Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Mata Merah yogi 2023-02-07T13:27:34+07:00 2023-02-07T13:27:34+07:00
Mata Merah
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Mata Merah

Oleh :
dr. Sherly Kurniawan
Share To Social Media:

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam diagnosis mata merah adalah mengenali red flags, yaitu nyeri sedang berat, penurunan visus, dan fotofobia. Keadaan ini bersifat vision threatening, sehingga pasien harus segera dikonsultasikan ke dokter spesialis mata.

Selain red flags, keluhan binokular/monokular, adanya sekret, riwayat penyakit kronis dan autoimun, serta riwayat trauma juga perlu digali. Tidak semua penyakit mata merah memiliki gold standard diagnosis, sehingga pemahaman mengenai gejala klinis yang khas adalah dasar yang membedakan kemungkinan diagnosis banding pada mata merah.[65]

Red Flags pada Mata Merah

Pada pasien anak, red flags mata merah dapat dilihat dari:

  • Adanya perubahan warna/kekeruhan pada kornea
  • Red reflex maupun pemeriksaan pupil yang abnormal

  • Fotofobia
  • Nyeri yang signifikan
  • Edema palpebra dan periorbita
  • Juling/squint onset akut
  • Penurunan ketajaman penglihatan[79]

Selain itu, keluhan mata merah yang tidak membaik dalam 2 minggu terapi, riwayat cedera mekanik dengan gaya yang kuat, serta kesulitan dalam melakukan pemeriksaan juga termasuk dalam red flags. Pada keadaan ini, pasien harus segera dikonsulkan ke dokter spesialis mata.[79]

Sedangkan pada pasien dewasa, red flags meliputi:

  • Nyeri moderat dengan visual analog scale (VAS) 5–10 terutama yang tidak membaik dengan analgesik

  • Penurunan penglihatan
  • Nyeri/rasa tidak nyaman saat melihat cahaya (fotofobia)
  • Nyeri kepala pada sisi mata yang dikeluhkan
  • Diplopia binokular onset akut, yang dapat diidentifikasi dengan menanyakan hilangnya keluhan pandangan ganda pada saat salah satu mata, baik kiri maupun kanan ditutup

  • Riwayat penggunaan kontak lens, trauma, dan operasi mata[65]

Anamnesis

Anamnesis pada mata merah diawali dengan mengidentifikasi kegawatdaruratan mata merah sesuai usia, baik pada pasien dewasa maupun anak-anak. Setelah mengidentifikasi red flags pada mata merah, anamnesis dapat diperdalam dengan menanyakan onset, unilateral/bilateral, progresivitas, karakteristik nyeri (bila ada), sekret, lokasi anatomis, dan keluhan lainnya. Onset mata merah dinyatakan akut bila ≤7 hari. Pada pasien yang mengalami trauma kimia, wajib ditanyakan bahan apa yang mengenai mata.[31,80]

Karakteristik Nyeri

Karakteristik nyeri pada mata merah dapat mengindikasikan keparahan gejala dan mengarahkan diagnosis banding pada keluhan mata merah. Sebagai contoh, nyeri bersifat deep boring pain seringkali terjadi pada skleritis, nyeri yang tajam biasanya dialami pada keratitis bakterial, sedangkan nyeri terbakar disertai sekret yang banyak dan purulen pada mata adalah tanda khas konjungtivitis gonore.[31,71]

Selain itu, keluhan nyeri harus dibedakan dengan nyeri ringan atau rasa tidak nyaman seperti rasa iritasi atau sensasi benda asing. Biasanya, nyeri ringan/rasa mata gatal/iritasi merupakan tanda mata merah yang dapat ditangani di fasilitas kesehatan primer, karena tidak vision threatening. Contohnya adalah episkleritis, perdarahan subkonjungtiva, konjungtivitis bakteri non gonore/virus/alergi yang tidak persisten dan kronis, serta dry eye syndrome (DES).[78]

Selain itu, anamnesis keluhan nyeri juga harus menanyakan faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, area yang mengalami nyeri, dan penjalaran nyeri. Pada glaukoma akut sudut tertutup dan skleritis, nyeri dapat menjalar ke kepala pada sisi yang sama dengan mata yang dikeluhkan[31,42]

Sekret

Sekret yang menyertai keluhan mata merah dapat berupa sekret kehijauan, berair, maupun berair dengan jumlah yang banyak (epifora). Selain warna dan konsistensi, produksi sekret juga dapat mengarahkan diagnosis, misalnya sekret kehijauan yang sangat banyak biasanya dialami pada konjungtivitis gonore. Sedangkan sekret berair dapat menandakan adanya reaksi alergi seperti konjungtivitis alergi, virus, maupun trauma benda asing atau abrasi kornea.[31,80]

Lokasi Anatomi

Berdasarkan lokasi anatominya, pendekatan diagnosis berdasarkan anamnesis pada keluhan mata merah dapat diidentifikasi sebagai berikut.

Palpebra dan Periorbita:

Pada area palpebra, keluhan mata merah seringkali terjadi karena blefaritis atau blefarokonjungtivitis. Keluhan dapat disertai dengan rasa terbakar dan gatal terutama di kelopak mata, mata berair dengan krusta pada kelopak mata terutama di pagi hari, sehingga menyebabkan kelopak mata seperti lengket. Keluhan juga dapat disertai dengan penglihatan kabur dan fotofobia.[23,27,62,88]

Pada area periorbita, keluhan mata merah sering ditemukan adalah selulitis orbita. Pasien seringkali datang dengan keluhan mata merah dengan kelopak mata yang bengkak unilateral, disertai nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri kepala, dan penglihatan ganda (diplopia). Selain itu, gejala sistemik seperti demam dan lemas juga sering ditemukan.[18,63]

Konjungtiva:

Pada area konjungtiva, keluhan mata merah yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari antara lain seperti konjungtivitis, perdarahan subkonjungtiva, dry eye syndrome (DES), benda asing dan cedera mata. Untuk benda asing dan cedera mata, kelainan yang ditemukan tidak selalu di konjungtiva, tetapi dapat mengenai bagian lain bola mata.

Konjungtivitis:

Konjungtivitis dapat disebabkan karena infeksi virus maupun bakteri, dan alergi. Pasien dengan konjungtivitis dapat datang dengan keluhan mata merah yang disertai dengan sekret. Untuk konjungtivitis virus dan alergi, sekret biasanya berair. Akan tetapi konjungtivitis alergi seringkali bilateral dan disertai riwayat atopi maupun paparan alergen, sedangkan konjungtivitis virus seringkali disertai riwayat infeksi saluran napas atas sebelumnya.

Pada konjungtivitis bakteri, keluhan mata merah biasanya disertai dengan sekret kental kehijauan. Keluhan nyeri pada konjungtivitis biasanya minimal atau hanya disertai rasa tidak nyaman. Akan tetapi, pada pasien dengan konjungtivitis gonore keluhan nyeri biasanya disertai nyeri terbakar dan sekret kental hijau yang banyak.[9,16,49]

Perdarahan Subkonjungtiva:

Pada perdarahan subkonjungtiva, keluhan mata merah biasanya unilateral, terlokalisir serta tidak disertai nyeri/nyeri minimal. Selain itu, riwayat trauma okuli atau mengejan/bersin/batuk.[21,75]

Dry Eye Syndrome (DES):

Pada dry eye syndrome (DES), pasien biasanya mengeluh mata merah dan berair, sensitif saat melihat cahaya (fotofobia), serta sensasi benda asing di mata.[32]

Cedera Mata dan Benda Asing:

Pasien dengan cedera mata dapat datang dengan keluhan mata merah, dengan keluhan yang bervariatif. Selain itu, pada cedera mekanik maupun adanya benda asing keluhan seringkali disertai mata berair dan banyak (epifora). Keluhan tambahan dapat berupa pandangan kabur, floaters, rasa mengganjal di mata dan fotofobia, tetapi keluhan ini tergantung gaya dan jenis cedera mekanik.

Berdasarkan kedalaman penetrasi dan gaya yang menyebabkan cedera mata, keluhan penurunan ketajaman penglihatan dapat ada maupun tidak. Anamnesis juga harus meliputi riwayat pekerjaan atau kegiatan yang menjadi faktor risiko, seperti bekerja di tempat pengelasan, pengeboran, dan pekerja pabrik.[31,33,43]

Pada cedera kimia, keluhan mata merah dapat disertai nyeri seperti terbakar dan penurunan penglihatan sesuai derajat cedera. Anamnesis pada keadaan ini juga harus meliputi onset, durasi pajanan bahan kimia, dan jenis bahan kimia yang menyebabkan cedera (asam atau basa).[54,57]

Sklera dan Episklera:

Pada sklera dan episklera, keluhan mata merah yang sering ditemukan pada praktik klinik sehari-hari adalah skleritis dan episkleritis. Keluhan nyeri yang menyertai skleritis biasanya khas deep boring pain, sedangkan nyeri pada episkleritis biasanya minimal, rasa iritasi seperti adanya benda asing, atau dapat tanpa nyeri.[7,11,13,64]

Pada skleritis, selain nyeri khas deep boring pain, nyeri konstan dan gradual terutama malam hari, serta menjalar ke telinga, kulit kepala, wajah dan rahang. Selain itu, nyeri juga dapat memburuk pada pergerakan mata bila melibatkan skleritis posterior.[11,13,64]

Keluhan lain yang dapat menyertai skleritis adalah penurunan penglihatan, mata berair, dan fotofobia. Selain itu, pasien seringkali memiliki penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan rheumatoid arthritis (RA).[11,13,64]

Kornea:

Pada kornea, keluhan mata merah yang timbul seringkali berhubungan dengan keratitis, abrasi kornea, dan benda asing.

Keratitis:

Pada keratitis, keluhan mata merah disertai dengan nyeri tajam (pada bakteri/jamur) atau rasa tidak nyaman/iritasi (pada viral). Pasien juga dapat mengeluhan fotofobia dan penglihatan buram. Keluhan penglihatan buram ini biasanya dialami bila lesi menutupi aksis visual. Pada keadaan keratitis, anamnesis faktor risiko seperti riwayat penggunaan kontak lens juga harus ditanyakan.[22,44,51]

Abrasi Kornea dan Benda Asing:

Keluhan mata merah yang terjadi karena abrasi kornea maupun adanya benda asing, biasanya disertai dengan nyeri tajam, karena memiliki banyak ujung saraf sensorik. Selain itu, keluhan juga bisa disertai dengan mata berair, penglihatan kabur, rasa mengganjal pada mata, dan fotofobia. Biasanya pasien juga memiliki riwayat trauma mekanik.[10,20]

Kamera Okuli Anterior (KOA) dan Uvea:

Kelainan pada kamera okuli anterior (KOA), keluhan mata merah yang sering ditemukan adalah glaukoma akut sudut tertutup, sedangkan uveitis anterior seringkali berhubungan dengan keluhan pada uvea.

Glaukoma Akut Sudut Tertutup:

Pasien dengan glaukoma akut sudut tertutup sering datang dengan keluhan mata merah yang disertai keluhan khas peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala hebat, mual, dan muntah. Pasien juga sering mengeluhkan penurunan penglihatan onset akut,  fotofobia, serta keluhan seperti melihat lingkaran cahaya yang mengelilingi sumber cahaya (halo).[39,45,77,91]

Uveitis Anterior:

Uvea terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Pada uveitis anterior atau iritis seringkali ditemukan keluhan mata merah yang disertai nyeri progresif seperti disobek, terutama di malam hari. Pasien juga dapat memiliki keluhan khas fotofobia konsensual, yaitu nyeri/rasa tidak nyaman saat mata yang tidak dikeluarkan terkena cahaya. Apabila uveitis anterior disertai dengan uveitis posterior, maka pasien juga dapat mengeluhkan penurunan ketajaman penglihatan.[3,42]

Segmen Posterior:

Pada segmen posterior mata, keluhan mata merah seringkali ditemukan pada endoftalmitis dan panoftalmitis.

Endoftalmitis:

Keluhan mata merah pada endoftalmitis biasanya disertai nyeri yang sangat berat dan intens, penurunan penglihatan, fotofobia, serta gejala sistemik seperti demam dan lemas.[24,35]

Panoftalmitis:

Panoftalmitis biasanya disertai dengan tanda infeksi dan inflamasi baik intraokular maupun lapisan yang membungkus bola mata, sehingga keluhan klinisnya biasanya lebih berat daripada endoftalmitis. Mata merah disertai nyeri yang sangat berat, sekret kental dan kehijauan.[1]

Keluhan mata merah pada panoftalmitis biasanya disertai dengan penurunan penglihatan, bahkan sampai tidak bisa mengidentifikasi cahaya. Selain itu, keluhan tambahan dapat disertai dengan bengkak sekitar mata (edema periorbital), nyeri saat menggerakkan mata, serta gejala sistemik seperti demam dan lemas.[1]

Anamnesis Riwayat Penyakit, Kebiasaan, dan Pekerjaan

Anamnesis mengenai riwayat penyakit sistemik dapat meliputi autoimun (misalnya SLE, RA, Sjogren syndrome) dan penyakit kronis (misalnya diabetes mellitus dan hipertensi). Selain itu, riwayat penggunaan obat-obatan seperti antiplatelet (misalnya clopidogrel) dan kebiasaan mengenai penggunaan lensa kontak juga perlu ditanyakan sebagai faktor risiko untuk mengarahkan diagnosis dan mengontrol rekurensi penyakit.[31,64]

Selanjutnya, pekerjaan tertentu dapat meningkatkan risiko cedera mata, antara lain seperti pekerja kebun/petani, pekerja las dan buruh industri.[31,64]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada mata merah meliputi pemeriksaan visus pada dewasa maupun anak, pemeriksaan mata eksternal dan periorbita (seperti ada/tidaknya edema dan eritema), pergerakan bola mata, lapang pandang serta posisi mata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan slit lamp maupun lup. Pada inspeksi mata, karakteristik mata merah dapat membantu mengarahkan diagnosis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Selain itu, pemeriksaan pupil termasuk adanya relative afferent pupillary defect (RAPD), memeriksa adanya fotofobia konsensual, dan segmen posterior bola mata serta red reflex juga harus dilakukan.[31,78-81]

 

Pemeriksaan segmen posterior dan media bola mata dapat dilakukan dengan atau tanpa midriatikum. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, identifikasi peningkatan tekanan intraokular (TIO) dengan tonometri diperlukan. Bila didapatkan peningkatan TIO, maka penggunaan midriatikum dikontraindikasikan karena akan memperparah klinis peningkatan TIO.[31,78-81]

Tabel 1. Pemeriksaan Fisik Khas pada Mata Merah

Organ Penyakit Pemeriksaan Fisik
Palpebra dan Periorbita Blefaritis Krusta, edema dan eritema palpebra
Scaling pada dasar bulu mata membentuk collarettes
Bulu mata rontok (madarosis)
Arah pertumbuhan bulu mata ke kornea/konjungtiva (trichiasis)
Dapat disertai injeksi konjungtiva
Selulitis periorbita Edema dan eritema periorbita, nyeri tekan saat palpasi
Proptosis dan chemosis
Oftalmoplegia dan nyeri saat menggerakkan bola mata Injeksi konjungtiva
RAPD
Oftalmoskop: choroidal folds dan papilledema
Penurunan ketajaman visus
Gejala sistemik: demam dan lemas
Konjungtiva Konjungtivitis Konjungtivitis virus: seringkali unilateral, injeksi konjungtiva, sekret berair, dengan/tanpa lesi vesikuler pada palpebra, chemosis dan folikel pada konjungtiva palpebra inferior, dengan/tanpa limfadenopati preaurikular
Konjungtivitis bakteri: seringkali unilateral, injeksi konjungtiva, sekret mukopurulen, dengan/tanpa chemosis dan edema palpebra, dengan/tanpa limfadenopati preaurikular yang nyeri tekan
Konjungtivitis alergi: bilateral Injeksi konjungtiva, sekret berair, dengan/tanpa papila konjungtiva dan edema palpebra
Perdarahan subkonjungtiva Seringkali unilateral
Kemerahan karena ekstravasasi pembuluh darah, berwarna terang, terlokalisir berbatas tegas
Dry eyes Unilateral/bilateral
Dapat ditemukan sekret berair banyak (epifora)
Blurry vision Injeksi konjungtiva ringan
Tear film break-up time (TBUT) <10 detik
Schirmer test <5 mm
Sklera dan Episklera Skleritis Bilateral (berhubungan dengan penyakit autoimun, SLE dan RA) atau unilateral (biasanya berhubungan dengan infeksi
Eritema difus/fokal, gelap keunguan, dengan/tanpa nodul yang immobile bila digerakkan dengan cotton bud
Skleritis posterior: penurunan ketajaman visus, pemeriksaan oftalmoskop: choroidal folds, ablasio retina tipe eksudatif, papilledema
Episkleritis Biasanya unilateral
Mata merah salmon-red, terlokalisir dengan batas yang tidak tegas
Dengan/tanpa nodul yang mobile bila digerakkan dengan cotton bud
Kornea Keratitis Biasanya unilateral, injeksi siliar, terdapat lesi keputihan disertai kekeruhan pada kornea
Keratitis bakterial: sekret mukopurulen, lesi kornea membentuk plak/infiltrat dengan batas tegas dan permukaan datar
Keratitis fungal: lesi kornea membentuk tepi ireguler
Keratitis viral: lesi kornea yang bercabang-cabang dan penurunan sensasi kornea dengan cotton applicator; infeksi varicella zoster dapat disertai lesi kulit vesikel berkelompok sesuai dermatom dan Hutchinson’s sign

Abrasi kornea, trauma mekanik dan benda asing Unilateral/bilateral tergantung trauma
Injeksi konjungtiva
Kornea keruh karena edema, dengan lesi keputihan
Kesulitan membuka mata karena nyeri dan fotofobia
Dengan/tanpa hifema dan penurunan visus (tergantung gaya trauma dan penetrasi benda asing)
Kamera okuli anterior (KOA) dan uvea (iris, badan siliar, koroid) Glaukoma akut sudut tertutup Unilateral
Injeksi konjungtiva/siliar, edema kornea, iris bombe
Kamera okuli anterior dangkal, TIO meningkat
Pupil middilatasi, refleks cahaya menurun
Penurunan ketajaman visus
Segmen posterior didapatkan gambaran oftalmoskop: cup-to-disc ratio melebar
Konsistensi mata yang lebih keras pada saat palpasi
Uveitis anterior (Iritis) Seringkali unilateral
Ciliary flush atau injeksi siliar
Keratic precipitate
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare
Pupil irregular, konstriksi, refleks cahaya menurun
Fotofobia konsensual (tanda khas)
Segmen posterior Endoftalmitis Seringkali unilateral
Edema dan eritema periorbita disertai nyeri tekan
Injeksi siliar dan konjungtiva, eritema sangat prominen, sekret purulen
Dengan/tanpa keratic precipitate
RAPD
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare, fibrin
Dengan/tanpa intracapsular plaque
Fotofobia dan penurunan ketajaman visus
Segmen posterior dengan oftalmoskop: vitritis, mikroabses pada retina atau koroid, Roth spot

Gejala sistemik: demam dan malaise
Panoftalmitis Seringkali unilateral, sekret purulen
Oftalmoplegia, biasanya komplit Injeksi siliar dan konjungtiva, eritema sangat prominen, chemosis
Eritema dan edema periorbita disertai nyeri tekan, proptosis
Perforasi kornea atau kekeruhan kornea
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare
Penurunan visus dapat sampai 0 (tidak bisa mengidentifikasi cahaya)
RAPD ada TIO menurun terutama bila sudah terjadi phthisis bulbi
Trauma Kimia Unilateral/bilateral
Injeksi siliar
Kornea keruh/perforasi
Hifema
Perforasi bola mata
Dengan/tanpa necrosis liquefactive
Dengan/tanpa glaukoma dan penurunan ketajaman visus
Pemeriksaan pH menggunakan kertas lakmus berwarna biru (basa) atau merah (asam)

Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2022.[1,3,5-7,13,16,18,20,27,32,35,44,46,58,62,84]

Pemeriksaan Segmen Posterior dengan Oftalmoskop

Pemeriksaan dengan oftalmoskop dilakukan untuk mengidentifikasi adanya red reflex dan kelainan pada segmen posterior bola mata. Tidak didapatkannya red reflex menjadi penanda adanya kelainan pada jaras visual. Pemeriksaan segmen posterior bola mata meliputi retina, optic disc dan pembuluh darah.[85]

Pada keadaan dimana segmen posterior sulit dinilai dengan oftalmoskop, pemeriksaan awal dengan mengidentifikasi ada atau tidaknya red reflex cukup untuk melihat adanya kelainan patologis pada jaras penglihatan, yaitu kornea, lensa, badan vitreus, dan retina.[85]

Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)

Relative afferent pupillary defect (RAPD) atau Marcus Gunn pupil sesuai namanya, merupakan defek pada pupillary pathway pada jaras aferen (sensorik) relatif pada salah satu mata. Pupillary pathway adalah retina, saraf optik, chiasma optikum, traktus optik setelah chiasma optikum, dan nukleus pretektal. Maka dari itu, bila terdapat RAPD maka ada kelainan/lesi pada pupillary pathway.[82]

Normalnya pada saat dilakukan pemeriksaan refleks cahaya dan swing light test, kedua pupil konstriksi. Akan tetapi, pada RAPD, karena adanya defek aferen, seperti pada skleritis, maka saat dilakukan swing light test pada mata yang defek, kedua pupil dilatasi.[82]

Anisokoria bukan tanda RAPD, tetapi RAPD tetap dapat dicek pada pupil anisokor dengan melihat refleks cahaya tidak langsung pada mata yang normal. Misalnya, mata kanan normal dan mata kiri dilatasi (anisokor), lalu lakukan swing light test dari kanan ke kiri, apabila pupil kanan (yang normal) dilatasi, maka terdapat RAPD. Pemeriksaan ini dikenal dengan reverse testing RAPD.[83]

Diagnosa Banding

Diagnosa banding mata merah adalah berbagai penyakit dengan injeksi siliar, injeksi konjungtiva, gabungan keduanya, maupun mata merah yang terjadi karena ekstravasasi pembuluh darah.

Injeksi Siliar

Injeksi siliar terjadi karena dilatasi arteri siliaris anterior dengan gambaran mata merah, dimana eritema yang timbul seperti dari arah limbus ke perifer mata. Pada keadaan ini, maka diagnosis banding yang mungkin adalah kelainan yang melibatkan kornea (seperti keratitis dan abrasi kornea), sklera (seperti skleritis), iris dan badan siliar (seperti uveitis anterior/iritis) maupun KOA (seperti glaukoma akut sudut tertutup).[10,31,51,64,71,80]

Injeksi Konjungtiva

Injeksi konjungtiva terjadi karena dilatasi arteri konjungtiva posterior yang memberikan suplai bagian konjungtiva forniks maupun bulbar, sehingga memberikan gambaran eritema yang timbul dari perifer mata ke limbus.

Pada keadaan ini, diagnosis banding yang mungkin antara lain seperti kelainan pada area periorbita (seperti blefaritis dan selulitis orbita), dry eyes, dan konjungtiva (seperti konjungtivitis).[23,31,49,63,71,80]

Eritema Difus

Pada keadaan dimana terjadi eritema difus, injeksi konjungtiva dan siliar timbul bersamaan karena proses inflamasi melibatkan jaringan stroma intraokular yang lebih dalam. Pada keadaan ini, diagnosis banding yang mungkin adalah uveitis anterior difus, skleritis, endoftalmitis, maupun panoftalmitis. Keadaan ini juga mungkin terjadi pada selulitis orbita dimana reaksi inflamasi sudah meluas sampai ke intraorbita.[1,3,24,31,35,42,71,80]

Ekstravasasi Pembuluh Darah

Ekstravasasi pembuluh darah seringkali terjadi pada perdarahan subkonjungtiva. Pada keadaan ini, keluhan mata merah adalah terlokalisir, berwarna terang dan berbatas tegas. Keadaan ini berbeda dengan episkleritis, dimana keluhan mata merah berwarna seperti salmon-pink dan berbatas tidak tegas.[7,21,31,71,80]

tabel 1 mata merah-min

Diagram 1. Diagnosis Banding Mata Merah berdasarkan Onset Gejala. Sumber: Alomedika, 2022[80]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada mata merah dapat dilakukan untuk identifikasi faktor risiko, etiologi, maupun pencitraan segmen posterior mata. Pada pasien dengan skleritis dan uveitis, dapat dilakukan pemeriksaan seperti darah lengkap, faktor rheumatoid, dan antinuclear antibody (ANA). Sedangkan pada kecurigaan infeksi, seperti selulitis orbita dan konjungtivitis, kultur identifikasi dan kepekaan mikroorganisme dapat dilakukan.

Kultur, Pewarnaan Gram, dan Pemeriksaan Lain untuk Identifikasi Etiologi Infeksi

Kultur, pewarnaan gram, maupun pemeriksaan lain seperti KOH 10% dapat dipertimbangkan pada kasus mata merah yang dicurigai karena infeksi.

Selulitis Orbita, Endoftalmitis dan Panoftalmitis:

Kultur darah seringkali diperlukan pada kasus selulitis orbita, endoftalmitis, dan panoftalmitis untuk keperluan pemberian terapi definitif, seperti antibiotik. Hal ini karena, prognosis visual maupun risiko komplikasi seperti penurunan penglihatan dan infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis salah satunya bergantung pada terapi definitif yang diberikan. Perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel kultur darah pada keadaan ini dilakukan sebelum antibiotik dimulai.[18]

Konjungtivitis:

Pasien dengan konjungtivitis, kultur dari apusan konjungtiva dapat dipertimbangkan pada kasus yang berulang atau kronis dan resisten terhadap terapi maupun dengan klinis reaksi inflamasi yang berat, misalnya hiperakut dengan sekret purulen yang banyak. Pada keadaan ini, infeksi gonore maupun klamidia dapat dicurigai. Akan tetapi, pada konjungtivitis ringan, kultur tidak harus dilakukan.[84]

Keratitis:

Pada keratitis, pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk identifikasi infeksi adalah pewarnaan gram, pemeriksaan dengan KOH 10%, dan kultur dengan bahan dari apusan kornea. Pemeriksaan ini dilakukan untuk identifikasi bakteri, fungal, maupun amoeba seperti Acanthamoeba.[51]

Pencitraan

Pencitraan diperlukan untuk mengevaluasi segmen posterior mata, seperti pemeriksaan B-scan ultrasonography dan optical coherence tomography (OCT) maupun kelainan intrakranial yang menyertai keluhan mata merah.

Optical coherence tomography (OCT):

Optical coherence tomography (OCT) dilakukan untuk visualisasi segmen posterior mata, termasuk pembuluh darah retina, zona avascular yaitu fovea, serta lapisan-lapisan retina. Pemeriksaan OCT dapat dilakukan pada keadaan dimana kelainan segmen posterior mungkin terjadi, seperti glaukoma akut sudut tertutup, uveitis, skleritis, endoftalmitis, panoftalmitis, dan selulitis orbita.[38]

B-scan Ultrasonography:

Pemeriksaan B-scan ultrasonography dilakukan untuk mengevaluasi segmen posterior maupun anterior mata. Akan tetapi, B-scan ultrasonography lebih mudah didapatkan dibanding OCT, sehingga lebih mudah digunakan.

B-scan ultrasonography dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai skleritis posterior. Pada keadaan ini, gambaran yang dapat ditemukan antara lain penebalan sklera dan lapisan koroid sehingga membentuk karakteristik T sign, nodul pada sklera, pelebaran diskus optikus, cairan pada kapsula Tenon, maupun ablasio retina.[13]

Pada mata merah, pemeriksaan  B-scan ultrasonography juga dapat membantu melihat keadaan patologis lain seperti hifema, hipopion, ablatio retina, komplikasi trauma okuli termasuk perdarahan vitreus, maupun penetrasi benda asing.[86]

Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI):

Pemeriksaan computerized tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) kepala terutama diindikasikan pada kondisi dimana kelainan neurologis yang menyertai keluhan mata merah memungkinkan, seperti selulitis orbita.

Selulitis Orbita:

Pencitraan pada kasus selulitis orbita, seperti CT scan maupun magnetic resonance imaging (MRI) kepala seringkali diperlukan. Pilihan utama yang digunakan adalah MRI. Akan tetapi, karena MRI tidak selalu ada, maka CT scan menjadi pilihan.[18]

Gambaran klinis yang dapat diidentifikasi pada selulitis orbita, antara lain adalah inflamasi pada jaringan periorbita, seperti:

  • Inflamasi otot-otot ekstraokular
  • Inflamasi jaringan lemak yang ditunjukan dengan fat stranding (peningkatan densitas jaringan lemak periorbital karena proses inflamasi/infeksi/tumor/trauma)
  • Letak bola mata yang seperti terdorong ke depan
  • Tanda rhinosinusitis, terutama pada sinus ethmoid

Selain itu, komplikasi seperti abses subperiosteal dan abses orbita juga dapat diidentifikasi dari penurunan densitas pada CT scan.[18]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein (CRP), dan urinalisis dapat diindikasikan pada kecurigaan adanya infeksi sistemik yang menyertai keluhan mata merah, seperti selulitis orbita, endoftalmitis, skleritis, dan uveitis.

Selain itu, pemeriksaan autoantibodi serum seperti faktor rheumatoid dan anti nuclear antibody (ANA) juga dapat dipertimbangkan pada keadaan seperti skleritis dan uveitis. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya reaksi inflamasi akibat autoantibodi.[3,13,42]

Biopsi

Biopsi dapat dilakukan pada keadaan yang dicurigai keganasan, misalnya pada blefaritis kronis terutama yang disertai dengan madarosis signifikan.[23]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani

Referensi

1. Abdulkar, Namrata. Panophthalmitis: A Ready Reckoner for Postgraduates. eOptha. 2021
2. https://www.eophtha.com/posts/panophthalmitis-a-ready-reckoner-for-postgraduates
3. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. American Academy of Ophthalmology. Pg 55. 2020-2021
4. American Academy of Ophthalmology. Chapter 5. Diagnostic Considerations in Uveitis. 2021 – 2022, pg 76. American Academy of Ophthalmology.
5. American Academy of Ophthalmology. Chapter 8: Optical Instruments. BCSC Basic and Clinical Science Course. American Academy of Ophthalmology. 2020. https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=ab5ac44c-47e7-4540-a80e-5b894a1063c4
6. Badan POM RI. Asiklovir. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. https://pionas.pom.go.id/monografi/asiklovir
7. Bashour, Mounir. Corneal Foreign Body Clinical Presentation. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1195581-clinical#b1
8. Bernfeld, Erica. Episkleritis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022.
9. https://eyewiki.aao.org/Episcleritis
10. Bhagat, Neelakshi. Fundus Autofluorescence. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Fundus_Autofluorescence
11. Bunya. Vatinee Y. Conjunctivitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Conjunctivitis
12. Boyd, Kierstan. Corneal Abrasion and Erosion. American Academy of Ophthalmology. 2021. https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-corneal-abrasion
13. Lagina A, Ramphul K. Scleritis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499944/
14. Brady, Christopher. Red Eye. MSD Manual. 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/eye-disorders/symptoms-of-ophthalmologic-disorders/red-eye
15. Cao, Jennifer. Scleritis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2021. https://eyewiki.aao.org/Scleritis
16. Camodeca, Anthony J. Anderson, Eric P. Corneal Foreign Body. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536977/
17. Carsons, Steven. Patel, Bhupendra. Sjogren Syndrome. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431049/
18. Chen, Masako. Bacterial Conjunctivitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Bacterial_Conjunctivitis
19. Cui, Qi N. IOP and Tonometry. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/IOP_and_Tonometry
20. Danishyar, Amina. Sergent, Shane. Orbital Cellulitis. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507901/
21. Dietze. Jamie. Blair. Kyle. Havens, Shane. Glaucoma. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538217/
22. Domingo, Emillisa, Moshirfar, Majid, Zabbo, Christopher. Corneal Abrasion. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532960/#article-19984.s5
23. Doshi, Ricky. Noohani, Tariq. Subconjunctival Hemorrhage. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/
24. Durand, Marlene. Barshak, Miriam Baron. Chodosh, James. Infectious Keratitis in 2021. JAMA Network. 2021. https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2784677#
25. Eberhardt, Mary. Rammohan, Guhan. Blepharitis. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459305/#article-18370.s9
26. Egan, Daniel J. Endophthalmitis Clinical Presentation. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/799431-clinical#b5
27. Elvira. Penyakit Mata Kering. Continuing Medical Education. CDK Journal.2018.
28. Eye Care Consultants. Comprehensive Eye Exams. Eye Care Consultants OD/MD. 2022. https://www.eyecare-consultants.net/procedure/comprehensive-eye-exams
29. Fazal, Mohammad Ihsan, Patel, Bhupendra. Blepharoconjunctivitis. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558902/
30. Figueiredo, Pedro Marcos. Figuiredo, Ana Marcos, Meneres, Pedro. Dkk. Ocular Changes During Pregnancy. Revista Brasileira de Ginecologia e Obstetrícia. 2018. https://www.scielo.br/j/rbgo/a/H5mtbYjGHKBpgnXLX4PPKbz/?lang=en
31. Fleck, Klaus. Red Eye is Common, but Can Be Indication of Serious Disease. Medscape. 2022. https://www.medscape.com/viewarticle/961770
32. Fu, Lanxing. Patel, Bhupendra C. Logophtalmos. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560661/
33. Frings, Andreas. Geerling, Gerd. Schargus, Marc. Red Eye: A Guide for Non – Specialists. Deutsches Ärzteblatt. National Library of Medicine. 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5443986/
34. Golden, Mark I. Meyer, Jay J. Pate, Bhupendra C. Dry Eye Syndrome. National Library of Medicine. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470411/
35. Graham, H. Robert. Red Eye. Medscape.2022.https://emedicine.medscape.com/article/1192122-overview
36. Gurnani, Bharat. Kim, Jessica. Tripathy, Koushik, dkk. Iritis. National Library of Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430909/
37. Hsu, Jason. Endophthalmitis. Eye Wiki. Endophthalmitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Endophthalmitis
38. Infodatin. Situasi dan Analisis Glaukoma. Infodatin. 2015.
39. Insani, Maulida Laela, Adioka, I Gede Made, dkk. Karakteristik dan Manajemen Konjungtivitis Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar Periode Januari – April 2014. E-Jurnal Medika, Vol 6 No 7. 2017
40. Le, Patrick H. Patel, Bhupendra C. Optical Coherence Tomography Angiography. National Library of Medicine. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563235/
41. Lin, Albert P. Acute Angle Closure Glaucoma (AACG) Treatment & Management. Medscape. 2020.https://emedicine.medscape.com/article/1206956-treatment#d9
42. Medscape. Epinastine. Medscape.2022. https://reference.medscape.com/drug/elestat-epinastine-343630
43. Medscape. Azelastine. Medscape. 2022. https://reference.medscape.com/drug/optivar-azelastine-ophthalmic-343631
44. Muchatuta, Monalisa. Iritis and Uveitis. Medscape. 2019.https://emedicine.medscape.com/article/798323-overview#a1
45. Noble J, Lloyd JC. The red eye. CMAJ. 2011 Jan 11;183(1):81. doi: 10.1503/cmaj.090379. Epub 2010 Oct 4. PMID: 20921253; PMCID: PMC3017259.
46. Moon, Christina. Photokeratitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Photokeratitis
47. Schuster AK, Erb C, Hoffmann EM, Dietlein T, Pfeiffer N. The Diagnosis and Treatment of Glaucoma. Dtsch Arztebl Int. 2020 Mar 27;117(13):225-234. doi: 10.3238/arztebl.2020.0225. PMID: 32343668; PMCID: PMC7196841.
48. Nguyen, Lilian. Sun, Lynn. YO Need to Know: Acute Angle Closure. Young Ophthalmologists. American Academy of Ophthalmology. 2021. https://www.aao.org/young-ophthalmologists/yo-info/article/yo-need-to-know-acute-angle-closure
49. Phelps, Paul O. Ectropion. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Ectropion
50. Pothen, Amy Grace. Parmar, Mayur. Fluorescein. National Library in Medicine. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555957/ ]
51. Roat, Melvin. Infectious Conjunctivitis. MSD Manual. 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/eye-disorders/conjunctival-and-scleral-disorders/overview-of-conjunctivitis?query=Infectious%20Conjunctivitis
52. Shivananda, Pal, Neeta. Korir, Frederick. Scleral Patch Graft With Fibrin Adhesive For Post Pterygium Scleral Thinning. Journal of Current Medical Research and Opinion. 2019
53. Singh, Prabhakar. Gupta, Abhishek, dkk. 2022. Keratitis. National Library of Medicine.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/#article-23855.s7
54. Sitompul, Ratna. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan Primer. eJournal Kesehatan Indonesia. Vol 5,No 1. 2017.
55. Silkiss, Rona Z. Biologics for Thyroid Eye Disease. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Biologics_for_Thyroid_Eye_Disease
56. Solano, Joshua J. Ocular Burns and Chemical Injuries Clinical Presentation. Medscape. 2019.https://emedicine.medscape.com/article/798696-clinical#b1
57. Stewart, Krista. Trichiasis. Eye Wiki, American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Trichiasis
58. Sundar. Gangadhara. Entropion. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2021. https://eyewiki.aao.org/Entropion
59. Syed, Zeba A. Chemical (Alkali and Acid) Injury of the Conjunctiva and Cornea. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conjunctiva_and_Cornea
60. Syed, Zeba A. Removal of Corneal Foreign Bodies. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022. https://eyewiki.org/Removal_of_Corneal_Foreign_Bodies
61. M Tehamen, Rares L, Supit W. Gambaran Penderita Infeksi Mata di Rumah Sakit Mata Manado Provinsi Sulawesi Utara Periode Juni 2017 – Juni 2019. E-Clinic, Vol 8 No 1. 2020
62. Valckenberg, Steffen Schmitz. Pfau, Maximilian, dkk. Fundus autofluorescence imaging. PubMed. National Library of Medicine. 2020. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32758681/
63. Waldron, Rhonda G. B-Scan Ocular Ultrasound. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1228865-overview#a1
64. Yen, Michael. Blepharitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022.https://eyewiki.aao.org/Blepharitis
65. Yen, Michael. Orbital Cellulitis. Eye Wiki. American Academy of Ophthalmology. 2022.https://eyewiki.aao.org/Orbital_Cellulitis
66. Yu, Julia. Syed, Zeba A. Rapuano, Christopher J. Infectious Scleritis: Pathophysiology, Diagnosis, and Management. National Library of Medicine. 2021. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34224444/
67. Ho C, Avery A, Livingstone I, Ting D. Virtual consultation for red eye. BMJ. 2021:n1490. doi:10.1136/bmj.n1490
68. Alattas, O. A., Hamdi, A. A., Musa M, et al. Red Eye Diagnosis and Management in Primary Health Care. Arch Pharma Pract 2019;10(3):1-5
69. Tabbut M, Bates A, Marple G, Gramer D, Tabbut B. Point-of-Care Ultrasound in the Evaluation of the Acutely Painful Red Eye. J Emerg Med. 2019;57(5):705-709. doi:10.1016/j.jemermed.2019.04.034
70. Toptan, M., Çadirci, D. and Koçakoğlu, Ş. Clinical Characteristics in Patients Presenting with Red Eye. Konuralp Tıp Dergisi, 2021.
71. Lu S, Lee G, Cole G. Acute red eye in children: A practical approach. Aust J Gen Pract. 2020;49(12):815-822. doi:10.31128/ajgp-02-20-5240
72. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), 2019.
73. Gilani CJ, Yang A, Yonkers M, Boysen-Osborn M. Differentiating Urgent and Emergent Causes of Acute Red Eye for the Emergency Physician. West J Emerg Med. 2017 Apr;18(3):509-517. doi: 10.5811/westjem.2016.12.31798. Epub 2017 Mar 3. PMID: 28435504; PMCID: PMC5391903.
74. Kiel JW. The Ocular Circulation. San Rafael (CA): Morgan & Claypool Life Sciences; 2010. Chapter 2, Anatomy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53329/
75. Shumway CL, Motlagh M, Wade M. Anatomy, Head and Neck, Eye Conjunctiva. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519502/
76. Roy FH. The red eye. Ann Ophthalmol (Skokie). 2006 Spring;38(1):35-8. doi: 10.1385/ao:38:1:35. PMID: 17200582.
77. Mimura T, Yamagami S, Usui T, Funatsu H, Noma H, Honda N, Fukuoka S, Hotta H, Amano S. Location and extent of subconjunctival hemorrhage. Ophthalmologica. 2010;224(2):90-5. doi: 10.1159/000235798. Epub 2009 Aug 28. PMID: 19713719.
78. La Rosa M, Lionetti E, Reibaldi M, Russo A, Longo A, Leonardi S, Tomarchio S, Avitabile T, Reibaldi A. Allergic conjunctivitis: a comprehensive review of the literature. Ital J Pediatr. 2013 Mar 14;39:18. doi: 10.1186/1824-7288-39-18. PMID: 23497516; PMCID: PMC3640929.
79. Tanna AP, Boland MC, Giaconi JA, et al. 10. Glaucoma. American Academy of Ophthalmology (AAO), Basic Clinical and Science Course 2020-2021.
80. Cronau H, Kankanala R, Mauger T. Diagnosis and Management of Red Eye in Primary Care. Am Fam Physician. 2010;81(2):137-144.
81. Rainsbury PG, Cambridge K, Selby S, Lochhead J. Red eyes in children: red flags and a case to learn from. Br J Gen Pract. 2016 Dec;66(653):633-634. doi: 10.3399/bjgp16X688309. PMID: 27884914; PMCID: PMC5198670.
82. Santhakumaran S. Approach to: Red eye. McGill J Med. 2021.
83. Hong D, Tripathy K. Tropicamide. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541069/
84. Simakurthy S, Tripathy K. Marcus Gunn Pupil. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557675/
85. Tang C, Raviskanthan S, Lee A, Mortensen P, AbdulJabbar L, Al-Zubidi N. Reverse Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD). American Academy of Ophthalmology (AAO). 2022. https://eyewiki.aao.org/Reverse_Relative_Afferent_Pupillary_Defect_(RAPD)
86. Ryder EC, Benson S. Conjunctivitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541034/
87. Eye Emergencies Manual. Australia NSW Department of Health. Ed 2. 2009.
88. Dessì G, Lahuerta EF, Puce FG, Mendoza LH, Stefanini T, Rosenberg I, Del Prato A, Perinetti M, Villa A. Role of B-scan ocular ultrasound as an adjuvant for the clinical assessment of eyeball diseases: a pictorial essay. J Ultrasound. 2014 Dec 30;18(3):265-77. doi: 10.1007/s40477-014-0153-y. PMID: 26261467; PMCID: PMC4529413.
89. Suryati NMA. Kegawatdaruratan pada Mata. In: Pelatihan Penanggulangan Pedoman Gawat Darurat Mata pada Paramedis. 2017.
90. Putnam CM. Diagnosis and management of blepharitis: an optometrist's perspective. Clin Optom (Auckl). 2016 Aug 8;8:71-78. doi: 10.2147/OPTO.S84795. PMID: 30214351; PMCID: PMC6095371.
91. Visscher KL, Hutnik CML, Thomas M. Evidence-based treatment of acute infective conjunctivitis. Can Fam Physician. 2009 Nov;55(11):1071–5.
92. Pal N S, Korir F. SCITECH - Scleral Patch Graft with Fibrin Adhesive for Post Pterygium Scleral Thinning - International Journal of Clinical Case Studies and Reports (ISSN:2641-5771). Int J Clin Case Stud Rep. 2019 Jan 13;1(1):8–9.

Epidemiologi Mata Merah
Penatalaksanaan Mata Merah

Artikel Terkait

  • 3 Interaksi Obat – Penyakit yang Perlu Diwaspadai
    3 Interaksi Obat – Penyakit yang Perlu Diwaspadai
  • Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
    Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
  • Indikasi Laser Iridotomy Peripheral Pada Glaukoma
    Indikasi Laser Iridotomy Peripheral Pada Glaukoma
  • Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
    Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
  • Peraturan 20-20-20 untuk Menjaga Kesehatan Mata
    Peraturan 20-20-20 untuk Menjaga Kesehatan Mata

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
1 hari yang lalu
Mata merah disertai keluar air mata
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Saya memiliki pasien dengan mata merah dengan air mata yang keluar banyak, tdk ada demam, pilek (saya curiga dari air mata) ini apa cukup saya kasih...
Anonymous
21 Februari 2023
Apakah tata laksana konjungtivitis viral membutuhkan tetes mata antibiotik?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodokter, izin bertanya. Saya ada mendapatkan pasien anak berumur 5th dengan mata merah kanan dan kiri sudah 2 hari. Awalnya mata kanan terlebih dahulu lalu...
dr. Hudiyati Agustini
08 Februari 2023
Profilaksis Oftalmia Neonatorum: Apakah Masih Relevan? - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter, Apakah Dokter masih menerapkan pemberian tetes mata antibiotik profilaksis pada bayi baru lahir? Sebenarnya, tindakan ini bertujuan untuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.