Pendahuluan Kanker Esofagus
Kanker esofagus adalah keganasan pada esofagus dan menempati urutan ke-6 penyebab kematian terbanyak akibat kanker. Dua tipe tersering kanker esofagus adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Kedua tipe tersebut lebih banyak dijumpai pada pria.[1-3]
Secara global, tipe histologi kanker esofagus tersering adalah karsinoma sel skuamosa, dengan insidensi lebih tinggi di negara berkembang. Namun, di negara-negara barat, adenokarsinoma esofagus paling banyak dijumpai. Hal tersebut berkaitan dengan tingginya insidensi obesitas, gastroesophageal reflux disease (GERD), dan Barrett’s esophagus.[1-3]
Secara histologis, esofagus dilapisi oleh sel skuamosa, sehingga karsinoma sel skuamosa dapat menyerang seluruh bagian esofagus. Sedangkan adenokarsinoma umumnya timbul akibat metaplasia Barrett yang disebabkan oleh GERD, sehingga umumnya menyerang bagian distal esofagus dan esophagogastric junction.[2]
Gejala klinis tersering kanker esofagus adalah disfagia dan penurunan berat badan. Gejala lainnya adalah perdarahan esofagus, nyeri epigastrium atau retrosternal, suara serak, dan batuk persisten tanpa sebab yang jelas.[3]
Meskipun kanker esofagus dapat disembuhkan pada sebagian pasien, penatalaksanaannya menurunkan kualitas hidup. Penanganan optimal kanker esofagus memerlukan pendekatan multidisiplin dan masih dalam perdebatan.[1-3]
Pada sebagian besar pasien, kemoterapi dan radioterapi (dengan/tanpa reseksi setelahnya) masih merupakan terapi utama. Terapi dengan endoskopi meliputi ablasi radiofrekuensi, reseksi mukosa, dan diseksi submukosa dapat menjadi pilihan pada kasus Barrett’s esophagus dan karsinoma stadium awal.[1-3]