperbaiki kualitas hidup dan supresi asam. Namun, riset dengan jumlah sampel yang lebih besar masih diperlukan.

Pasien akan memerlukan sesi terapi dengan fisioterapis agar dapat melakukan teknik pernapasan dengan benar. Selanjutnya, latihan dapat dilakukan secara mandiri di rumah selama 30 menit tiap hari. Latihan pernapasan yang dilakukan selama 4–8 minggu menunjukkan hasil yang memuaskan dengan efek remisi yang bertahan selama 4–9 bulan.

Saat ini, teknik pernapasan diafragma belum masuk ke dalam rekomendasi klinis tata laksana GERD. Studi yang ada juga masih belum melibatkan pasien dalam jumlah yang banyak. Namun, teknik ini menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk manajemen gejala GERD, perbaikan kualitas hidup, dan pengurangan beban biaya medis pasien, terutama pasien GERD refrakter dan nonerosif.

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi